Mohon tunggu...
Rusni
Rusni Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Anakku, Pengorbananku

7 Juli 2018   10:03 Diperbarui: 7 Juli 2018   23:10 650
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Salah satu tujuan pernikahan adalah menghasilkan keturunan. Itulah yang selalu dinanti oleh pasangan-pasangan yang sudah menikah. Jika mengetahui sudah hamil, maka bertambahlah sukacita dalam keluarga baru itu.

Wanita hamil pasti mengalami perubahan hormon. Dan akan ada banyak hal yang berubah. Mulai dari selera makan yang kurang bahkan hilang, mood yang berubah-ubah, mual sedang atau parah, bahkan ada yang sampai harus bed rest. 

Rata-rata wanita mengalami masalah yang paling umum adalah di trimester pertama kehamilan. Dalam hal ini sangat diperlukan dukungan dan perhatian keluarga, khususnya suami. Sangat menyedihkan jika ada suami yang kurang respect atau menganggap perubahan-perubahan istrinya berlebihan atau dibuat-buat.

Setiap bulan, biasanya akan periksa ke dokter atau bidan. Berat badan naik dan makin hari makin susah gerak. Selain itu, suhu tubuh meningkat sehingga selalu kepanasan bahkan dalam ruangan yang notabene cukup sejuk. Biasanya di trimester ketiga akan mengalami gangguan tidur. Rasa was-was datang menghampiri, namun tetap berusaha tenang. Ahhh...betapa pengorbanan yang berat selama sembilan bulan kehamilan.

Normal atau Caesar?

Mungkin ada satu dua orang yang menginginkan lahiran dengan operasi caesar. Namun, kebanyakan ibu merindukan lahiran secara normal. Selain bertanya ke dokter atau bidan, para ibu akan mencari tahu kiat-kiat untuk lahiran normal. Mulai bertanya kepada ibu yang sudah perpengalaman, membaca buku, atau searching google. Jika sudah menjalani kehamilan di trimester ketiga ibu juga akan mencoba banyak hal. Mengikuti senam hamil, jalan pagi, berenang,  sampai naik turun tangga berkali-kali.

Lalu bagaimana jika akhirnya harus caesar padahal dari awal kehamilan tidak ada masalah dan semua kelihatan normal? Mau tidak mau ibu harus siap.  Keselamatan ibu dan anak adalah yang terutama. Jangan memaksakan diri. Sekali lagi, ibu harus berkorban demi kehadiran si kecil di dunia. Berkorban mengalami rasa sakit yang lebih, kehilangan darah lebih banyak dan pemulihan yang lebih lama.

Seberat dan sebesar apa perjuangan dan pengorbanan ibu saat melahirkan?

Jawabannya sangat berat dan sangat besar. Tidak ada pengorbanan yang lebih besar daripada  tindakan seseorang yang mengorbankan nyawaku demi nyawa orang lain. Dan itulah yang dilakukan setiap ibu. Ibu rela mengorbankan nyawanya demi kehadiran seorang anak di dunia ini. Kita tau bahwa banyak ibu yang kehilangan nyawa karena melahirkan. Baik secara normal maupun caesar. Sungguh tak terbayangkan besarnya pengorbanan ibu. Hal tersebut tak dapat kupahami dengan sungguh sampai akhirnya aku mengalaminya.

Dua tahun lalu, tepatnya bulan Mei 2016, saya melahirkan seorang putri cantik. Setelah hampir dua tahun kehadirannya kami tunggu. Betapa sukacitanya saya dan suami. Selama kehamilan saya semua baik-baik saja. Bahkan sampai seminggu sebelum kehadirannya. Perkiraan lahirnya sudah tiba bahkan hampir lewat, namun tidak ada kontraksi.

Akhirnya saya setuju untuk induksi di sebuah klinik bersalin dekat rumah. Awal induksi saya masih bisa menahannya, namun sampai hari kedua hanya sampai pembukaan kedua. Di hari kedua, induksi tahap berikutnya dilanjutkan.

Saya mengalami rasa sakit yang luar biasa. Saya tetap bertahan karena ingin melahirkan secara normal. Namun kontraksinya terjadi hampir tiap menit. Rasa-rasanya tidak sempat bernafas. Perut dan pinggangku seperti disayat-sayat. Saya juga harus menahan diri untuk tidak teriak-teriak supaya nantinya punya cukup tenaga untuk melahirkannya. Sampai sore hari, saya sudah dua kali demam tinggi.

Pembukaan masih berkutat di 4 dan 5. Hingga malam tiba, dokter mengatakan bahwa hanya sedikit kemungkinan bisa normal. Saya sudah lemas dan tidak sanggup lagi. Saat itu yang kupikirkan adalah keselamatan babyku. Akhirnya, suami didampingi bidan dan teman -teman melarikannku ke salah satu rumah sakit Ibu dan Anak. Saya bahkan sudah nitip pesan ke suami supaya kelak menjaga putri kami dengan baik jika kelak saya tidak bisa bertahan hidup. Suamiku pun sangat bingung dan kacau.

Sesampai di rumah sakit, saya langsung ditangani. Hanya setengah jam persiapan sampai akhirnya masuk ruang operasi. Saat dokter anastesi ingin menyuntik punggungku, dia berpesan untuk bertahan sedikit karena suntikan ini cukup sakit. Namun aku hampir tidak merasakannya lagi karena rasa sakit dari kontraksi. Hanya beberapa menit, rasa sakitku hilang. Kemudian saya disuruh tidur dengan posisi disalib.

Tangan kanan kiriku di suntik ini dan itu. Kurang dari sepuluh menit, saya sudah mendengar tangisan kuat putriku. Betapa leganya hatiku. Sebelumnya, aku mendengar dokter ngobrol dengan suamiku bahwa kemungkinan si baby mengalami masalah karena sudah terlalu lama diinduksi. Jika si baby menangis kuat saat lahir berarti semua baik-baik saja. Namun beberapa saat setelah lahir saya masih tanyakan ke dokter apakah si kecil benar-benar tidak mengalami masalah. "Iya ibu, putrimu sehat dan cantik" jawabnya. Saat itu sukacita melimpah dan syukur memenuhi hatiku.  Apalagi setelah melihat wajahnya, saya tidak lagi mempedulikan rasa sakitku pasca operasi. Betapa luar biasanya kehadirannya. Mungkin banyak wanita yang punya pengalaman yang sama berat atau lebih berat dari apa yang kualami.

***

Setelah melahirkan, si ibu bukan berarti bisa nyantai. Namun sebaliknya makin sibuk. Jika tidak ada yang membantu, maka ibu harus memaksakan diri untuk mengurus rumah dan tentunya mengurus si kecil. Begadang tiap malam menjadi hal biasa yang harus dilalui. Menjaga kesehatan agar bisa mengASIhi si kecil. Belum lagi jika ibu mengalami Baby Blues yang bisa membuatnya sering sedih dan menangis yang kelihatannya tanpa sebab. Setelah itu harus belajar banyak hal dalam mengurus bayi. Jika si kecil sudah enam bulan harus belajar lagi tentang apa aja makanan yang bernutrisi buat si kecil. Dan masih banyak hal yang harus dilakukan dan dikorbankan si ibu ke depannya demi anaknya.

Jika demikian besarnya pengorbanan seorang ibu, seharusnyalah setiap ibu dihargai, dihormati, didukung dan dikasihi. Hargailah setiap pengorbanan ibumu, jangan lukai hatinya. Jangan sakiti dan jangan kecewakan harapannya. Tidak hanya saat mudanya atau sehatnya, terutama di masa tuanya dan saat sakit. Para suami hendaklah mengasihi dan menjaga istrinya yang adalah ibu dari anak-anaknya. 

Jangan ada lagi kekerasan dalam rumah tangga.  Walau mungkin ada satu dua ibu yang tidak bertanggung jawab, namun itu jangan menjadi tolak ukur. Karena sejahat-jahatnya ibumu, dia telah mengorbankan hidupnya demi kehadiranmu di dunia ini. Sesungguhnya, hampir semua ibu mengorbankan apapun demi yang terbaik buat anaknya. Bahkan setiap hari ibumu menyebut namamu dalam doanya. Karena itu, cintailah ibumu sepenuh hati.

I love you much more, mom.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun