Mohon tunggu...
Rumingkang Tumarima
Rumingkang Tumarima Mohon Tunggu... Dosen - KOPI PAHITPUN SELALU MENEMUKAN PENIKMATNYA

JUST DO IT

Selanjutnya

Tutup

Money

Asumsi Makro terhadap APBN 2019 -2024

16 September 2019   09:31 Diperbarui: 16 September 2019   09:38 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Politik yang stabil modal awal dalam pembangunan ekonomi diperiode ke 2 pak jokowi memimpin republic ini tentunya kita sepakat jika pembangunan ekonomi akan tercapai apabila tidak terjadi konflik vertical atau horizontal serta terjadi friksi didalam pemerintahan itu sendiri hal ini ketidak stabilan dalam politik akan berimbas terhadap variable variable lain seperi ekonomi dan keamanan. Sehingga kunci pemerintahan 5 tahun kedepan adalah kestabilan politik yang akan menciptakan kondisi kondusif aman dan terkendali.

Pembentukan kabinet sudah tinggal menunggu waktu saja tentunya ini akan sangat ditunggu oleh pasar ada dua kemungkinan bisa sesuai harapan pasar atau sebaliknya. Jika sesuai harapan pasar maka cabinet yang terbentuk yang diduduk orang-orang professional dibidangnya akan membawa angin segar yaitu terciptanya optimism bagi para  pelaku usaha bahwa 5 tahun kedepan akan lebih baik biasanya ditandai dengan naiknya IHSG dibursa efek dan terapresisasinya nilai rupiah yang diakibatkan dana investor masuk baik dalam negeri maupun luar negeri. 

Yang sangat menakutkan apabila cabinet yang terbentuk tidak sesuai expektasi pasar dimana keadaan ekonomi yang lagi stagnan lesu akan berakibat munculnya spesimistis terhadap pekerkembangan ekonomi 5 tahun kedepan. Kita tunggu dan doakan saja semoga cabinet yang terbentuk merupakan orang-orang terbaik direpublik ini.

Rancangan anggran dan belanja negara merupakan gambaran mengenai pembangunan ekonomi kedepan kita perlu berbangga bahwa APBN kita selalu mengalami peningkatan setiap tahunnya hanya saja dibayangi dengan melebarnya devisit anggaran yang mendekati angka 3.5% dari GDP tentunya ini buah dari pertumbuhan pendapatan negara terutama dari pajak pertumbuhannya tak sebesar pertumbuhan pelanjanya sehingga tidak ada jalan lain selain ditutup dengan berbagai instrument untuk menutup devisit anggaran dengan menerbitkan surat hutang baik dalam dan luar negeri. 

 hutang kita sudah mendekati 30 % dari GDP meskipun dibandingkan negara-negara maju seperti G7 yang rata-rata rasio hutangnya 100% dari GDP tetapi yang menjadi masalah disini adalah rasio pajak dibandingkan denga GDP sangat kecil yang rata-rata kurang dari 18% beda dengan G7 yang rasio pajaknya rata-rata diatas 30% tentu ini sebuah lampu kuning dan berjaga-jaga karena jika terus dilakukan tekanan terhadap fiskal akan tinggi tentunya sangat buruk terhadap pembangunan negara kita

Nilai tukar yang baik bukan berarti yang harus menguat atau melemah tetapi stabil dimana keseimbangan pasar yang terbentuk pada siklus atau kenaikan dan penuruna masih dianggap hal yang wajar karena pengaruh supply dan deman. 

Tetapi selama 5 tahun terakhir nilai rupiah terdepresiasi sangat jauh meskipun factor eksternal yang mendominasi tetapi kenyataannya seperti Malaysia dan Thailand fluktuasinya tak sebesar Indonesia. Tentunya harapan para pengusaha bahwa nilai Rupiah yang stabil menjadi asumsi yang positif, dimana naik turunnya rupiah akan berakibat sangat luas dan berpengaruh terhadap hajat hidu orang banyak. 

Lalu bagaimana cara agar nilai tukar stabil ? banyak teori tentang cadangan devisa tetapi yang memenuhi karakter ekonomi Indonesia adalah pertumbuhan ekonomi kita digerakan oleh investasi tidak langsung hanya melalui pasar saham dan pasar uang sehingga saat mereka menjual kembali yang akan menguras devisa secara otomatis rupiah melemah sehingga investasi langsung dengan membuka pabrik yang akan membuka ribuan tenaga kerja yang akan menaikan pendapatan masyarak cara terbaik dalam kestabilan nilai tukar.

Yang kedua adalah sistem ekonomi kita meskpun tak diakui pada kenyataannya adalaha oligopoly dimana perekonomian Indonesia hanya dikuasi beberapa kelompok perusahaan saja sehingga distribusi uang yang beredar hanya disekitar usahanya tak memiliki multiplayer yang besar tak salah apabila ada yang mengatakan 60 % uang yang beredar ada di Jakarta. 

Sehingga jalan terbaiknya adalah meningkatkan masyarakat kelas bawah menjadi kelas menengah dan kelas menengah menjadi kelas atas sehingga ada pemerataan distribusi jumlah uang yang beredah dan naiknya masyarakat kelas bawah menjadi tidak hanya akan menaikan konsumsi tetapi akan dibarengi naiknya tabungan dan investasi jika ini bisa tercapai inyallah republic ini sejahtera

Kemiskinan yang meskipun mengalami penuruna dalam 5 tahun ini tetapi tetapi penurunannya tak signifikan hal ini diakibatkan olah lapangan perkerjaan yang masih relative kecil ditambah antara lapangan kerja dengan rasio lulusan kerja yang tak sebanding mengakibatkan naiknya pengaguran baik pengahuran terbuka atau pengaguran terselubung tentunya kemiskinan yang tinggi dan pengguran terbuka yang besar merupakan beban berat bagi pemerintah dalam mewujudkan keadilan social bagi seluru Indonesia.

GDP kita memang sangat bagus dan selalu tumbuh positif hanya saja rasio antara GDP > GNI tentunya ini juga asumsi makro yang harus diperhatikan sehingga dapat disimpulkan apabila GDP lebih besar dari GNI bahwa produktivitas masyarakat kita yang berkerja diluar negeri lebih rendah dengan warga asing yang berkerja di Indonesaia. Sehingga untuk mengatasi ini pengiriman tenaga kerja Indonesia keluar negeri adalah tenaga kerja professional tidak hanya tenaga kerja non formal.

Lima tahun ini Pertumbuhan ekonomi stagnan di kisaran 5.00 -- 5,3 % tetapi pertumbuhan ini tak hanya diakibatkan oleh factor internal seperti turunnya konsumsi masarakat yang di akibatkan oleh turunnya pendapatannya yang akan mengakibatkan turunya tabungan di lembaga keuangan, turunnya investasi karena turunnya permintaan yang pada akhinya akan menurunkan pendapatan negara dari pajak. 

Banyak sekali factor eksternal dari luar negeri yang mempengaruhi perekonomian indonsesia yaitu lesunya ekonomi dunia, perang dagang antara china dan AS memperumit keadaan perdagangan dunia, kebijakan bank central AS yang akan menikan suku bunga yang mengakibatkan dampak yang besar yaitu mengalirnya HOT Money dipasar uang dan pasar saham keAS tentunya ini sangat merugikan dan harus tetap diwaspadai jangan sampai lengah.

Terakhir siapapun yang memimpin Republik ini dialah yang terbaik yang akan mewujudkan cita-cita bangsa kita yaitu keadilan social bagi seluruh rakyat indonsia tentunya apapun kebijakan yang dibuat harus kita dukung dan berkerja serta berjuang dengan kempuan dan kehlian kita karena kita mempunyai perana sangat besar terhadap pembangunan negara ini. 

Missal dengan membeli produk dalam negeri membuat pengecer utang saat pengecer utung maka distributor juga untung dan pabrik yang memproduksi pun ikut untung jika perusahaan untung maka pajak yang dibayarpun akan besar dan negara sangat diuntungkan dengan membeli produk dalam negeri karena devisa takkan terganngu.

Meskipun dalam hal ini bukan berarti impor buruk selama impor itu barang modal. Teknologi dan tersedianya supply dipasar itu justru menguntungkan yang berbahaya itu apabila produknya tersedia di dalam negeri tetapi masyarakat kita masih membeli barang impor tentunya dalam jangka panjang sangat berbaya dan harus diantisifasi dengan kualita produk dan bangga dengan barang dalam negeri.

Jayalah negeriku

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun