Bau wangi ikan terbakar, ketika siang yang terbakar kemarau telah membuat lapar. Ikan terbakar, alam terbakar, terus membakar.Â
Bukan bara api yang menyulut kaki, tapi langkah bergegas melawan waktu di antara orang-orang lapar karena kemiskinan. Ikan terbakar, wanginya menyebar telah tertahan diri untuk tidak nyaman di atas penderitaan. Kita tahu diri. Sedang berempati.Â
Ikan terpanggang bara, telah membakar peluh. Menetes air mata derita, membuat luluh. Kita tunda pesta, karena masih terselip derita.Â
Sungailiat, 20 Agustus 2019Â
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!