Mohon tunggu...
Rustian Al Ansori
Rustian Al Ansori Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis kehidupan, Menghidupkan tulisan

Pernah bekerja di lembaga penyiaran, berdomisili di Sungailiat (Bangka Belitung)

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi | Ikan Terbakar

20 Agustus 2019   12:45 Diperbarui: 20 Agustus 2019   12:45 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bau wangi ikan terbakar, ketika siang yang terbakar kemarau telah membuat lapar. Ikan terbakar, alam terbakar, terus membakar. 

Bukan bara api yang menyulut kaki, tapi langkah bergegas melawan waktu di antara orang-orang lapar karena kemiskinan. Ikan terbakar, wanginya menyebar telah tertahan diri untuk tidak nyaman di atas penderitaan. Kita tahu diri. Sedang berempati. 

Ikan terpanggang bara, telah membakar peluh. Menetes air mata derita, membuat luluh. Kita tunda pesta, karena masih terselip derita. 

Sungailiat, 20 Agustus 2019 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun