Mohon tunggu...
Rusman
Rusman Mohon Tunggu... Guru - Libang Pepadi Kab. Tuban - Pemerhati budaya - Praktisi SambangPramitra
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

"Hidupmu terasa LEBIH INDAH jika kau hiasi dengan BUAH KARYA untuk sesama". Penulis juga aktif sebagai litbang Pepadi Kab. Tuban dan aktivis SambangPramitra.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Rusman: Wayang, Arjunasasrabahu Madeg Senopati

25 Desember 2018   06:31 Diperbarui: 28 Februari 2019   10:58 275
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perang besar antara prajurit Alengka dan prajurit Maespati yang telah terjadi berakibat gugurnya patih Suwanda.

Gegerlah para prajurit Maespati menyaksikan jujungannya terbunuh oleh seorang Rahwana. 

Mereka menjerit, menangis, dan berteriak-teriak sejadi-jadinya, setengah tak percaya ksatriya utama yang mereka kagumi dan sangat dihormati semua orang kini telah tiada.

Sementar itu Dewi Citrawati yang juga mendengar kabar buruk itupun segera mengutus seorang emban untuk meyakinkan kebenarannya.

Para garwa lainnya juga tak percaya, seorang satriya utama dan sakti mandraguna mampu terbunuh oleh raksasa muda.

Kegadugan segera terjadi di antara para wanita itu. Terutama Dewi Citrawati yang merasa banyak berhutang budi kepada Patih Suwanda atau Bambang Sumantri. 

Mulai dari saat pertemuan di arena sayembara memperebutkan dirinya sebagai putri Kerajaan Magada.

Belum lagi permintaanya untuk memindahkan taman Sriwedari dari Gunung Nguntara ke istana kerajaan Maespati, semua itu adalah pekerjaan dimas Sumantri untukku, pikirnya.

Kini begitu mendengar gugurnya Patih Suwanda sang dewi merasa sangat kehilangan. 

Begitu abdi kinasihnya melaporkan bahwa hal itu benar-benar terjadi maka histerislah sang permaisuri.

"Ooow... Dimas Sumantriii !" jeritannya melengking dan tiba-tiba sajawanita cantik itupun pingsan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun