Mohon tunggu...
RuRy
RuRy Mohon Tunggu... Wiraswasta - Lahir di Demak Jawa Tengah

Orang biasa dari desa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Memaknai Sebuah Kegagalan

7 Januari 2018   00:35 Diperbarui: 7 Januari 2018   02:01 528
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi foto: republika.co.id

Siapapun kita pastinya mempunyai cita-cita dan harapan dalam menapaki kehidupan ini. Sebuah impian yang mulai kita dengungkan semenjak kita masih kanak-kanak hingga kita dewasa. Namun yang namanya harapan dan impian tak selamanya kita raih kendati sudah berjuang dan berkorban. Hingga kita memandang itu sebuah kegagalan.

Terkadang harapan dan angan-angan melalaikan kita untuk ingat akan keterbatasan kita sebagai manusia. Tentu tidak mengapa kita memimpikan sesuatu yang positif untuk kehidupan pada masa datang. Namun, kita tentu harus selalu sadar bahwa akan selalu ada rintangan dan hambatan yang pastinya akan kita lalui. Karena bagaimanapun kehidupan ini ada peran skenario Sang Pencipta.

Kegagalan itu tidak ada, yang ada adalah pembelajaran.

Banyak orang yang mengalami depresi, pesimis, bahkan putus asa yang dilatarbelakangi kegagalan, entah dalam mengejar kekayaan, karier, cinta, dan sebagainya. Lalu mengapa banyak artis top dunia papan atas yang mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri . Mengapa mereka melakukan itu? Top, kaya, karier cemerlanag, telah mereka peroleh, lalu apa yang melatarbelakangi mereka nekat mengakhiri hidupnya? Tentunya ini bisa menjadi renungan kita. Mereka gagal bukan dalam meraih impian, namun kegagalan dalam memahami hakikat hidup itu sendiri.

Jika kita mau menelisik dibalik sebuah kegagalan itu akan terselip makna dan hikmah yang luar biasa. Selama ini kita cenderung menilai sebuah kekayaan dan kesuksesan hanya dari sesuatu yang berbentuk dan terlihat saja. Padahal rezeki yang tingkatnya tinggi itu justru yang tidak kelihatan. Lalu apa? Pelajaran dan ilmu hidup jawabannya! Karna tanpa ilmu dan pelajaran hidup kita tidak akan pernah sampai tujuan, artinya kita akan terus mengejar melihat ke atas terus hingga usia habis gagal memahami subtansi kehidupan.

Pengalaman pribadi

Pada pertengahan tahun 2000 saya mencoba daftar sebagai CTKI (calon tenaga kerja Indonesia) ke Korea, semua proses dan syarat pun saya jalani. Setelah Interview, medical check up, sampai pengurusan pasport. Namun bulan, sampai berganti tahun tidak ada informasi panggilan kapan saya akan diterbangkan. Perasaan kawatir sejak mulai masa enam bulan penantian sudah saya rasakan, setiap saya menelpon selalu dijawab kata yang sama "sabar Mas tunggu visanya turun, nanti diinformasikan". Namun tepat satu tahun setengah saya mencoba mendatangi kantor PJTKI yang beralamat di daerah Percetakan Negara Jakarta-Pusat. Namun apa yang saya peroleh, ternyata kantor PJTKI tempat saya mendaftar itu telah tutup.

Hari itu bagaikan Kiamat rasanya, bagaimana tidak, uang untuk biaya semua itu dari hasil jual tanah di kampung. Jumlahnya yang tidak sedikit bagi kapasitas kami sebagai orang kampung yang miskin, namun saya tidak bisa menuliskan nominalnya disini, menangis saya kalau teringat. Bagaimana saya harus menjelaskan semua ini ke keluarga, kecewa, sedih, dan malu jadi satu rasanya. Karna kejadian itu saya memutuskan untuk tidak pulang ke kampung dulu karena gagal dan malu. Sisa uang saku saya pakai untuk sewa kos dan mencari kerjaan menjadi kuli bangunan untuk bisa bertahan hidup di Jakarta. Empat bulan kemudian saya baru berani pulang kampung atas desakan Ibu.

 "Nak kamu pulang saja gak apa-apa gak usah malu, yang kita jual tanah kita sendiri bukan punya orang lain, pulanglah Ibu ikhlas nak mungkin belum rizekimu," tutur Ibu tujuh belas tahun lalu. Dengan berat hati dan tangis akhirnya saya pulang.

Salah satu Lakon hidup yang pernah saya jalani, meski masih banyak drama-drama kehidupan yang lain yang tak bisa saya tulis semua dalam satu artikel. Namun saya tidak pernah menganggap itu sebuah kegagalan, justru dari semua itu saya banyak mengambil pelajaran hidup ini. Dan, dari lakon-lakon drama hidup yang penuh kepahitan dan penderitaan itulah juga yang membentuk mental, pikiran dan kepribadian saya sekarang ini.

Maka dari itulah bahwa kegagalan sebenarnya memang tidak ada. Yang ada adalah pesan dan hikmah yang terselip dibaliknya. Dan kegagalan yang sebenarnya ialah ketika kita tidak mampu memaknai kegagalan itu sendiri.

Ahmad Rury

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun