Mohon tunggu...
Rusman
Rusman Mohon Tunggu... Guru - Libang Pepadi Kab. Tuban - Pemerhati budaya - Praktisi SambangPramitra
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

"Hidupmu terasa LEBIH INDAH jika kau hiasi dengan BUAH KARYA untuk sesama". Penulis juga aktif sebagai litbang Pepadi Kab. Tuban dan aktivis SambangPramitra.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

1. Rusman: Bagai Singa Lapar Menerjang Mangsa (b)

20 Juni 2019   02:28 Diperbarui: 21 Juni 2019   15:34 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Ki Palang Sisir menjadi tegang. Ia pun menjadi cemas melihat tubuh raksasa itu.

Namun tiba-tiba saja semua orang telah dikejutkan oleh sebuah tata gerak yang tidak terduga-duga. Belum lagi suara tertawa orang bertubuh besar itu menurun di antara kata-katanya, tiba-tiba saja suara itu terputus. Ternyata Sri Aji menjadi muak mendengar suara tertawa itu, dan segera meloncat menyerang langsung memukul mulut lawannya yang sedang tertawa itu.

Serangan Sri Aji itu benar-benar telah mengejutkan lawannya. Tiba-tiba saja ia merasa mulutnya disengat oleh sentuhan tangan yang membuatnya menyeringai kesakitan meskipun tidak mematahkan giginya, tetapi serangan Sri Aji yang tiba-tiba itu telah menyakitinya.

Selain perasaan sakit, orang bertubuh besar dan mereka yang menyaksikannya pun menjadi heran. Betapa cepatnya Sri Aji bergerak, sehingga tidak ada yang dapat mencegahnya, memukul mulut orang bertubuh besar itu.

Sementara si raksasa itu termangu-mangu kebingungan, Sri Aji berkata dengan lantang, "Orang bertubuh raksasa. Aku ternyata tidak mengetahui, mimpi apakah gerangan aku semalam. Apalagi, makna dari mimpiku itu. Mungkin perlambang dari nasib yang malang, tetapi mungkin pula perlambang dari sebuah permainan yang mengasyikkan. Dan aku pun menjadi bingung melihat perlawananmu yang menggelikan itu."

Orang bertubuh besar itu marah bukan buatan. Seperti yang dilakukan oleh Sri Aji, maka orang itu ingin menyerang dengan tiba-tiba, tetapi ternyata bahwa tubuh raksasanya itu tidak mampu bergerak secepat Sri Aji.

Namun ternyata bahwa tenaganya memang terlampau kuat. Tangannya terayun menyambar kepala Sri Aji. Terlalu keras, sehingga jika tangan itu berhasil menyentuh wajah lawannya, maka rahang Sri Aji tentu akan patah karenanya.

Tetapi gerak itu terlalu sederhana seperti tata gerak yang terdahulu. Betapa lambannya bagi Sri Aji meskipun cukup keras.

Sri Aji memang memiliki kemampuan bergerak secepat burung sikatan. Karena itulah, maka ia mampu mengimbangi kekuatan lawannya dengan kecepatan geraknya.

Sekali lagi tangan orang bertubuh besar itu terayun beberapa jari dari rahangnya. Sekali lagi terasa desir angin yang menyambar oleh dorongan ayunan tangan itu. Dan sekali lagi Sri Aji berdesah karena ia menyadari betapa kuatnya tenaga orang bertubuh besar itu yang terlampau percaya kepada kekuatannya sehingga ia tidak begitu menghiraukan tata geraknya. Meskipun demikian, itu bukan berarti bahwa sebenarnya orang itu tidak mampu melakukan tata gerak berlandaskan ilmu kanuragan.

Namun Sri Aji masih saja melihat serangan lawannya yang lamban betapa pun kuatnya. Ketika ayunan tangan orang bertubuh besar itu tidak mengenai sasarannya, maka ia pun melangkah maju dengan sebuah loncatan. Tangannya terjulur lurus meraih tubuh Sri Aji.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun