Mohon tunggu...
Rusdi El Umar
Rusdi El Umar Mohon Tunggu... Guru - Guru di SMPN 1 Batang-Batang

Sang petualang yang masih terus mencari hakikat kehidupan rusdiumar@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sisi Lain Kajian Kitab Bidayatul Hidayah

14 Maret 2023   12:11 Diperbarui: 14 Maret 2023   12:14 277
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hari ini, Ahad, 23 Oktober 2022, sehari setelah Hari Santri Nasional, dengan agak tergesa saya memasuki saung tempat kajian kitab. KH. Ali Fikri sebagai pengampu kitab ini telah nyaris memulai kajian. Tapi Alhamdulillah, sedetik sebelum pengajian dimulai saya hadir, salaman kepada Beliau dan beberapa peserta yang hadir, baru kemudian kajian kitab dimulai. Benar-benar nyaris dan di detik terakhir saya datang di pengajian kali ini. "Belum terlambat," gumam saya dalam hati.

Pengajian kali ini masih terkait dengan zikir dan doa setelah salat. Doa yang dibaca setelah azan dan iqamah, serta zikir-zikir lainnya. Sisi lainnya adalah bahwa menurut Kiai Fikri posisi tangan saat berdoa adalah berada di depan dada bagaikan menciduk (nampa) air. "Tetapi ada sebagian orang yang ketika berdoa meletakkan tangan di atas lutut," demikian menurut Kiai Fikri sambil mencontohkannya diiringi dengan gerrr, gelak tawa hadirin. 

Dok. Pribadi
Dok. Pribadi

Sisi lainnya, terkait dengan mukhlisina lahuddin, adalah berbedanya pengamalan terhadap aspek kehidupan. Kiai Fikri menceritakan bagaimana KH Wakit Khozin (alm) menghadapi kemungkaran. "Kiai Waqit, menurut riwayat langsung bersikap frontal ketika ada panggung hiburan yang mempertontonkan kemaksiatan," demikian penjelasan Kiai Fikri.

Masih terkait dengan Kiai Waqit, penulis pernah mendengar langsung dari teman sekelas (namanya Hamdi) yang menyaksikan dakwah Beliau dengan "fal yughayyirhu biyadih" yaitu dengan kekuatan fisik. Bahwa Kiai Waqit mendatangi arena sambung ayam yang dibalut dengan perjudian. Di tengah-tengah para preman (bajingan?) yang seng asyik berjudi itu, Kiai Waqit datang dan mengobrak-abrik arena ayam serta menantang orang-orang yang berani menghalangi perbuatan Beliau. Dan tidak satupun orang-orang yang berani menghadapi Kiai Waqit.

"Sebelum ada HRS dkk, Kiai Waqid telah melakukannya lebih dulu," demikian Kiai Fikri menjelaskan. Dan apa yang telah dilakukan oleh Kiai Waqit merupakan bagian dari pengejawantahan dari "mukhlisina lahuddina." Artinya bagian dari penegakan agama Allah swt. Jadi, aplikasi dari nilai agama terhadap nilai-nilai sosial memiliki ragam dan formulasi yang tidak sama. 

Menurut Kiai Fikri, menceritakan bagaimana KH Ilyas tidak kasokan (tidak suka) ketika ada santri yang ingin melabrak rumah seseorang yang sedang berlangsung musik saronen (mungkin di dalamnya terdapat kemaksiatan?). "Je' biasa rokngerok kegumbir'anna orng lan; jangan biasa menghalangi kegembiraan orang lain," demikian Kiai Ilyas menasehati santrinya. Beda kan penerapan "mukhlisisna lahuddina" antara Kiai Waqit dengan Kiai Ilyas? Pilih yang mana? Hee,,,

Kiai Fikri juga menceritakan bahwa ada seseorang yang pamit kepada Kiai Basyir Abdullah Sajjad (alm) untuk membunuh Danramil yang dipandang sebagai orang yang mungkarot. Orang tersebut berlasan karena sudah siap "berperang" karena sudah dijaza' (diberi pelindung diri dengan cara mistis?). Jawaban Kiai Basyir di luar dugaan. "Bhee, jerowa andhi' bini andhi' anak. Bna se makanana'a?; loh, Danramil itu punya istri dan punya anak. Kamu yang akan memberi makan mereka?" Artinya Kiai Basyir tidak setuju dengan tindakan anarkis dan kekerasan.

Dan ada lagi sisi lain yang diceritakan Kiai Fikri pada saat pengajian. Misalnya tentang orang tua santri yang memamitkan anaknya hanya karena ada kegiatan tan-pangantanan (dalam bahasa Indonesia: pura-pura menjadi pengantin). Bagaimana kisahnya? Penasaran kan? Kata Ustaz Wahid Abdu, "Makanya ikut kajian kitab kalau penasaran." Wallahu A'lam!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun