Mohon tunggu...
Rustian Al Ansori
Rustian Al Ansori Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis kehidupan, Menghidupkan tulisan

Pernah bekerja di lembaga penyiaran, berdomisili di Sungailiat (Bangka Belitung)

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi | Masuk Angin

21 Juli 2018   19:44 Diperbarui: 21 Juli 2018   19:57 435
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Terbuka rongga ketika angin leluasa masuk hingga menusuk - nusuk. Tak pernah mengundang angin yang datang dengan sendiri tanpa dipersilakan  duduk. Jangan sampai angin duduk menyeruduk bagai sapi menanduk. Bisa mati seketika tanpa lama terduduk. 

Angin itu ada dimana - mana. Ada dimeja perkara. Ada di meja penguasa. Ada di meja spekulan. Ada di meja para pedagang yang terus jualan. Ada di meja politisi. Juga ada di pedang peci. Angin yang tak bisa di kendali. 

Telah masuk angin. Bukan teriakan penambal ban penjual angin. Tapi teriakan orang - orang kalah yang curiga. Angin telah menjadi senjata. Angin telah menjadi pelengkap penderita. 

Pawang angin entah dimana? 

Sungailiat, 21 Juli 2018 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun