Mohon tunggu...
Rumah Shine
Rumah Shine Mohon Tunggu... profesional -

Mensosialisasikan pola asuh dan pola komunikasi yang sehat dalam keluarga serta pemberian dukungan bagi keluarga-keluarga yang bermasalah. Bila membutuhkan bantuan untuk konsultasi masalah keluarga, silakan email kami di rumahshine@gmail.com atau cek web kami www.rumahshine.org

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Hidup Sederhana, Mungkinkah?

8 Mei 2013   15:07 Diperbarui: 24 Juni 2015   13:54 1018
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Bagi sebagian besar keluarga jaman sekarang, ide untuk hidup sederhana sudah menjadi kebutuhan yang mendesak. Namun bagi sebagian keluarga yang lain, hidup sederhana merupakan langkah mundur di tengah kemajuan zaman.

Membicarakan sampai di mana batas hidup sederhana, ada satu hal yang relatif: apa yang menurut saya cukup belum tentu cukup bagi orang lain, demikian sebaliknya.Atau ada pula yang mengatakan, kesederhanaan itu hidup menurut kebutuhan, dan bukan keinginan. Benarkah demikian?

Tema Kesederhanaan telah diajarkan, dianjurkan oleh banyak tokoh agama dengan berbagai cara selama berabad-abad. Bahkan dalam zaman kita ini dengan distress yang hebat, sejumlah besar pemikir masa kini telah mulai membicarakan dan menulis tentang konsep gaya hidup sederhana. Mungkin kita juga pernah mendapatkan pengajaran untuk hidup sederhana mulai dari sekolah, tempat ibadah sampai dengan seminar-seminar yang mengajarkan untuk bisa hidup sederhana.

Namun tampaknya sulit sekali untuk melakukan konsep hidup sederhana. Kalau kita mau melihat  cara hidup yang benar-benar sederhana kita bisa melihatnya dari komunitas Amish yang hidup di negara maju namun bisa hidup tanpa mesin dan tanpa listrik. Tapi hidup sederhana yang ingin dibahas dalam artikel ini juga tidak sampai seperti gaya hidup orang Amish.

Sebenarnya memang susah untuk membuat gambaran tentang arti hidup sederhana. Menurut sejarawan David Shi, arti yang tepat dari kehidupan sederhana  itu tidak pernah ditentukan. Menurutnya kesederhanaan selalu digambarkan dengan sekumpulan gagasan, perasaan, serta aktifitas yang berubah-ubah.

Namun beberapa gambaran umum tentang konsep hidup sederhana di bawah ini, mungkin bisa sedikit memberi rumusan tentang hidup sederhana.

1. Kesederhanaan tidak bisa dipaksakan. Hidup sederhana adalah hidup yang penuh kemerdekaan. Bila hidup sederhana dipaksakan, maka kesederhanaan akan hilang. Ini harus dimulai dari kemauan yang berasal dari dalam diri sendiri.

2. Sederhana itu bisa berarti hidup bersahaja. Gagasan kehidupan yang bersahaja jauh lebih bermanfaat daripada hidup secara mewah dan glamour. Hidup bersahaja itu memahami bahwa keindahan alami itu ada di dalam diri manusia (hati) dan bahwa keindahannya jauh melebihi hiasan-hiasan yang dibuat manusia. Hidup bersahaja juga tahu bagaimana cara beristirahat, namun juga tahu bagaimana cara bekerja.

3. Hidup sederhana bebas dari kekhawatiran. Entah kekhawatiran tentang reputasi, harta benda maupun hari esok kita. Kesederhanaan dikendalikan oleh hal-hal yang member kehidupan, dan menolak untuk dikendalikan oleh hal-hal yang menimbulkan kehancuran.

4. Kesederhanaan mengarahkan orang pada keteraturan. Sehubungan dengan emosional, kita melepaskan rasa cemas kita, memperbaiki kembali hubungan-hubungan kita, memaafkan musuh-musuh kita, dan memulai hidup yang baru setiap hari. Sehubungan dengan material, kita tidak rakus terhadap harta benda, tetapi justru mengikis apa yang sudah mulai tertimbun.

5. Hidup sederhana membuat orang kreatif. Hidup menjadi tidak membosankan meski sederhana. Kesederhanaan membuat imajinasi bebas untuk bekerja dan menikmati sesuatu. Selain itu, bisa memberikan sukacita dari kreativitas yang dibuat.

6. Yang pasti hidup sederhana haruslah otentik. Tidak dibuat-buat untuk mencari perhatian orang atau meminta belas kasihan. Kenyamanan bukanlah tujuan utama yang dibenarkan – otensitaslah tujuan utamanya. Oleh karena itu, bisa dimengerti kalau mereka yang mencari kesederhanaan mungkin mengalami ketidaknyamanan.

Jadi jangan salah tangkap. Kesederhanaan itu bukan berarti harus memiskinkan diri lalu membawa keluarga untuk tinggal menetap di hutan. Juga bukan berarti tidak menikmati kehidupan ini. Hidup sederhana ternyata tidak sesulit yang digambarkan orang. Semoga saja rumusan tentang hidup sederhana di atas bisa menolong kita untuk berkembang menjadi keluarga yang lebih baik.

Sumber:

Buku Margin karangan Richard A. Swenson, M.D

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun