[caption caption="Dok Istana : Foto bersama usai jamuan makan siang"][/caption]Kaget saya setelah membaca status mas Nurul Uyuy yang di posting pada Facebook, Jumat lalu tanggal 11 Desember 2015. Inti dari status itu bahwa akan ada jamuan makan siang di Istana, saya pun turut memberi komentar pada status tersebut, belum sampai sejam saya dikagetkan lagi dengan isi pesan yang dikirm melalui inbox, saya ditanya kesediaan untuk menghadiri jamuan makan siang bersama Jokowi, antara sadar dan tidak sadar beberapa kali saya menepuk pipi dengan kedua tangan untuk meyakinkan diri bahwa ini benar-benar nyata, sambil histeris yes yes yes di penginapan Wonghang tempat kami para Kompasianer Amboina (Koma) melepas lelah karena baru tiba dari Ambon pada pukul 19.00 WIB.
Rasa bahagia itu seperti orang yang lagi mabuk cinta dan diajak kencang oleh kekasihnya, saya pun menyatakan kesediaan dengan penuh suka cita, undangan makan siang di Istana adalah anugerah terbesar bagi masyarakat biasa seperti saya, jadi tak ada alasan untuk menolak undangan tersebut. Saya pun menyampaikan berita baik itu pada teman-teman Koma, mereka menyambutnya dengan sangat bahagia karena ada satu perwakilan dari Ambon yang diundang.
Tidak sampai disitu saja, saya kembali dikagetkan dengan pesan berikutnya yakni harus memakai baju batik dan kumpul jam 09.00 WIB di Piazza Gandaria Ciity mall tepatnya panggung utama Kompasianival 2015.
Bayangkan saja, kami yang datang jauh dari Ambon tidak membawah baju batik karena ajang kompasianival tidak mewajibkan kami untuk harus membawa atau memakai baju apa, alias bebas rapi tapi sopan, sedangkan informasi makan siang di Istana baru kami terima pada Jumat malam, lalu kami diminta untuk kumpul pada keesokkan harinya, dalam waktu singkat seperti itu mau cari dimana baju batiknya..? sedangkan ke Gandaria City saja harus nyasar dulu hahaha…, Apalagi keluar malam untuk mencari baju batik. Beruntunglah kami membawa baju adat Ambon (Cele : Kotak-kotak ping).
Baju Batik dan Cele..?
Terkait keharusan memakai batik, saya mencoba menawarkan untuk memakai baju khas Ambon, dan beginilah percakapan saya bersama mas Nurul Uyuy melalui messenger, “waduh mas… kita dari Ambon gak bawah baju batik.. tapi bawah baju khas Ambon.. baju cele, bisa gak mas?”, saya sedikit khuwatir namun juga meyakinkan mas nurul.
“gimana?” tanya mas nurul.
“sopan mas, baju cele itu khas Maluku blus kotak-kotak Jokowi”, spontan jari saya mengetik kalimat kotak-kotak Jokowi untuk meyakinkan dirinya, bahwa baju cele juga tidak kalah bagusnya dengan baju batik nasional. Dan akhirnya deal, keesokan harinya saya ikut bergabung di piazza bersama para Kompasianer lainnya.
[caption caption="Foto Bersama Bapak R Gaper Fadly dan Bapak Thamrin Dahlan sebelum ke Istana"]
Sabtu 12 Desember 2015
Sebelum kami masuk kedalam istana, dua kali kami harus antri untuk diperiksa, bahkan tas, handphone, tidak luput dari pemeriksaan. Meskipun sudah diperiksa, barang kami tetap saja tidak diperkenangkan untuk dibawah serta ke dalam Istana.