Mohon tunggu...
Fajrin Al Khomsa
Fajrin Al Khomsa Mohon Tunggu... -

Seorang Indonesia yang menolak dijajah dalam bentuk apapun

Selanjutnya

Tutup

Sosok

Yes! 2019, Tahun Ini Kita Sudahi Drama Nama-nama Ikan #17AprilPrabowoPresiden

2 Januari 2019   19:08 Diperbarui: 2 Januari 2019   19:28 400
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
orangindonesiabahagia.blogspot.com

ya welcome, ya welcome 2019...
Telah tiba kita pada tahun yang menjadi gerbang harapan dan akan membuka awal yang baik dalam peradaban kenegaraan kita bangsa Indonesia.

Tahun yang akan jadi waktu kita sudahinya banyak hal-hal memalukan sebagai bangsa yang punya mimpi jadi bangsa dari negara maju agar matching dengan alam rayanya.

Buat yang yang sudah pernah membaca tulisan-tulisan saya sebelumnya, mungkin sudah pernah membaca saya menulis soal alam raya Indonesia. Menurut saya ini yang paling mudah untuk menggambarkan betapa kita masih jauh dari posisi kita seharusnya sebagai negara di planet ini. Semudah melihat kepeta Dunia, sebegitu mencoloknya bentangan geografis kita. Dengan garis pantai terpanjang kedua didunia, tak banyak yang mampu menandingi gagahnya ribuan gugusan kepulauan nusantara.

Pertanyaannya, apakah yang sekarang tampak sedikit saja memahami dan mau memberikan pengabdiannya untuk langkah perjuangan kita menuju negara yang maju? Jawab saja sendiri ya. Maka dari itu yang kita butuhkan adalah pemimpin yang mengerti, paham, sadar dan mau untuk segala perjuangan yang sama-sama kita jalankan untuk menaikkan status bangsa kita dari yang kita sandang sekarang. Perlu sekali yang kuat dan berdiri untuk kepentingan rakyat dan tidak menjadi agen sponsor yang kita dapat lihat dengan segala macam cara ingin melanjutkan hal-hal seram yang juga akan menjauhkan kita dari mimpi tadi.

Kegagahan bentangan alam raya Nusantara ini sudah jadi incaran sejak dahulu kala. Logika sederhananya, setelah diajah lebih dari tiga abad oleh belanda dan dikeruk habbis-habisan kekayaan alam kita, sampai saat ini kita masih terus dilimpahi kekayaan alam yang masih buat iri bangsa lain. Masih banyak dari bangsa lain yang susah payah bercokol untuk mengeruk kekayaan kita dengan berbagai cara. Namun semakin kesini, tampaknya yang berniat bercokol itu sudah tidak sesulit itu menjalankan niatnya? Lagi-lagi saya dipersilahkan jawab sendiri.

Tahun baru bagi sebagian besar dari kita mungkin tak pernah segreget ini. Banyak yang merasa tahun berganti lewat begitu saja tanpa ada yang benar-benar ditunggu. Tapi tahun ini, memasuki babak baru perjuangan rakyat Indonesia dalam dua pillihan, melanjutkan segala penderitaan yang membuat bangsa kita semakin mundur atau memulai harapan baru untuk segala yang sedang kita perjuangkan demi hari ini dan masa depan.

Tahun dimana kita semua akan menyudahi gaya mengurus bangsa yang tidak punya kelas. Gaya yang memposisikan seolah bangsa kita adalah bangsa yang tidak cerdas dan cukup hanya dihibur dengan drama photoshoot. Yang nyata adalah kehancuran yang harus kita hentikan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya. Bila hanya dengan kemampuan polas-poles narasi media partisan saja, kita tidak perlu menjadi profesor untuk melakukan spekulasi apa yang akan diderita anak-cucu bangsa ini kelak. Bila sebuah negeri dipimpin oleh yang tidak paham kondisi bangsanya, lantas mau berharap apa? Yang tidak bisa orang ini dan timnya naskahkan menjadi drama adalah sikap alami tidak tahu apa-apa dalam menjawab tanya pewarta. Hingga pada saatnya rakyat ingin dengar langsung apa yang akan orang ini jalankan dikepemimpinannya kelak, orang-orangnya sibuk membuat bagaimana cara rangkaian ide dan pikiran itu disampaikan oleh pesuruh-pesuruhnya saja. Karena masih dalam kelas sebatas nama-nama ikan, maka siapa saja yang masih belum mau sadar saya sarankan tidak usah berharap banyak.

Sudah tiba waktunya kita kembalikan martabat bangsa ini. Tahun ini harus disudahi status kita menjadi bangsa komedi yang hanya akan terus ditertwakan karena orang nomor satunya tak baca. Tak baca apa yang harus dia sampaikan sebelumnya, tak baca apa yang kira-kira akan ditanya. Bahkan tak baca apa yang dia tanda tangani. Barangkali ini cara tuhan menunjukkan bahwa masih ada yang tidak mampu mereka poles dalam tipu daya, AKAL.

Segala macam cara akan dilakukan oleh penyembah dan pendana dari orang itu. Agar kemenangan rakyat tidak kita raih. Dongen dan tipu daya mereka memang sudah berhasil ditelanjangi secara brutal oleh akal sehat rakyat. Tapi rakyat belum sepenuhnya bisa bernafas lega. Perjuangan berat pra dan pasca pemimpin baru Indonesia ini akan terus berlanjut. Benar-benar berat, tapi rakyat tidak keberatan. Karena rakyat tahu memang sudah genting, negara yang rakyatnya dipaksa menjadi pelakon dalam drama nama-nama ikan sudah harus memasuki babak akhir dan tamat. Masuk kealam nyata yang berkelas dan sesuai dengan harkat.

Keyakinan atas harapan itu semakin kuat karena rakyat sudah merapatkan barisan kepada yang tuhan sudah siapkan. Dengan tempaan sedari muda, kualitas dan kelas sosok yang sudah selesai dengan dirinya dan hanya berjuang kini untuk rakyat. Lengkap dengan kekuatan muda yang akan menjadi perpaduan langkah baru dan besar dalam perjuangan bersama menuju negra yang bermartabat sesuai kelas dan posisi seharusnya. Kekuatan yang sadar dan mampu dengan semua kapasitasnya menyadarkan rakyat bahwa kita adalah bangsa besar yang tidak cukup hanya dihibur dengan sorot kamera namun dibaliknya masih banyak yang lapar dan menderita.

Ini sudah tahunnya. Sudah masuk waktu dari tahun yang kita teriakkan sebagai pembakar semangat dan penguat harapan bagi Indonesia yang kuat dan berdaulat karena dipimpin oleh yang tidak dikendalikan oleh kekuatan manapun selain kekuatan rakyat.

Hari ini hingga 17 April, perjuangan kita untuk Indonesia yang sejatinya merdeka, berdaulat, terhormat dan menuju negar maju.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun