Mohon tunggu...
Bian Pamungkas
Bian Pamungkas Mohon Tunggu... Dosen - Bqpzm

Emancipate yourself from mental slavery (Bob Marley)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Bersembunyi pada Hal yang Tak Perlu

19 Januari 2021   10:01 Diperbarui: 19 Januari 2021   10:23 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Superior lawan katanya inferior, tidak bisa dipungkiri dalam bentuk persoalan apapun ini pasti terjadi hanya saja lain pribadi lain pula cara menyikapi. Melihat masyarakat indonesia yang dari sejarah-pun merupakan negara dunia ketiga fenomena superior mengenai negara lain sudah pasti sedikit banyaknya  tertanam di dalam benak pikiran masyarakatnya, karena sedari kecil tidak ada edukasi yang didapatkan baik itu formal maupun informal mengenai kesetaraan kita sebagai makhluk hidup yang sama, yaitu manusia.

pengalaman saya bisa jadi juga pengalaman anda ketika masih belum bisa berfikir banyak pasti mempunyai anggapan ketika ada sosok manusia yang ciri fisiknya berbeda dari umumnya dalam hal ini umumnya kita menyebut bule. dari artis yang blasteran dari tokoh-tokoh public yang populer dibantu media pencitraan bahwa produk negara lain lebih baik itulah yang diberikan untuk kita melalui tayangan-tanyangan media. Meminjam istilah kekinian yaitu insecure telah kita rasakan sejak dini betapa inferiornya kita ketika melihat sesuatu hal yang asing.

mungkin generasi sekarang lebih kepada timur-ketimur yang tanpa kita pungkiri bahwa kekaguman remaj-remaja saat ini sampai pada fase mengagumi negara timur yang lain, terlihat bagaimana fenomena K-pop yang terjadi saat ini, jika dimundur 20 tahun kebelakang tahun 200an saya masih menyaksikan bagaimana kegilaan remaja-remaja pada saat itu masih seputar pada dunia barat. 

westlife, boyzone backstreet boys dll pernah hadir mewarnai blantika kehidupan remaja pada saat itu. jadi bukan suatu hal yang baru melainkan sudah tertanam sangat lama dalam kerangka berfikir masyarakat pada umumnya dan semakin bertambah runyam ketika minimnya semangat untuk mencari literasi-literasi yang berguna untuk membangun kepribadian yang baik dan bermanfaat untuk bangsa indonesia sendiri tentunya.

Wajah ayu maupun coklatnya warna kulit masyarakat asli tidak lagi menarik, semua berlomba mewujudkan kecantikan yang tidak lagi natural pemberian dari tuhan melainkan ingin menyerupai seseorang yang dikagumi, oplas bukan lagi hal yang tabu. Superior disini lebih berbahaya karena hal yang diserang adalah induk tempat kita berfikir yaitu akal pikiran kita seketika itu diaminkan dan disetujui oleh keyakinan kita bahwa hal-hal yang berhubungan dengan sesuatu yang lain diluar yang kita punya adalah hal yang baik sehiingga bermuara pada tindakan dan perilaku kita.

Saya pribadi meyakini bahwa hal yang baik haruslah diambil baik itu dari segi kebudayaan, teknologi, ilmu pengetahuan dll tetapi harus juga waspada terhadap jebakan-jebakan yang akan membuat kita menyesalinya di penghujung hari. Berkaca pada akademisi Edward Said juga Bhaba harusnya kita lebih dalam untuk membaca fenomena yang terjadi dan menyesuaikan dengan kepantasan bagi negara kita sendiri.

sejarah memang tak bisa berulang, tapi pemikiran semestinya terus berupaya mencari jalan keseimbangan, konsep ambivalensi dalam bayangan saya bisa jadi budaya tanding yang bisa di terapkan kepada bidang-bidang tertentu yang memang bisa kita lakukan, karena ambivalensi juga pada dasarnya bermain- main dengan pengetahuan yang kita peroleh dan kita sesuaikan dengan pengetahuan tempat kita tumbuh, hingga menjadi bias sehingga bisa membiaskan superior karena jalan tengah yang kita buat bisa membuat sesuatu hal yang baru, yang memang kita di satu sisi mengagumi tetapi di sisi lain juga mencoba meramu hal yang kita kagumi dengan tetap mempunyai rasa percaya diri dengan kebangsaan kita dengan seluruh kearifan ilmu pengetahuannya

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun