Terbuka rongga ketika angin leluasa masuk hingga menusuk - nusuk. Tak pernah mengundang angin yang datang dengan sendiri tanpa dipersilakan  duduk. Jangan sampai angin duduk menyeruduk bagai sapi menanduk. Bisa mati seketika tanpa lama terduduk.Â
Angin itu ada dimana - mana. Ada dimeja perkara. Ada di meja penguasa. Ada di meja spekulan. Ada di meja para pedagang yang terus jualan. Ada di meja politisi. Juga ada di pedang peci. Angin yang tak bisa di kendali.Â
Telah masuk angin. Bukan teriakan penambal ban penjual angin. Tapi teriakan orang - orang kalah yang curiga. Angin telah menjadi senjata. Angin telah menjadi pelengkap penderita.Â
Pawang angin entah dimana?Â
Sungailiat, 21 Juli 2018Â