Hari Raya Idul Fitri telah tiba, Saya dan keluarga sudah berada di kampung. Saling memaafkan antara satu dengan yang lain adalah tujuan utama. Kembali ke fitri(suci), sehingga tak ada lagi dendam, dan sakit hati diantara kita.
Itulah yang diharapkan  di hari raya ini. Idul fitri juga disebut dengan hari kemenangan yaitu hari dimana kita telah memenangkan dari hawa nafsu dengan melakukan kewajiban berpuasa selama satu bulan.
Dalam puasa itulah kita bisa mengekang hawa nafsu, menghindari makan dan minum dan perkara  yang membatalkan puasa. Ramadan telah berlalu puasa wajib telah usai, yang ada tinggal atsar atau pengaruh keberkahan yang sejak awal kita harapkan dari Allah SWT.
Seperti apakah perilaku pasca ramadan apakah lebih baik dari sebelumnya, atau justru malah sebaliknya. Kita yang bisa menilainya. Akankah puasa memberikan kontribusi terhadap perilaku kita sehari-hari.
Ulama' kita menyampaikan jika amalan ramadan diterima Allah SWT maka akan mempengaruhi perilaku kebaikan dan sebaliknya jika puasa dan ibadah kita tertolak maka tidak mengubah dengan perilaku sebelumnya, tidak ada peningkatan bahkan mungkin merugi.
Namun demikian kita tidak boleh putus asa, apapun yang terjadi pasca ramadan kita harus berusaha menjadi lebih baik karena usaha dan amalan kita hanya berharap rida Allah SWT.
Hari Raya Idul fitri adalah hari di mana kita kembali suci. Allah memberikan ampunan terhadap hambanya setelah menjalani ibadah ramadan. Hal ini juga diikuti dengan tradisi silaturrahmi dan saling memaafkan antara satu dengan yang lain.
Sudah menjadi kebiasaan saya dan keluarga bergabung dengan keluarga besar yang ada di kampung untuk  melakukan mbarak(silaturrahmi) bersama-sama. Di Kampung saya ada tradisi mbarak dua kelompok, putra dan putri.
Setiap keluarga akan terpecah sesuai dengan jenis kelaminnya, jika laki-laki maka akan bergabung dengan rombongan laki-laki, baik tua, muda, bahkan anak kecil. Sebaliknya jika perempuan akan bergabung dengan ibu-ibu.
Kebetulan saya berempat perempuan semua maka kamipun bergabung dengan rombongan ibu-ibu, sedangkan anak mantu laki-laki dia akan bergabung dengan Bapak-Bapak. Sehingga hari pertama satu dusun keluar rumah semua. Rombongan akan singgah dari satu rumah ke rumah yang lain bergilir sesuai usia yang paling tua.