Mohon tunggu...
Fajrin Al Khomsa
Fajrin Al Khomsa Mohon Tunggu... -

Seorang Indonesia yang menolak dijajah dalam bentuk apapun

Selanjutnya

Tutup

Politik

Narasi Khidmat dan Jalan Sunyi, Marketing Corong Jokowi dan Agenda Serang Lawan

26 November 2018   13:54 Diperbarui: 26 November 2018   13:53 367
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://orangindonesiabahagia.blogspot.com/2018/11/narasi-khidmat-dan-jalan-sunyi_25.html


Pola penyerangan kubu Jokowi terhadap lawan politiknya memang begitu-begitu saja. Sejak kengawuran awal di 2014 lalu, pola yang diterapkan adalah dengan membalik segala posisi dan ulah yang mereka lakukan dan akan lakukan terlebih dahulu terhadap siapa saja yang tidak mau ikut berboncengan dengan kepentingan mereka. Termasuk klaim-klaim paling ini dan paling itu, yang penting siap sesumbar saat ada celah untung, siap pura-pura gila saat ternyata blunder dan ketahuan norak.

Mudahnya bagi kumpulan pendukung Jokowi karena setiap ulah dan perkataan mereka akan di back up maksimal oleh media-media partisan yang kehilangan jati diri sebagai penerangan bagi rakyat. Setiap narasi-narasi sesat akan mudah tersiar dan viral demi kekuasaan yang tak cakap mereka pegang, tak elok mereka sandang.

Gaya dukung mendukung orang-orang yang menjadi corong-corong Jokowi pun selaras satu sama lain. Ada semacam harapan kekuasaan dengan gaya khas mereka yang saling mereka incar. Corong-corong ini adalah mereka yang siap ribut-ribut, pura-pura intelek dan kejam dalam segala aksi, baik saat mendapat jatah tampil di media mainstream, atau tugas harian di media sosial.

Sebuah kicauan dari salah satu corong Jokowi menggelitik saya siang kemarin. @budimandjatmiko: Pak @jokowi menyelamatkan uang hasil korupsi elite2 sekitar Cendana dgn berkhidmat..(pantas lawan2nya ingin mengembalikan Orba lagi). Tweet tersebut diudarakan untuk menanggapi akun @detikcom yang memberi pengantar untuk link berita dari situs mereka: Jalan Sunyi Jokowi Rebut Kembali Uang Negara dari Supersemar. Buat saya ini tidak lebih dari sekedar jualan narasi ala gimmick selebriti kurang job di infotainment.

Yang pertama, entah apa dan dari mana ide djatmiko menggunakan diksi khidmat untuk menggambarkan aksi Jokowi. Pola yang sama seperti saya sebutkan diawal adalah sebenarnya hanya untuk menggiring opini bahwa setiap lawan Jokowi adalah yang siap mematahkan demokrasi, mengembalikan pola orde baru yang selalu dijadikan olah kata untuk menakut-nakuti.  

Sejenak kita tinggalkan djatmiko, kita ingat lagi bagaimana setiap tweet dari salah corong Jokowi pada 2014 lalu. Wanda Hamidah, tidak perlu saya masukkan semua ramalannya kala itu disini, kita semua pasti masih hafal betul. Barisan kicauan untuk menggiring bahwa yang menjadi lawan jokowi akan menjalankan aksi yang bertentangan dengan demokrasi, pola-pola orde baru yang mereka gaungkan. Menebar ketakutan yang akhirnya dilakukan secara utuh dan lengkap oleh pujaannya yang menjadi pemimpin berstatus petugas hingga kini. Bahwa siapapun lawan Jokowi, akan melakukan hal-hal yang dia narasikan untuk menakut-nakuti.

Kembali ke Djatmiko, "(pantas lawan2nya ingin mengembalikan Orba lagi)" ini adalah pola yang sama. Dalam konteks seolah Jokowi telah menyelamatkan aset bangsa. Walau saya rasa dia juga harusnya tahu, aset bangsa kita yang lain mengalir begitu saja keluar, termasuk dizaman Jokowi, kerannya semakin bablas dan tak pernah separah ini.

Speak about menyelamatkan uang hasil korupsi, Djatmiko harusnya juga berkoar saat teman-teman satu partainya, dan satu koalisi pendukung Jokowi masih juara dalam status korupsi uang rakyat. Sebagai rakyat saya juga berharap Jokowi juga mampu berkhidmat dalam menyelamatkan uang dari hasil korupsi kaum pendukungnya. Masih ada Golkar, Nasdem dan PDIP sendiri yang merajai chart kader koruptor, termasuk yang akhirnya dikeluarkan dari TKN Jokowi karena skandal rasuah.

Mengacak-ngacak narasi dan mengait-ngaitkan semua yang bukan gerombolan mereka dengan kesalahan rezim-rezim terdahulu masih akan terus mereka gunakan sebagai cara. Terlebih menuju dan dalam pilpres 2019 nanti, ada nama besar Prabowo yang mulai semakin tak  terbendung dukungan terhadapnya dan punya sejarah dengan cendana. Hubungannya ketidak sukaan mereka terhadap Soeharto dengan perjuangan Prabowo kini hanya sebatas pemanfaatan cerita lama. Mungkin mereka boleh bertanya dengan antek yang kini bercokol digerombolan mereka, yang dulu bernafsu sekali menendang Prabowo keluar dari Keluarga Cendana.

Sama seperti para pelaku orde baru yang sekarang seolah cuci tangan dengan menjadi pemandu sorak rezim, orang-orang yang kini menjadi Corong Jokowi sedang mabuk sekaligus terserang flu kekuasaan. Dalam ketidakmampuan mereka menemukan prestasi berarti Jokowi, harus ada jalan menekan siapapun untuk membuat seolah ada yg lebih buruk agar terlihat lebih baik.

Terlebih berita yang di promosikan Djatmiko bersumber dari media yang jelas sudah layaknya Humas Jokowi. Media yang awaknya ke-gap mengacak-ngacak sampah untuk menujutkan aksi yang celah untuk berita buruknya tidak mereka temukan san mereka bukan pendukung rezim. Judulnya pun tak padu dengan gaya Jokowi selama ini dan selamanya. "Jalan Sunyi" agaknya bukan Jokowi banget bila soal prestasi. Saya tersenyum saat mengingat Jokowi dan para pendukungnya kerap mengklaim prestasi yang tidak murni dilakukan sendiri tapi seolah tiada campur tangan siapapun disitu dengan berisik, jauh dari persimpangan jalan sunyi.  Bahkan menggunting pita saja adalah prestasi yang koar-koar mereka jual, apalagi sekelas menyelamatkan aset. Atau sebenarnya, ketumbenan ini hanya lagak agar tak tercium sedang mengintai siapa saja yang bisa dijegal karena vokal dan melawan. Jalan sunyi hanya dilewati sang petugas saat barisan pahlawan tanpa tanda jasa ingin bersua, ingin merasakan kehadiran kepala negara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun