Mohon tunggu...
Rusman Hakim
Rusman Hakim Mohon Tunggu... -

Entrepreneurship Consultant

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

The Law Of Sincerity

25 September 2014   17:31 Diperbarui: 17 Juni 2015   23:33 291
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1411622642679383848

[caption id="attachment_361596" align="aligncenter" width="600" caption="Ilustrasi/Kompasiana (Kompas.com)"][/caption]

Kamis, 25 September 2014 -- Pada artikel yang lalu telah diulas bahwa infrastruktur dari sebuah kesuksesan yang benar-benar total – bukan kesuksesan yang hanya dilihat dari besaran finansial belaka – adalah “keikhlasan”. Dalam bahasa asing ini disebut dengan “sincerity”.

Ternyata keikhlasan merupakan suatu entitas yang perlu dipelajari dan dilatih. Meski ada beberapa orang secara natural sudah memiliki keikhlasan sejak lahir, namun kebanyakan dari kita tidak seperti itu. Kadang kita berkomitmen untuk ikhlas, dan bisa terlihat ikhlas pada saat-saat normal. Namun pada saat situasi kritis datang, keikhlasan itu menghilang tergantikan dengan ego yang membuncah. Sehingga terbuktilah bahwa kita sebenarnya belum benar-benar ikhlas.

Sincerity juga merupakan “kunci kontak” dari mesin Tuhan. Kalau keikhlasan sudah mencapai derajat tertentu, maka kunci kontak tersebut akan menghidupkan mesin Tuhan, sehingga sang pemilik kunci pun akan sukses beberapa waktu kemudian. Lalu apa sajakah ciri-ciri dari keikhlasan, dan adakah contoh-contoh yang diperlihatkan oleh tokoh-tokoh sukses?

Yang jelas, ikhlas itu menyebabkan orang menjadi pemberani. Dulu para pejuang kemerdekaan Republik Indonesia adalah orang-orang yang sangat ikhlas, sehingga mereka berani berperang melawan penjajah Belanda yang menggunakan panser dan tank. Padahal para pejuang itu hanya berbekal bambu runcing. Toh, nyatanya mereka menang dan negeri ini pun merdeka.

Di dunia usaha, tokoh-tokoh sukses merupakan orang-orang ikhlas sejak memulai bisnisnya. Mereka merelakan apa pun yang akan terjadi terhadap diri dan keluarganya demi memperjuangkan masa depan. Dengan demikian mereka menjadi berani untuk segera memulai usaha, serta berani pula menghadapi risiko apa pun. Orang-orang Tegal dengan Wartegnya, orang-orang Minang dengan rumah makan Padangnya, dan orang-orang Bugis dengan perdagangan antar pulaunya, semua ikhlas meninggalkan kampung halaman untuk mengadu untung di perantauan. Maka mereka pun sukses.

Kombinasi keikhlasan dengan keberanian, pada gilirannya akan menumbuhkan Sense Of Adventure atau “Naluri Petualangan”. Naluri semacam ini sangat diperlukan dalam semua bidang kehidupan kita, termasuk dalam dunia usaha. Semua hal atau peristiwa yang “nyerempet-nyerempet bahaya”, akan menjadi kenikmatan sendiri bagi mereka yang telah terlatih otot ikhlasnya. Risiko-risiko kerugian, kepailitan atau kebangkrutan malah menjadikan orang-orang itu menjadi makin tertantang, makin excited, makin bergairah tidak ubahnya para matador yang memancing banteng ganas dengan sehelai kain merah.

Ciri khas dari seorang yang sudah ikhlas adalah terlihat selalu gembira, rendah hati serta tidak sombong. Bahkan mereka mampu tetap tersenyum pada saat dihujat orang lain. Itu sebabnya, para wirausahawan dan wiraniaga sukses pada umumnya merupakan orang-orang ikhlas yang tetap tersenyum setelah didamprat calon pelanggannya. David Packard, bos perusahaan raksasa Hewlett Packard (HP) suatu waktu sempat dimarahi oleh seorang operator mesin di pabriknya sendiri ketika sedang melakukan inspeksi rutin. Operator itu marah ketika pekerjaannya yang memerlukan ketelitian “terganggu” saat sang big-boss menyentuh tangannya. “Jangan sentuh aku!” katanya ketus. Ketika manajer pendamping berbalik marah pada anak buahnya dan menghardik: “Kamu tahu siapa ini?”, David Packard justru melerainya sambil berkata: “Tenang, tenang. Sudahlah, dia memang benar..”. Inilah sebuah pertunjukan keikhasan yang luar biasa,

Orang ikhlas tidak berupaya mengendalikan dunia. Mereka percaya bahwa alam semesta sudah mengatur segalanya. Oleh sebab itu, seorang suami tidak perlu khawatir jika suatu saat usahanya bangkrut, isteri dan anaknya akan terlantar. Sebab, baik isteri atau anaknya itu memiliki kodrat rejekinya sendiri. Hal ini terbukti ketika seorang ibu rumah tangga dari Inggris harus hidup menjanda karena kehilangan suami. Di tengah tekanan ekonomi karena harus mencari nafkah bagi diri dan putrinya, ternyata ia bisa berbuat “sesuatu yang besar”, dengan menulis buku serial “Harry Potter” yang membuatnya jadi kaya raya. Janda itu adalah Joanne Kathleen Rowling.

Keikhlasan juga membentuk karakter seseorang menjadi karakter pemimpin, yang salah satu cirinya adalah mendahulukan kepentingan orang banyak. Sebuah kejadian dramatis ditunjukkan oleh Hewlett dan Packard. Mereka ikhlas mempersilahkan perusahaan pesaing utama mereka Tektronix, untuk menggunakan fasilitas produksi milik Hewlett Packard mulai dari workshop, lab sampai pabrik. Toh tetap saja mereka lebih sukses dari Tektronix.

Satu hal yang pasti adalah mereka yang ikhlas tidak meletakkan “nafsu menjadi kaya raya” sebagai tujuan utama. Sebab keinginan demikian justru memperlihatkan ketidakikhlasan yang nyata dan itu sangat riskan. Di era depresi ekonomi, Konosuke Matsushita dengan keikhlasannya, ditambah dengan kesadaran tentang energi semesta yang tidak boleh terhenti, rela “berlaku boros” menggunakan uangnya semata-mata hanya karena ingin mencegah terjadinya bencana ekonomi yang lebih besar karena semua orang menahan uangnya untuk berhemat. (rh)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun