Mohon tunggu...
Rumput kering
Rumput kering Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

fenomena kadang kala telalu sering kita acuhkan. tapi sejatinya dibalik fenomena itu tersimpan suatu realitas kehidupan yang nyata.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Ranu Kumbolo: Perjalanan Menaklukkan Hati

14 Oktober 2013   10:04 Diperbarui: 24 Juni 2015   06:34 245
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1381719197167037381

Sabtu ini seperti sabtu pagi sebelumnya dan juga sabtu pagi sebelum-sebelumnya. Saya selalu menyisihkan waktu khusus ini di Puskot, duduk manis di bagian pojok belakang. Menghabiskan waktu menjelajahi imajinasi para penulis-penulis buku. Menikmati waktu libur, menikmati duniaku, menikmati kesendirianku dan mengamati fenomena unik para pengunjung Puskot. Selalu saja ada cerita yang berbeda tiap pekannya. Dua sejoli yang memadu kasih diam-diam, takut-takut, malu-malu. Bapak-bapak usia paru baya yang beromatisan ria (hehehhe.. asumsi saya mungkin itu istri muda atau istri barunya). Penjaga perpustakaan yang lalu lalang menata buku, sekali-kali tersenyum sopan kepada para pengunjung. Suara lembut lembaran-lembaran kertas yang dibolak-balik. Celoteh-celoteh tertahan bocah-bocah cilik yang kebetulan diajak orang tuanya berkunjung ke puskot. Semuanya membuat saya kangen, menjadikan tak sabaran menanti sabtu datang lagi, saking kangennya sampai-sampai saya tidak sadar hari ini datang kepagian heehehehe . Pagi ini saya kembali duduk di bagian terbaik di Puskot, duduk di sisi pojok belakang bagian paling aku senangi.

Minggu lalu di puskot ada workshopnya Bang Anwar Fuadi pengarang bukunya negeri lima menara itu (udah aku ceritain kan pada episode sebelumnya). Tapi kali ini bukan tentang Bang Fuadi itu lagi khehe.., kali ini hanya ingin menceritakan tentang perjalanan saya beberapa Minggu yang lalu ke Semeru, pasti pada tau kan Gunung Semeru (itu yang di filmnya 5 Cm, yakin kalian pasti udah pada nonton). Biar lebih jelas, sedikit akan aku ulas tentang Semeru.

Nah.. Semeru adalah gunung tertinggi dan salah satu gunung merapi yang masih aktif di pulau jawa, dengan ketinggian 3.676 meter dari permukaan laut (mdpl),. Posisi gunung ini terletak di antara wilayah administrasi Kabupaten Malang dan Lumajang, dengan posisi geografis antara 8°06' LS dan 120°55' BT. Puncak Semeru dikenal dengan nama Mahameru dan kawah di puncaknya di beri nama Jonggring Saloko, menurut legenda Gunung Semeru dipercaya sebagai Bapak Gunung Agung yang berada di Bali. Gunung Semeru juga dipercayamerupakan tempat tinggal atau puncak abadi para Dewa. Mayoritas penduduk di sini masih menganut paham kejawen dan beberapa beragama Hindu dan islam. Maka tak heran ketika kalian berkunjung ke sana, ritual-ritual bernilai budaya dan tradisi-tradisi masa lalu masih kental terasa. Dan itu memberikan eksoktika tersendiri.

Orang pertama yang mendaki gunung ini adalah Clignet (1838) seorang ahli geologi berkebangsaan Belanda. Hingga kini tak terhitung banyaknya pendaki-pendaki yang telah menaklukkan gunung Semeru ini. Pemandangan dan petualangan yang menakjubkan menyebabkan jalur pendakian ini selalu ramai. Oh iya di sini juga tercatat kisah momentual, Soe Hok Gie, salah seorang tokoh aktivis Indonesia dan mahasiswa Fakultas Sastra Universitas Indonesia, meninggal di Gunung Semeru pada tahun 1969 akibat menghirup asap beracun di Gunung Semeru. Dia meninggal bersama rekannya, Idhan Dhanvantari Lubis. Meskipun demikian denyut di Semeru seperti tak pernah berhenti, tiap saat selalu saja ada yang terpanggil, datang dan datang lagi. Seperti pada hari ini, sabtu 25 september 2013, saya dan segerombolan kawan-kawan saya, turut menorehkan kisah kami disini. Di Gunung Semeru. Kisah tentang perjalanan anak-anak manusia untuk lebih mengenal alam-Nya.

Perjalanan ke Semeru setidaknya membutuhkan waktu 3 sampai 4 hari pulang pergi. Dengan titik tolak awal keberangkatan di Ranu Pani, desa terakhir di kaki Semeru. Kalian bisa ke Ranu Pani dengan menumpang truk sayur atau jip. Dari Malang, mungkin dibutuhkan kurang lebih 3 sampai 4 jam untuk tiba di Ranu Pani. Kami tiba di kaki Gunung Semeru saat matahari malu-malu menampakkan sinarnya dari balik bukit. Pagi, awal yang indah memulai perjalanan. Untuk sampai puncak setidaknya kita akan melewati beberapa titik pemberhentian: Ranu Pani à watu Rejeng à Ranu Kumbolo à Oro-oro Ombo à Kali Mati dan terakhir sebelum sampai puncak Mahamaru, pendaki akan menginap di Arcopodo dan meneruskan perjalanannya menjelang subuh. Menikmati matahari terbit di puncak Mahameru, dataran tertinggi di tanah Jawa.

Dari Ranu Pani ke Ranu Kumbolo perjalanan kami tempuh kurang lebih 4 jam dengan jarak perjalanan +/- 14 km. Dibanding perjalanan saya sebelumnya ke Panderman, menurutku track ke Ranu Kumbolo lebih enak dan lebih landai, menyusuri lereng bukit dan mengikuti track pendakian lumayan mudah. Di sepanjang perjalan kalian akan menikmati indahnya goresan Tuhan, seluet puncak mahameru dari kejahuan, hutan pinus dan cemara, lereng-lereng bukit ditumbuhi edelweis, dan beruntung kami sempat melihat kepulan asap dari puncak Mahameru. Beberapa kali kami break istirahat, setidaknya ada 4 sampai 5 pos peristirahatat yang tersedia. Sepanjang perjalanan, kami sesekali berpapasan dengan pendaki-pendaki yang turun gunung, saling sapa dan saling memberi semangat. Entahlah ada ikatan batin tersendiri yang menyatukan hati-hati para pendaki, membuat suasana terasa lebih akrab.

Matahari beranjak matang, menjelang Dzuhur akhirnya sampailah kami diRanu Kumbolo. Perjalanan yang melelahkan terbayar sudah. Di depan kami terhampar danau indah dengan air biru kehijau-hijauan. Berada di tengah-tengah bukit, di kelilingi pohon pinus dan cemara, padang sabana terhampar luas. MasyaAllah, Sepotong surga di Indonesia, keindahan semacam apa ini. Kami terdiam, beberapa teman perjalananku terlihat menyeka ujung matanya. Terharu.

Selalu ada rasa bangga, selalu ada rasa haru, ketika kita berhasil berada pada titik tertentu dalam kehidupan kita. Seperti halnya pada hari ini, setelah menempuh perjalanan berjam-jam kini kami di sini. Berdiri bersama rumput, pinus dan kabut. Mengalahkan batas-batas ego, mengalahkan batas-batas rasio. Karenanya sejatinya pendakian bukanlah perjalanan menaklukkan gunung tapi lebih dalam, perjalanan ini adalah perjalanan menaklukkan hati dan aku menamainya perjalanan ini adalah perjalanan cinta.

Dua jam, yah kami di sana memang hanya dua jam, tidak lebih. Dan bagiku itu sudah sangat cukup. Mungkin jika terlalu lama di sana maka keindahannya semakin terasa hambar, hilang rasa spesialnya. Bagiku jauh lebih menyenangkan mengenang sepotong kejadian yang hanya selintas terjadinya. Memberikan cela untuk membayangkan lagi kenangan itu, dan itu akan membuat semakin penasaran saat mengenangnya. Kami memutuskan pulang. Ranu Kumbolo sudah cukup bagi kami. Sedari awal kami memang tidak merencanakan sampai ke puncak Mahameru. Mungkin lain waktu, jika Tuhan memberi banyak kesempatan lagi.

Matahari menua, sayup-sayup suara adzan magrib terdengar dari balik pepohonan. Sepasang kunang-kunang terbang melintas di antara cela-cela ilalang. Bunyi hewan-hewan malam bersahut-sahutan, aroma rumput basah dan sesekali hembusan dingin angin gunung bertiup membawa kabut. Kami akhirnya tiba di desa persis ketika matahari beralih menyinari bagian lain bumi ini. Hari ini cukup sudah. Langkah kaki semakin kaku mungkin pelumas di engselnya habis setelah seharian bekerja terlalu keras menempuh perjalan kurang lebih 8 jam pulang pergi. Astaga.. kalian pernah lihat mumi yang malang di filemnya paraNorman, persis seperti itu. Engsel lutut tak bisa ditekuk, langka tertatih sambil ngangkang, muka super cemong, rambut awut-awutan, aroma menyengat bau kelek., ckckkckc...

Seakan tak cukup terminologi kata untuk menceritakan perjalanan kami ke sana, tak cukup simbol untuk menggambarkan rasa yang mendedah di hati. Biarlah kalian sendiri nanti yang akan menggambarkan rasanya dengan hati. Saat di mana kalian juga menorehkan kisah kalian di sana, meninggalkan sepenggal hati kalian di lereng Gunung Semeru.

Saya Axxxr Mxxxxxxr bangga pernah di sini, bersama mereka orang-orang yang berhati baik, orang-orang yang persahabatannya sangat aku hargai, orang-orang yang aku cintai karena Allah.

NB: Akhir tahun ini merencanakan lagi perjalanan muncakke Mahameru, menyambut matahari pertama 2014 di sana. InsyaAllah. Bagi yang berminat bareng, silahkan hubungi saya


Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun