Barus merupakan pintu pertama masuknya islam kenusantara, Barus merupakan sebuah kecamatan yang terletak di wilayah Kabupaten Tapanuli Tengah, Provinsi Sumatra Utara,Kota yang memiliki nama lain yaitu Fansur. Para sejarahwan menganggap bahwa kata “barus” berasal dari tumbuhan atau tanaman barus yang banyak tumbuh di Barus yang menghasilkan getah yang kemudian diolah menjadi kapur barus yang menjadi komoditas primodana pada abad ke 7 Masehi selain itu daerah ini juga penghasil kemenyan dan banyak dibeli oleh para pedagang dari Timur Tengah di Kota Barus sebagai kota primadona para pedagang rempah-rempah.
Maka masuklah pedagang dari Timur Tengah ke Barus pada abad ke-7 Masehi tidak hanya pedagang dari Arab, bahkan di Barus juga sudah berdatangan para pedagang dari Aceh, India, China, Tamil, Jawa, Batak, Minangkabau, Bugis, Bengkulu, dan sebagainya. Keanekaragaman suku bangsa yang datang ke Barus terbukti dengan adanya catatan-catatan berbahasa Arab, Yunani, Syriak, Tamil, Melayu, Jawa, hingga Armenia tentang Barus.
Masuknya Islam ke Nusantara dipercaya turut dalam jalur perdagangan ke Barus ini. Jalur perdagangan ini dikenal sebagai Jalur Rempah karena memang para pedagang memiliki misi untuk mencari rempah-rempah dan dengan menyebarkan ajaran agama Islam, maka mereka dapat mempererat hubungan yang terjadi diantara meraka. para pedagang tersebut ada yang terus menetap dan bahkan ada juga yang sampai menikah dengan wanita yang berasal dari Indonesia. hal ini membuat proses penyebaran agama Islam akan semakin cepat berkembang.
Bukti dan Jejak Peninggalan Peradaban Islam di Barus
Kompleks Makam Situs Papan Tinggi
Makam papan tinggi ini terletak di atas bukit dengan ketinggian kurang lebih 720 M dia atas permukaan laut. Di atas perbukitan ini terdapat tanah yang datar sekitar 20 x 15 M.
Di lokasi tanah inilah terdapat delapan makam, dan hanya satu yang ada inskripsinya berbahasa Arab. Makam ini barangkali terpanjang yang ada di Barus, bahkan mungkin di Indonesia dengan diameter sekitar 8,15 M, dan tinggi nisannya 135 cm. Diperkirakan tokoh yang dimakamkan ini adalah seorang sufi bernama Syekh Mahmud yang tertera dalam inskripsinya. Tidak semua makam diberi tanda batu nisan dan tidak berukirkan batu alam.
Bentuk batu nisan menggunakan jenis batuan granit putih berbintik hitam yang menunjukkan batu nisan yang berasal dari Barus. Batu nisan penanda kepala makam berbentuk pipih dengan bagian kepala berupa lingkaran. Sementara batu nisan penanda kaki makam berbentuk pipih dan bagian kepala dipahat bergelombang.
Kompleks Makam Situs Mahligai
Kompleks Makam Mahligai terletak di Desa Aek Dakka, sekitar 5 km dari Kecamatan Barus ke arah utara. Kompleks merupakan pemakaman terbesar bila dibandingkan dengan yang lainnya. Luasnya sekitar tiga hektar dan sekitarnya terdapat perkebunan karet. Komplek makam ini terletak di perbukitan.
Nama makam Mahligai berasal dari kata “Mahligai” yang sama artinya dengan istana kecil pada zaman dahulu. Kemudian disebutlah kompleks ini sebagai “Makam Mahligai”.Memiliki bentuk batu nisan di Makam Mahligai cukup beragam dan variatif, ini hampir sama dengan yang ditemukan pada makam-makam lain di wilayah Barus.