Mohon tunggu...
Runi
Runi Mohon Tunggu... Lainnya - Karyawan Swasta

Menulis di waktu luang

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kegalauan

25 Agustus 2020   13:28 Diperbarui: 25 Agustus 2020   13:23 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Aku adalah seorang istri yang menikah dengan sahabatku sendiri. Perkenalan kami bukanlah yang seperti taaruf atau pertemuan kilat lalu menikah, tapi kami sudah bersama dan berhubungan lebih dari 10 tahun. 

Kini pernikahan kami baru berumur 1 tahun jalan 2 tapi batu batu tajam dan masalah selalu datang ke dalam kehidupan pernikahan kami, segala hal yang bersifat sepele tiba-tiba menjadi hal yang sangat serius untuk dipermasalahkan. Yang dulu saat kami belum menikah adalah hal yang biasa saja, menjadi tidak biasa setelah pernikahan ini terjadi.

Terkadang sempat terbesit untuk menyerah dengan keadaan, apalagi saat seperti ini Suami dan juga sahabatku tiba-tiba terkena PHK secara sepihak oleh perusahaannya. 

Awalnya, sebagai istri, aku sebisa mungkin melatih hatiku untuk menerima keadaan suamiku yang sedang terpuruk ini, keadaan keuangan pun akhirnya hanya terbeban di diriku yang sampai saat ini memang masih bekerja. Demi apa pun, akhirnya aku menerima secara utuh keadaan suamiku yang sedang tidak bekerja. 

Namun, perubahan dalam rumah tangga kami mulai terlihat, suamiku yang dulu selalu dapat kuajak diskusi, saat ini hanya asik dengan game di HP nya, sehingga aku terkadang merasa diacuhkan oleh suamiku. Selain itu, permintaan tolong dari bibirku selalu dianggapnya sebagai perintah dan membuat dirinya kesal dan akhirnya pergi kerumah orang tuanya.

Tidak ada lagi malam indah, atau romantis seperti dulu kami baru awal menikah. Kini kami tidur saling membelakangi badan satu sama lain. Dan kegiatan mengantarku kerja setiap pagi pun sepertinya dianggap sebuah perintah. 

Dulu saat mengantarku kami selalu bersenda gurau dan berbincang-bincang, kini hanya keheningan disela deru kendaraan yang ada. Tidak ada lagi kata-kata romantis yang keluar dari bibir kami berdua, tidak ada lagi pujian atau kata saling menyemangati satu sama lain diantara kami. Yang ada hanya kebisuan yang tidak kami berdua mengerti.

Aku tidak tahu apa yang sedang terjadi,  ada apa dengan semua ini. Untuk memulai percakapan antara kami sangat sulit akhir-akhir ini. kalau bukan tentang waktu makan, tidak ada lagi yang bisa aku tanyakan kepada suamiku. 

Pernah suatu ketika aku bertanya tentang apa yang dirasakan suamiku saat ini, tapi itu justru membuatnya marah dan bertanya balik kenapa aku menanyakan hal itu.

Saat aku menjelaskan apa yang kupikirkan, dia justru menanyakan apakah yang sudah dia lakukan mengantarku, menjemputku, melakukan apa yang kuminta tidak berarti apa-apa untukku? 

Hatiku sakit, karena bukan itu yang ingin aku dengar, dan bukan obrolan seperti itu yang aku mau. Aku ingin kami dapat berbagi perasaan dan pikiran satu sama lain seperti dulu. Tapi kini hanya hening.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun