Kunjungan saya ke desa Banyu Asin, Kecamatan Riau Silip, Kabupaten Bangka berjarak sekitar 60 km dari Sungailiat ke arah Barat bersama rombongan safari da'wah Pemkab Bangka juga sempat mendengarkan ungkapan perasaan warga desa.
Disela - sela acara safari da'wah saat saya duduk di teras masjid beberapa warga menyampaikan kondisi beduk di masjid At Taqwa merupakan masjid satu - satunya yanga ada di desa itu. Masjid sudah tua, juga beduk sebagai alat menandai sholat maupun memberitahu kepada warga adanya kegiatan lainnya seperti acara adat Nganggung yang dilangsung di masjid At Taqwa.
Salah satu yang dikeluhkan yakni kondisi kulit beduk yang sudah robek.
" Beduk masjid kami sudah robek," kata Jali (60 tahu) warga Banyu Asin yang selalu sholat di Masjid At Taqwa.
Beberapa warga menyampaikan bahwa Bupati Bangka sdah berjanji akan menggantikan beduk dengan beduk yang baru. Namun setelah 1 bulan lebih saat penanaman padi di desa tersebut Bupati menyampaikan janjinya, belum juga datang beduk baru yang dijanjikan.
Mereka minta disapaikan kepada Bupati, saya akan sampaikan keinginan warga desa Banyu Asin. Tapi hingga tulisan ini saya posting saya belum sempat bertemu Bupati maupun orang - orang dekat Bupati yang bisa disampaikan pesan ini.
Adat Nganggung yakni warga membawa dari rumah satu dulang berisakan berbagai makanan untuk disantap bersama. Ini digelar saat hari - hari besar Islam, maupun ada warga yang meninggal dunia serta menyambut tamu. Kendati kondisi warga Banyu Asin yang sebagian besar sederhana, dari bertani mereka tetap menyambut tamunya yakni rombongan safari da'wah Pemkab Bangka dengan adat Nganggung.
Usai menyantap makanan dalam adat Nganggung yang merupakan cerminan rasa kegotongroyongan masyarakat desa Banyu Asin dan masyarakat kabupaten Bangka umumnya, sebelum meninggalkan masjid warga desa kembali mengingatkan minta disampaikan kepada pak Bupati agar beduk yang baru yang dijanjikan segera dikirim ke desa Banyu Asin.