Mohon tunggu...
Rustian Al Ansori
Rustian Al Ansori Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis kehidupan, Menghidupkan tulisan

Pernah bekerja di lembaga penyiaran, berdomisili di Sungailiat (Bangka Belitung)

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi | Pelacur Tua di Tengah Malam Buta

5 Desember 2019   21:48 Diperbarui: 5 Desember 2019   22:34 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Malam belum tua, ketika pelacur tua melangkah pelan menerobos malam buta. Merasa sudah tidak punya harga. Lampu jalan menerangi kulitnya menjadi warna tembaga.

Pelacur tua menyelusuri jalan kota, tidak ada yang menyapa apa lagi yang menggoda. Jalan yang dilaluinya semakin buta. Tak takut kehilangan arah, karena sudah terbiasa.

Malam membawa angin. Pelacur tua telah masuk angin. Menyisahkan robek dikain. Dingin malam membuat kulit semakin keriput, tak lagi yakin. Memang, sudah tidak lagi laku. Menyadari tubuhnya terasa batu. 

Pelacur tua terus berjalan menyelusuri malam.Langah tersengal-sengal, ketika jantung sudah tak terhitung dipacu malam. Tak putus asa, walaupun malam tanpa rayuan dibiarkan  malam dalam diam.

Sungailiat, 5 Desember 2019

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun