Mohon tunggu...
Rustian Al Ansori
Rustian Al Ansori Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis kehidupan, Menghidupkan tulisan

Pernah bekerja di lembaga penyiaran, berdomisili di Sungailiat (Bangka Belitung)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Penambangan Timah di Laut Menggusur Jauh Nelayan Matras Sungailiat

18 November 2018   17:37 Diperbarui: 18 November 2018   17:42 539
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sanusi, nelayan Matras (dokpri)

Laut di pulau Bangka sebagaian besar merupakan kawasan Izin Usaha Penambangan ( IUP ). Keberadaan IUP telah menjadi masalah dan berbenturan dengan kepentingan masyarakat dan pemerintah daerah. Khususnya aktifits para nelayan dan pariwisata.

IUP juga telah mengganjal laju terbitnya Keputusan Pemerintah dalam pembentukan Kawasan Ekonomi Khusus ( KEK ) Pariwisata di pantai Timur Sungailiat, karena lautnya merupakan kawasan IUP PT. Timah Tbk. Benturan pun terjadi antar pemangku kepentingan, untuk meluluskan KEK Pariwisata pantai Timur Sungailiat. PT Timah Tbk tidak ingin rugi karena hitungan - hitungan kandungan timah di perairan itu. Sedangkan Pemkab Bangka ingin mempersiapkan kabupaten Bangka pasca Timah dengan membangun kepariwisataan.

Tidak hanya itu, nelayan pun berkonflik dengan kegiatan penambangan. Diantaranya nelayan Matras Sungailiat, yang menolak kegiatan penambangan di laut pantai Matras karena mengganggu tempat mereka menangkap ikan. Dampak langsung dari kegiatan penambangan timah di laut selain rusaknya terumbu karang tempat habitat ikan yang bakal ditangkap nelayan, juga terjadinya abrasi pantai. 

Obyek wisata pantai Matras Sungailiat yang merasakan dampaknya. Penyelamatan pantai pun dilakukan untuk menahan laju abrasi pantai dengan membangun talud berupa tumpukan batu panahan gelombang dengan dana berasal dari APBN dengan nilai puluhan milyar rupiah. Keberadaan talud telah mengurangi asri dan keindahan pantai Matras.

Dokpri
Dokpri
Talud panahan abrasi di Pantai Matras Sungailiat (dokpri)
Talud panahan abrasi di Pantai Matras Sungailiat (dokpri)
Keberadaan kegiatan penambangan yang dilakukan di perairan pantai Matras Sungailiat, telah merugikan ratusan nelayan di kawasan itu. Mereka mengusir kapal isap yang melakukan kegiatan penambangan dengan unjuk rasa. 

Upaya itu berhasil dilakukan, namun tidak menjamin kapal - kapal pengeruk timah itu tidak akan kembali. Saya berkesempatan berbincang - bincang dengan seorang nelayan, disela - sela penyerahan bantuan kapal dan alat tangkap kepada kelompok nelayan Matras Sungailiat. Ia adalah Sanusi (53) tahun, selain sebagai nelayan juga bekerja sebagai petugas kebersihan di pantai Matras. 

Sanusi mengungkapkan, sejak adanya kegiatan penambangan mereka para nelayan harus menangkap ikan dan cumi - cumi (sotong ) jauh dari pantai sehingga harus mengeluarkan BBM yang lebih banyak untuk mengoperasikan motor tempel di perahu miliknya.

“ Sebelum adanya kegiatan penambangan, kita menangkap ikan tidak jauh - jauh dari pantai. Dekat sini saja kita sudah bisa mendapatkan sotong,” kata Sanusi.

Perahu bantuan untuk nelayan di tepi pantai Matras Sungailiat (dokpri)
Perahu bantuan untuk nelayan di tepi pantai Matras Sungailiat (dokpri)
Kegiatan penambangan juga, menurut Sanusi telah membuat meningkatnya keasaman air laut yang menyebabkan ikan dan sotong menjauh dari habitatnya yang dekat dengan tepi pantai.

“ Kami nyutong ( menangkap sotong) tidak jauh pak, dekat batu putih itu , tidak lama jam 9 malam sudah pulang dapat sepuluh kilo,” katanya seraya menunjuk ke arah laut mengingat waktu lalu saat belum ada kegiatan penambangan.

Sanusi mengatakan, tempat berkumpul sotong biasanya di air keruh karena alam, bukanya perbuatan manusia akibat dari kegiatan penambang timah.  Walau keruh airnya tetap terasa asin seperti layaknya air laut. Namun sebaliknya air laut bekas kegiatan penambangan mengakibatkan suhu air dingin sehingga membuat ikan lari dari lokasi itu yang juga disebabkan kadar asam yang tinggi. Paling yang masih tersisa ikan bawal dan ikan duri berwarna merah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun