Mohon tunggu...
Rusata Tang
Rusata Tang Mohon Tunggu... lainnya -

suami 1 istri abah 1 putri

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pesta 17-an dalam Bayang-Bayang Kegagalan

16 Agustus 2012   21:49 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:39 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1345153608403917255

[caption id="attachment_207154" align="alignright" width="300" caption="courtesy sdnngamplangsaridua.blogspot.com"][/caption] Freedom is nothing but a chance to be better, demikian Albert Camus. Terlintas tanya setelah lebih separuh abad lepas dari penjajah sudahkah kesempatan menjadi lebih baik itu dimanfaatkan? Setelah demikian lama negeri ini merdeka, berapa banyak kehidupan lebih baik yang telah masyarakat merasakan? Rasanya Ada cuma beberapa gelintir saja orang yang sudah merasakan nikmatnya buah kemerdekaan. Walau keberhasilan lepas dari sistem kolonialisme memberi kita rasa aman, nyatanya bahaya dan ancaman bagi kita tidak lantas berakhir begitu saja. Kredo pengkhianatan adalah justru tindakan setelah perjuangan fisik selesai bisa jadi tengah terjadi di negeri ini. Masyarakat Indonesia telah dan sedang mengalami pengkhianatan kemerdekaan. Tema HUT Kemerdekaan RI, Dengan semangat proklamasi 17 Agustus 1945, kita bekerja keras untuk kemajuan bersama, kita tingkatkan pemerataan hasil-hasil pembangunan untuk keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, secara harfiah mengindikasi masih jauh jalan ditempuh untuk mencapai predikat bangsa yang “better” seperti Camus bilang. Kegagalan membagi hasil pembangunan secara adil dan merata adalah bentuk sungguh dari pengkhianatan, bukan?

Fakta masih lemahnya hukum, maraknya korupsi, ketimpangan ekonomi hingga gejolak sosial membuat pihak asing memberi penilaian miring tentang bangsa ini. The Fund for Peace (FFP) misalnya. Lembaga riset yang bermarkas di Amerika Serikat ini dalam laporannya menempatkan Indonesia dalam peringkat 63 dari 178 Index Negara Gagal 2012. Peringkat ini lebih buruk bila dibandingkan tahun lalu di mana negara kita menempati posisi ke-64. Bersamaan dengan memburuknya indeks negara gagal, merosotnya prestasi Indonesia di ajang Olimpiade London 2012 kian mengundang kekhawatiran kita, benarkah diam-diam negara ini mengarah pada kondisi bahaya (in danger) dan segera sampai pada negara gagal.

Bila ditelaah lebih objektif, tujuan failed state index tentubukan semata untuk mempermalukan suatu pemerintahah (not meant as a shaming tool). Label negara gagal adalah semacam wake-up call agar kita terjaga dan segera membenahi diri. Selama ini kita terbuai dengan jargon-jargon melelapkan, seperti negeri gemah ripah loh jinawi, tata tenteram kerta raharja, negeri bak zamrud khatulistiwa, tongkat kayu jadi tanaman, bahkan lautan pun ibarat kolam susu. Puja-pujian itu membuat kita lupa dan enggan menengok kenyataan yang sebenarnya. Sejarah mencatat banyak pemimpin besar yang hancur dan terbunuh karena bait kata-kata. Maka, di usia yang cukup tua, rasanya bangsa ini belum terlambat untuk melihat kenyataan dan kritikan secara arif. Kita tahu tak ada rahasia menggapai sukses, bahkan bagi sebuah bangsa, kecuali kerja keras dan bersungguh-sungguh belajar dari kegagalan.Wallahu ‘alam.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun