Mohon tunggu...
Rusman Hakim
Rusman Hakim Mohon Tunggu... -

Entrepreneurship Consultant

Selanjutnya

Tutup

Money

Falsafah Tumbuh Padi

14 Agustus 2014   23:36 Diperbarui: 18 Juni 2015   03:31 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

FALSAFAH TUMBUH PADI

Pada setiap musim tanam, petani memulai pekerjaannya dengan mempersiapkan lahan. Sebidang tanah dibersihkan, dan saluran irigasi juga disiapkan guna menjamin pasokan air. Setelah itu tanah diolah dengan jalan dicangkul atau dibajak, lalu diberi pupuk. Jika semua beres, bibit padi yang telah disemaikan pun mulai ditanam.

Sampai pada tahap ini, pada dasarnya tugas pokok petani sudah selesai. Tahap berikutnya berupa proses pertumbuhan padi sampai siap panen, bukan lagi di tangan petani. Proses maha penting itu sepenuhnya menjadi domain Tuhan. Tuhanlah yang menumbuhkan dan Tuhan jugalah yang menentukan apakah tanaman sang petani berhasil mencapai panen raya, atau justru gagal.

Falsafah yang sama juga berlaku bagi semua pekerjaan lain. Para kontraktor mempersiapkan dana, dokumen dan tenaga ahli sebelum mereka maju mengikuti lelang (tender) pekerjaan. Itu semua dilakukan dan ditentukan oleh si pengusaha. Namun, sejak dokumen-dokumen tender diserahkan sampai tiba waktunya pengumuman pemenang, kontraktor hanya bisa berdoa agar perusahaannyalah yang memenangi lelang tersebut. Keputusan akhir ada di tangan Tuhan.

Pengusaha toko atau rumah makan, mencari lokasi yang dianggap baik untuk usaha. Setelah dapat, gerai pun dibangun seindah mungkin. Membeli peralatan dan bahan baku, merekrut karyawan dan lain-lain. Semuanya dilakukan sendiri. Namun, sejak hari pertama pembukaan gerai sampai hari-hari selanjutnya, pertumbuhan toko atau restoran tersebut tidak lagi berada di tangan si pengusaha. Ramai tidaknya, maju mundurnya, bahkan bangkrut atau berjayanya usaha, semua ada di tangan Tuhan.

Maka sesungguhnya, semua yang dilakukan baik oleh sang petani mau pun para pengusaha tersebut, hanya merupakan pekerjaan-pekerjaan peripheral. Pekerjaan pendukung. Pekerjaan inti berupa proses penumbuhan padi, pemenangan tender atau perkembangan gerai usaha, semuanya dilakukan oleh Alam Semesta alias Tuhan YMK. Para pelaku usaha hanya bisa berdoa, berharap agar usahanya sukses.

“Man Proposes - God Disposes”, adalah sebuah pepatah bijak yang berarti “Manusia Berusaha, Tuhan Menentukan”. Sayangnya, di era yang cenderung sekuler ini, peran Tuhan dan Alam Semesta pun terabaikan. Di saat masalah muncul, pelaku bisnis lebih suka mengandal pada rumusan “POAC” (Plan, Organise, Action, Control) untuk mengatasinya. Langkah “C” (control) diterapkan untuk mengoreksi perencanaan bisnis, visi-misi, strategi marketing, proyeksi finansial dan lain sebagainya. Padahal, itu semua bersifat peripheral. Bukan akar masalah.

Inti masalahnya justru ada pada seberapa intens pelaku usaha mengelola hukum-hukum alam semesta yang berlaku universal agar bersesuaian dengan aktivitas peripheral tersebut.

Nah, teman sekalian. Hukum-hukum alam yang berlaku universal merupakan mekanisme metafisika yang harus terpenuhi, agar bersama-sama dengan aktivitas-aktivitas peripheral yang dilakukan, dapat menciptakan kesuksesan besar bagi para pelaku usaha. Bagaimana persisnya?

Ikuti terus artikel-artikel selanjutnya tentang “Metawirausaha”. Kalau ada yang berkenan untuk berdiskusi, mohon jangan sungkan untuk menghubungi saya. Wassalam dan terima kasih. Semoga bermanfaat!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun