Mohon tunggu...
Rustian Al Ansori
Rustian Al Ansori Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis kehidupan, Menghidupkan tulisan

Pernah bekerja di lembaga penyiaran, berdomisili di Sungailiat (Bangka Belitung)

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Menahan Hati di Medsos agar Ramadan Tak Terciderai

17 Mei 2019   22:00 Diperbarui: 17 Mei 2019   22:21 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puasa itu menahan diri dari makan dan minum di siang hari serta menghindari dari perbuatan dosa lainnya. Termasuk selama sebulan menjaga hati di media sosial, khususnya bagi yang aktif agar tidak  menyampaikan pesan-pesan yang menyinggung perasaan orang lain apa lagi menyebar hoax, sehingga  menjadi fitnah dan adu domba. Menjaga hati juga merupakan bagian dari menahan diri.

Komentar di medsos selama Ramadan ini yang banyak terlihat yakni masih saja ada kalimat-kalimat rasa tidak puas dengan hasil Pemilu 2019 lalu, terutama Pemilihan Presiden (Pilpres). Baik yang disampaikan tim sukses maupun hanya simpatisan biasa, yakni netizen yang telah memilih salah satu pasangan calon sebagai pilihan politiknya. Pernyataan-pernyataan tidak puas itu hingga menuduh dan bahkan menghujat serta membanding- bandingkan sosok di jaman jahiliyah dahulu seperti misalnya mengibaratkan sosok Firaun dan Musa.

Firaun itu sebagai sosok yang jahat dan Musa sebagai sosok yang baik, entah siapa yang sedang mereka ibaratkan. Hanya merekalah yang tahu. Ungkapan tersebut saya lihat di Facebook (Fb) hari ini Jumat (17/5). Hal itu sama dengan yang disampaikan khotib yang menyampaikan khutbah Jumat di Masjid Agung Sungailiat. Khotibnya (tidak saya sebut nama) adalah pendukung salah satu pasangan calon Pilpres dan juga ia seorang caleg, tapi kayaknya ia tidak terpilih. Walaupun ketika khutbah ia tidak menyebut siapa sosok yang diibaratkannya itu, saya sebagai jemaah sudah bisa menebak siapa yang dimaksud.

Pernyataan yang disampaikan tokoh agama yang politisi itu juga terekam jemaah sehingga mereka menuangkan pernyataan yang sama di FB. Saya bertanya kepada diri saya sendiri, mengapa tidak bisa menahan diri ini kan lagi puasa? Perumpamaan menyamakan seseorang dengan sosok jahat dan baik itu belum tentu benar. Kalau tidak benar berarti telah menjadi fitnah. Belum lagi terjadi saut-sautan pro dan kotra sehingga menimbulkan perselisihan. Hanya urusan seperti ini harus kembali kita berdebat dan terus bersengketa. Sepertinya mereka lupa bahwa sedang berpuasa. Ucapan itu tidak hanya disampaikan dengan mulut, namun juga jari-jari ini yang sekarang sudah memiliki mulut dan lidah yakni medsos akan lebih nyaring dan cepat tersebar.

Walaupun secara kwantitas berkurang, namun secara kuwalitas ungkapan yang menebarkan kebencian masih sama saja di medsos ketika Ramadan maupun sebelum Ramadan terutama terkait dengan hasil Pilpres. Berarti pengguna medsos belum bisa menahan diri untuk sebulan ini selama Ramdan. Sekrang tinggal setengah bulan lagi Ramdan tersisa, masih ada waktu untuk menahan diri sehingga medsos bisa menjadi alat menebarkan kedamaian. Puasa Ramadanpun mendapatkan keberkahan dan tidak terciderai. 

Menjaga hati berarti menahan emosi untuk tidak ikut berkomentar di medsos selama Ramdan semoga bisa mendatangkan hidayah di Ramdan 1440 H ini. Medsospun diterangi cahaya Ramadan yang bisa menyebarkan kebaikan kepada seluruh ummat tidak kecuali ia ummat Islam, juga agama lainnya dan suku manapun. Menahan hati, berarti bisa mengendalikan diri maka puasapun akan semakin mendatangkan keberkahan. Keberhasilan menahan hati di medsos, semoga bisa bertahan dan berlanjut di bulan-bulan berikutnya. 

***

Salam dari pulau Bangka.
Rustian Al Ansori

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun