Mohon tunggu...
Rusman
Rusman Mohon Tunggu... Guru - Libang Pepadi Kab. Tuban - Pemerhati budaya - Praktisi SambangPramitra
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

"Hidupmu terasa LEBIH INDAH jika kau hiasi dengan BUAH KARYA untuk sesama". Penulis juga aktif sebagai litbang Pepadi Kab. Tuban dan aktivis SambangPramitra.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Rusman: Artikel, Mengembangkan Paradigma Pembelajaran

26 September 2018   20:29 Diperbarui: 1 Maret 2019   14:45 863
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Pribadi

Upaya peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia tidak pernah berhenti. Berbagai terobosan baru terus dilakukan oleh pemerintah melalui kementerian terkait. Upaya itu antara lain dalam pengelolaan sekolah, peningkatan sumber daya tenaga pendidikan, pengembangan / penulisan materi ajar, serta pengembangan paradigma baru dengan metodologi pengajaran, ketercukupan sarana belajar, dsb.

Pada sisi lain harus disadari pula terutama oleh para guru bahwa mengajar bukan semata persoalan menceritakan, menjelaskan materi ajar kepada siswa. Belajar bukanlah konsekuensi otomatis dari perenungan informasi ke dalam benak siswa, melainkan bahwa belajar memerlukan keterlibatan mental dan kerja siswa sendiri. 

Penjelasan dan pemeragaan saja tidak akan dapat menghasilkan hasil belajar yang tahan lama. Yang dapat menjadikan hasil belajar dapat dimengerti maknanya dan tahan lama hanyalah kegiatan belajar aktif.

Kalau demikian, apakah yang menjadikan belajar siswa menjadi lebih aktif? Agar belajar menjadi aktif siswa harus belajar secara menyenangkan. Mereka harus menggunakan otak, mengkaji gagasan, memecahkan masalah, dan menerapkan apa yang mereka pelajari. 

Belajar akif harus gesit, menyenangkan, bersemangat dan penuh gairah. Siswa bahkan sering meninggalkan tempat duduk mereka, bergerak leluasa dan berfikir keras (moving about dan thinking aloud)

Untuk bisa mempelajari sesuatu dengan baik, kita perlu mendengar, melihat, mengajukan pertanyaan tentangnya, dan membahasnya dengan orang lain. Tidak cukup dengan itu, siswa juga perlu "mengerjakannya", yakni menyelesaikan suatu tugas dengan cara mereka sendiri, menunjukkan contohnya, mencoba mempraktekkan keterampilan, dan mengerjakan tugas yang menuntut pengetahuan yang telah atau harus mereka dapatkan.

Jika demikian harus ada perubahan paradigma pendidikan, khususnya dalam konteks pembelajaran, bahwa mainset guru, siswa maupun tenaga kependidikan yang lain harus terjadi pembaharuan. Terutama guru atau pendidik yang secara langsung beperan sebagai pengelola pembelajaran. 

Guru tidak boleh bertahan dengan pola pikir yang lama, ialah bahwa yang penting melaksanakan tugas mengajar, bahwa mengajar itu sekedar mentransfer pengetahuan ke dalam otak siswa, bahwa metode ajar yang paling pokok adalah ceramah, bahwa gurulah yang harus lebih aktif sedang siswa harus diam mendengarkan penjelasan guru saat diterangkan, dsb.

Telah puluhan tahun pola pikir semacam itu mencengkeram dunia pendidikan kita, membelenggu daya nalar dan pemikiran para siswa kita. Wajar saja kalau kemudian outcomes pendidikan kita selama ini belum maksimal. Masih banyak para lulusan yang cenderung verbalistis atau hanya sekedar mampu menjelaskan namun miskin dalam memaknai persoalan. 

Mereka sekedar mampu mencapai nilai tinggi ulangan, tuntas dalam mengerjakan soal-soal tes tulis dan mungkin terampil berbicara menjawab petanyaan-pertanyaan. Namun ketika dihadapkan pada tuntutan "skill priority" mereka kalah bersaing.

Terutama dalam pembelajaran IPA yang banyak menuntut pendekatan unjuk kerja, percobaan, laboratorium dan semacamnya, maka mau tidak mau guru harus berani merubah pola pembelajarannya dari verbalisme menjadi factualisme. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun