Mohon tunggu...
Rustan Ibnu Abbas
Rustan Ibnu Abbas Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Trainer

Suka nulis , Trainer Sales, Cinta Islam, Pembelajar dari nilai kehidupan Silahkan kunjungi Blog saya di www.rustanibnuabbas.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Selubung Merah Jambu Cinta dan Pernikahan (Sinopsis Buku)

24 Juli 2018   15:14 Diperbarui: 24 Juli 2018   15:01 511
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sering  kali  kita  disuguhi  cerita,  bacaan,  tontonan  yang  menggambarkan betapa cinta dan pernikahan itu berwujud  "bidadari"  tanpa  cela,  semua kagum  dengan  keindahannya. Bait-bait  syair  pun  bertaburan  merangkai  kata  indahnya cinta  yang  begitu  menawan,  membawa  sejuta  pesona yang  mengagumkan  hingga  semua  pasti  ingin  meraih  dan merasakan.  Tentu  saja,  makhluk  pertama  yang  penasaran  adalah remaja yang sudah balig dengan perubahan biologis berupa naluri menyukai lawan jenis (garizah nau').

Rasa  penasaran  itu  membawa  mereka  mencoba merasakan  "makhluk"  yang  bernama  cinta.  Perasaan  ini normal  dan  merupakan  fitrah  anugerah  Allah  SWT  pada setiap  manusia.  Seiring  dengan  bertambahnya  usia  dan kedewasaan berpikir maka muncul keinginan untuk mencari pendamping  hidup.  Rasa  penasaran  dan  informasi  yang kadang  berlebihan  membuat  sebagian  orang  tergesa-gesa  mewujudkan keinginannya. Namun, sebagian hanya berujung pada percekcokan, bahkan sampai perceraian

Hal serupa dialami oleh semua kalangan remaja, baik yang ikut ngaji atau tidak. Di kampus-kampus, cinta dan pernikahan menjadi tema pembicaraan khusus dan tentu sangat menarik, lebih-lebih  ditambah  dengan  "bumbu  pemanis"  sehingga pembahasan  tentang  cinta  dan  pernikahan  seperti  tidak ada  habisnya  untuk  diperbincangkan.

Para  aktivis  motivator pernikahan  bertebaran  memberikan  semangat  menikah  untuk menjalankan separuh dari 'din' meskipun sebagian dari  mereka belum menikah dan hanya bermodalkan pengetahuan  dari  buku  tentang  pernikahan  serta  informasi-informasi  penyemangat dari senior yang telah menikah.Semangat  inilah  yang  terus  ditumbuhkan  dengan berbalut  persepsi  "merah  jambu"  cinta  dan  pernikahan sehingga  mereka  kadang  kehilangan  pandangan  realistis tentang pernikahan. Semuanya dilihat sebagai sesuatu yang mengenakkan,  padahal  terkadang  melenakan.  Apalagi  bagi remaja  yang  tidak  mengerti  hakikat  cinta,  semua  dijalani dengan semangat membara hingga lupa bahwa kewajibannya adalah  mengetahui  arti  cinta  yang  sebenarnya.

Memahami dengan benar tentang kehidupan ini dengan landasan yang syar'i sehingga menjadikannya lebih bijak dan dewasa dalam berpikir dan bertindak. Ya..! terkadang sesuatu yang belum dialami sendiri tidak akan  berbekas  dan  bertahan  lama  dalam  ingatan.  Seorang wanita tidak akan pernah merasakan bagaimana bentuk kasih sayang  pada  seorang  anak  jika  belum  memiliki  keturunan sendiri. 

Sama  dengan  menjalani  cinta  dan  pernikahan,  jalan satu-satunya  untuk  bisa  merasakan  suka  dan  duka  hidup berumahtangga  adalah  dengan  menikah.  Itulah  sebabnya, pernikahan  disebut  sebagai  bentuk  kehidupan  yang  nyata karena  kompleksitas  masalah  di  segala  dimensi  kehidupan ada pada pernikahan. Memulai  merencanakan  menikah  sampai  menjalani pernikahan  memang  membutuhkan  kecakapan  ilmu  dan kemampuan  menjalani,  tidak  sebatas  retorika  dan  motivasi semata, apalagi hanya bermodalkan cinta biasa.

Namun, tidak bisa  dimungkiri  bahwa  yang  paling  banyak  mempengaruhi persepsi  kita  selama  ini  adalah  lingkungan  pergaulan  dan media.  Lingkungan  dan  media  yang  cenderung  kapitalistik membingkai dan mendominasi cara pandang tentang cinta dan  pernikahan. 

Akibatnya,  mayoritas  masyarakat  juga  ikut dengan persepsi umum yang berlaku dalam masyarakat. Sebagai seorang muslim, kita memiliki cara pandang dan aturan tersendiri memaknai cinta dan pernikahan. Aturannya sangat  jelas  dan  detail.  Menikah  karena  Allah  SWT  artinya  menyerahkan  semua  aturan  sesuai  dengan  apa  yang  telahdisyariatkan-Nya. Allah SWT berfirman, "Katakanlah  (Muhammad),  "Sesungguhnya  salatku,  ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan seluruh alam tidak ada sekutu bagi-Nya; dan demikianlah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama berserah diri (muslim)."(QS al-An'am [6]: 162-163)

Seluruh kehidupan ini milik Allah dan aturan pun harus bersumber  dari-Nya.  Cinta  dan  pernikahan  hanyalah  salah satu  bagian  dari  sekian  banyak  cabang-cabang  kehidupan. Meskipun  demikian,  apabila  salah  dalam  menjalani  akan berakibat buruk pada setiap cabang-cabang kehidupan lain. Ini  disebabkan  karena  dalam  menjalani  kehidupan  haruslah dilandasi dengan cinta karena Allah SWT

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun