Mohon tunggu...
Rusman
Rusman Mohon Tunggu... Guru - Libang Pepadi Kab. Tuban - Pemerhati budaya - Praktisi SambangPramitra
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

"Hidupmu terasa LEBIH INDAH jika kau hiasi dengan BUAH KARYA untuk sesama". Penulis juga aktif sebagai litbang Pepadi Kab. Tuban dan aktivis SambangPramitra.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

2. Rusman: Rembulan di Atas Bayang Semu (a)

14 Juni 2018   10:11 Diperbarui: 14 Juli 2019   10:44 975
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

OLEH :

RUS RUSMAN

  Adipati Tuban ke-17, Mas Hario Dalem yang bergelar Benteng Surolawe tengah berjuang merebut kembali daerah leluhur. Kadipaten Tuban kini                            dikuasai oleh musuh dari Kerajaan Mataram. Strategi perang gerilya telah diterapkan dan untuk itu Sang Adipati menyembunyikan barak                                          pasukannya di tengah hutan Jenggala. 

 "Esok kita harus berani menyerbu Tuban untuk mendapatkan kembali milik kita", berkata Mas Hario Dalem kepada pasukannya. Untuk itu malam                        ini dia bersama Ki Panitis tengah melangkahkan kakinya melihat-lihat keadaan di ibukota kadipaten.

Sepeninggal Mas Hario Dalem, nampak di perkemahan Senggara melangkah maju mendekati Raguna. Mulutnya yang nampak masih mengunyah daging rusa. Dia bertanya "Apakah yang telah kau lakukan Raguna?"

Raguna menundukkan wajahnya. Terasa darahnya seakan-akan mau menggelegak, namun ia tidak berani berbuat apa-apa. Meskipun demikian ia merasakan juga bahwa telah terjadi perubahan sikap pada Benteng Surolawe yang garang itu.

Meskipun Raguna belum menjawab, namun dengan melihat pedang Raguna yang masih melintang di tengah-tengah pintu, segera Senggara dapat menduga apa yang telah terjadi. karena itu maka Senggara berkata: "Hem..., kejadian ini persis yang aku alami kemarin lusa, kebetulan aku masih bisa menyadari karena aku tahu bahwa kau semalaman begadang keluar perkemahan. Tapi kali ini kau ulangi lagi menimpa Benteng Surolawe, maka habislah kau Raguna.."

Kini dalam angan Senggara terbayang perempuan cantik yang sering didatangi si Raguna, maka seperti kepada diri sendiri Senggara bergumam: "Itulah mengapa aku tidak mau berurusan dengan perempuan. Perempuan di mana-mana dapat menimbulkan persoalan. Dunia ini dapat menjadi sangat indah dan menggairahkan karena perempuan. Namun dunia ini dapat pula berubah menjadi neraka juga karena perempuan. Nah Raguna, jangan menyesal. Yang sudah biarlah terjadi, tetapi ingatlah untuk seterusnya, bahwa Benteng Surolawe yang garang itu amat membenci perempuan jalang."

Raguna mengangkat wajahnya. Dilihatnya Senggara masih menggerak-gerakkan mulutnya. Tetapi Raguna tidak berkata apa-apa. dengan langkah yang gontai ia berjalan meninggalkan tempat itu.

"Mau ke mana?" bertanya Senggara.

"Tidak ke mana-mana." sahut Raguna.

"Kau tidak boleh menempati gubug yang hampir roboh itu. Tidurlah di tempatku bersama orang-orangku. Bukankah kau masih ingat kata Mas Hario Dalem ?"

Raguna menggeleng, katanya: "Aku akan tidur bersama orang-orangku sendiri."

Senggara dengan susah payah menelan segumpal daging yang tidak dapat dikunyahnya. Sesaat terasa kerongkongannya tersumbat. Namun setelah gumpalan daging itu melalui lehernya ia berkata: "Terserahlah, tetapi aku akan berbicara kepadamu. Datanglah ke gubugku."

"Tentang apa?" bertanya Raguna.

"Tidak tentang perempuan" sahut Senggara.

"Ah" desah Raguna "Tentang apa?"

Bersambung

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun