Mohon tunggu...
Runi
Runi Mohon Tunggu... Lainnya - Karyawan Swasta

Menulis di waktu luang

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Catatan Pertemuanku

31 Januari 2018   16:02 Diperbarui: 31 Januari 2018   16:03 330
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Ini adalah hari kedua dimana aku menyandang status pengangguran. Hari kedua, berarti sekalipun aku mendapatkan pekerjaan, gajiku tidak akan full untuk bulan ini. Tapi bukan itu kerisauanku saat ini. Kerisauanku adalah ibu, karena sampai saat ini dia masih menganggap aku berangkat pagi untuk bekerja. Aku tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi saat dia tahu yang sebenarnya, sehingga aku berharap kebohongan ini tidak lama dan aku segera mendapatkan pekerjaan lagi.

Rasa penat masih terasa di mataku. Semalaman aku tidak dapat tidur dengan nyenyak, memikirkan langkahku untuk hari ini. Sempat terbesit untuk memulai usaha via online, tapi pemikiranku begitu rumit. Mulai dari aku tidak punya kuota, teman dunia mayaku hanya sedikit, aku gaptek sehingga tidak  bisa membuat akun baru untuk usaha online, barang apa yang harus aku jual, dan apa komentar teman juga sahabat-sahabatku bila aku yang notabennya pekerja keras sampai susah dihubungi, kini mendadak menawarkan dagangan via online, gengsilah. "Ah, terlalu complex." pikirku. Jadilah aku di pagi hari terbengong sendiri hingga akhirnya aku memutuskan untuk menjemput bolanya. "Aku akan mencari informasi walk in interview."

Di hari kedua ini aku memang masih memutuskan untuk sebentar mampir ke perpustakaan sekedar menumpang wifi untuk mencari info walk in interview. Setelah mengumpulkan 2-3 perusahaan yang mengadakan walk in interview, aku beranjak pergi untuk mendatangi perusahaan-perusahaan itu. Begitu susah memang mencari pekerjaan saat ini. Dan seperti aku sedang berada dalam drama sinetron televisi, Aku berjalan kaki ditengah teriknya sinar matahari siang untuk mencapai sebuah kantor yang sedang melaksanakan seleksi karyawan by walk in interview. Memang dramatis, apalagi dengan kondisi keuanganku yang harus kuhemat sampai dapat pekerjaan baru. Untungnya sepatuku adalah sepatu yang sangat bersahabat sehingga tidak membuatku lecet ataupun kapalan saat harus jalan jauh.

Sampai di perusahaan pertama, perusahaan yang sepertinya termasuk perusahaan retail. Aku melihat sudah banyak yang datang untuk melamar. Orang-orang ramai berbincang-bincang dan bertanya-tanya tentang formulir di tangan mereka, aku pun ikut mengambil formulir, dan mengikuti langkah mereka menuju lantai kedua. Yah, walaupun aku tidak tahu untuk posisi apa yang sedang mereka cari. Tidak ada test tertulis, tidak ada psikotest, hanya mengisi formulir dan semua calon menunggu di ruangan yang penuh dengan bangku dan papan tulis dan proyektor.

Masuk beberapa orang berjas lengkap dengan dasinya dan ada diantara mereka yang menggunakan kacamata hitam. "Nyentrik sekali" pikirku. Lampu ruangan mulai dimatikan, mereka memulai presentasi, dan baru aku tahu bahwa aku masuk kedalam perusahaan MLM "OH MY GOOD." aku memalingkan pandanganku kearah pintu yang ternyata dijaga oleh beberapa orang berjas itu. 

Sudah 20 menit, dan presentasi itu masih berlangsung. Banyak orang yang datang berseru sebuah semboyan bila presentator mengucapkan kata sandi. Sepertinya orang-orang ini memang sudah tau keadaan di sini. "Ya Tuhan, berapa lama lagi ini akan berlangsung?" bathinku. "Memang presentasi ini sangat memotivasi, akupun ingin memulai bisnis. Tapi ayolah, aku butuh uang kawan, bahkan untuk sampai kesini saja aku harus berjalan kaki, sekarang kalian menyuruhku untuk membayar uang pendaftaran? dari mana kawan? kalian yang sudah jelas-jelas sukses menurut cerita yang kudengar dari presentasi kalian saja tidak mau memberikan pinjaman pada ku untuk memulai." 

Aku mulai berpikir untuk pergi dari tempat ini. Mataku mengarah pada pintu yang masih dijaga oleh orang-orang berjas dan berdasi itu. Aku melihat sekeliling, dan aku pun mulai berpura-pura memegang perutku sambil melangkah maju ke arah pintu. "Permisi, toilet dimana ya?" tanya ku pada si penjaga pintu. Salah satu dari mereka membuka kacamatanya, dan berkata "Di bawah, ayo saya antar." jelas orang itu. "Oh, tidak perlu, saya bisa sendiri" Jawabku cepat sambil tetap memegangi perutku. "Saya titip pulpen dan formulir pendaftaran ini saja." ujarku sambil memberikan pulpen yang sebenarnya tidak aku ketahui milik siapa dan formulir pendaftaran yang tidak ada gunanya untukku. Untungnya orang berjas itu tidak menaruh curiga padaku, dan mengambil titipanku.

Dengan cepat sambil tetap memegangi perutku yang sebenarnya tidak sakit, aku berlari kearah tangga untuk turun. Di bawah, ternyata ada juga orang berjas dan berdasi itu. Mereka menyapaku sesampainya aku dilantai dasar. "Mau kemana? penjelasannya sudah selesai?" tanya salah seorang diataranya. "Saya ditunggu oleh teman saya, dia nyasar mau kesini" Jawabku sekenanya. Untungnya orang-orang itu percaya dan mempersilakanku untuk menjemput teman bayanganku. "Mudah sekali ditipu, mungkin mereka percaya karena banyaknya orang yang datang adalah undangan mereka." pikirku. Apapun, yang jelas saat ini aku kecewa dengan yang kudapat saat ini. "Ya Tuhan, aku harus bagaimana?"

Kubuka kertas berisikan alamat perusahaan yang kutulis tadi. "Apa yang lain ini sama saja?" tanyaku sendiri. Langkahku ragu untuk melanjutkan ini. "Seharusnya aku tadi melamar saja via situs dan email." Gerutuku sendiri. Kuperhatikan lagi tulisanku, satu perusahaan yang akan aku datangi sepertinya merupakan perusahaan asuransi. Hatiku mulai goyah untuk melanjutkan perjalanan, karena sepertinya akan berujung sama saja. Akhirnya aku memutuskan untuk berjalan saja tanpa arah. Dan apabila mataku melihat tulisan dibutuhkan karyawan, aku akan segera masuk kedalamnya. 

Gedung tinggi memang menaungiku dari sinar matahari, tapi hausnya tidak bisa kutahan. Bekal sudah habis, air dibotolku sisa beberapa mili lagi. Aku akhirnya duduk didepan gedung tinggi di daerah sudirman. 

Seorang pedagang minuman bersepeda menghampiriku menawarkanku minuman, dan aku menolaknya. Seorang satpam memanggil pedangan itu dan memberikan rokok pada satpam tersebut. Sudah jam 2, aku harus kemana lagi? Amplop coklat yang aku bawa-bawa ditas laptopku akhirnya aku keluarkan. Aku perhatikan isi di dalamnya. "CV ku, dengan pendidikan hanya D3 apakah masih ada yang akan menerimaku? walaupun aku sudah bertahun-tahun bekerja? bukankah saat ini pendidikan yang paling dicari? entahlah. aku tetap optimis akan ada sebuah perusahaan yang nanti akan mengkontakku." Pikirku optimis. Kumasukkan kembali cv itu kedalam amplop. Tiba-tiba seseorang memanggil namaku. "El! Elpida!" Aku melihat sekeliling, dan kulihat pria berparas kejepangan, berkemeja biru langit bercelana bahan mengangkat tangannya kearahku. "Siapa?" Aku mengingat-ingat wajah itu. "Kashi?" gumamku pelan. "Kashi Koi?" gumamku lagi tidak percaya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun