Mohon tunggu...
Rumanti HS
Rumanti HS Mohon Tunggu... Guru - Guru

Perempuan yang sedang belajar untuk menjadi seorang ibu

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Menelisik Kisah Lama (3)

2 Juni 2023   07:27 Diperbarui: 2 Juni 2023   12:08 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerbung. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Yuri B

Tikaman mata yang tajam itu tak mau pergi justru kian menghujam hingga ulu hati. Menghadirkan sebongkah nuansa kehidupan baru yang tiada tara indahnya. Jika dapat dilukiskan, Kirana merasa berada di dunia baru yang serba indah. Mungkin inilah arti dari syurga dunia. Sebuah tikam tajam dari sepasang mata milik seseorang yang belum dikenalnya sama sekali telah mampu memporak-porandakan segala sendi kehidupannya.

Walaupun demikian, Kirana tidak ingin terlalu larut dalam kondisi yang tidak menentu. Perasaan mengharu biru yang sepertinya tidak berujung pangkal hanya layak untuk dinikmati saja tanpa perlu ditindaklanjuti dalam kehidupan nyata. Ia mesti tetap menginjakkan kakinya di bumi pertiwi. Ia mesti menyadari dirinya sebagai anak satu-satunya dari keluarga pasangan Bapak Harja dan Ibu Parti. Keduanya telah mengorbankan seluruh kehidupannya demi masa depan dengan menyekolahkannya hingga tamat dari perguruan tinggi. Hal itu bukan pencapaian yang mudah. Tidak sembarangan orang dapat berhasil mengantarkan putra putrinya bersekolah setinggi itu.

Kini saatnya menantikan hasil dari jerih payah mereka. Kini waktunya bagi Kirana untuk membuktikan bahwa ia mampu mewujudkan keinginan dan harapan kedua orangtuanya. Semua proses yang mesti dilakukan untuk memenuhi persyaratan kelengkapan sebagai calon pegawai negeri sipil dilaluinya dengan penuh semangat dan pantang menyerah. Ia rela bersepeda sendirian menelusuri jalan menuju ke kantor - kantor yang memberikan surat - surat itu. Bagaimana ia mesti antri dalam sebuah barisan panjang di kantor tenaga kerja dan transmigrasi dari pagi hingga menjelang sore hari dilakukannya dengan tabah dan kuat hati.

Di setiap upaya dan usahanya untuk mengumpulkan seluruh persyaratan menjadi calon pegawai negeri sipil seperti yang ditentukan oleh almamaternya, , di sela - sela rasa letih dan pasrahnya, seseorang yang hanya diketahui dari sorot matanya saja itu tetap saja hadir memberikan suntikan Semangat dan supportnya. Dalam hati ia yakin bahwa suatu saat nanti akan ada kelanjutan dari nya.

Pada siang hari yang cukup terik, Kirana sedang menyelesaikan jahitannya di teras rumah. Seseorang bersepeda motor berhenti tepat di depan pintu masuk halaman rumah. Kirana mendongakkan kepalanya sejenak ke arah lelaki muda itu. Setelah itu, lelaki itu bertanya," Ada surat untuk Kirana. Benarkah ini rumahnya?.

"Benar, saya Kirana. Surat dari mana, Mas?"

"Silakan dicek sendiri, Mbak. Permisi. Assalamualaikum."

"Waalaikum salam."

Lelaki itu membalikkan badannya dan pergi meninggalkan rumah Kirana yang masih terpaku sambil mengamati sampul surat kilat berwarna biru muda.

Di bagian penerima surat tertulis namanya, sementara di bagian pengirim surat ada nama yang baru diketahuinya.

Siapakah dia?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun