Mohon tunggu...
Rumah Shine
Rumah Shine Mohon Tunggu... profesional -

Mensosialisasikan pola asuh dan pola komunikasi yang sehat dalam keluarga serta pemberian dukungan bagi keluarga-keluarga yang bermasalah. Bila membutuhkan bantuan untuk konsultasi masalah keluarga, silakan email kami di rumahshine@gmail.com atau cek web kami www.rumahshine.org

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Berbicara Topik Seks kepada Anak

13 Oktober 2011   09:52 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:00 1621
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

[caption id="attachment_141428" align="alignnone" width="640" caption="Ilustrasi/Admin (Shutterstock)"][/caption]

Berbicara seks pada anak

Keterbukaan komunikasi dalam sebuah keluarga sangat dibutuhkan antara orangtua dengan anak-anak. Adanya keterbukaan komunikasi dalam keluarga juga memudahkan orangtua untuk menyampaikan sebuah informasi. Dalam masa perkembangannya, anak-anak selalu menginginkan informasi tentang segala hal termasuk membutuhkan informasi yang benar tentang seks. Perlu digaris bawahi bahwa pendidikan seks bukan melulu seputar oragn intim dan reproduksinya, tapi juga bagaimana mereka menerima dirinya, bentuk tubuhnya dan melihat perbedaan yang ada di lingkungan mereka. Pemberian informasi mengenai seks tidak dilakukan dalam sekali waktu, melainkan dalam sebuah obrolan-obrolan kecil yang diulang-ulang.

Pendidikan seks dapat terjadi kapan saja dan dimana saja. Seperti memberikan pengetahuan kepada anak tentang masalah pertumbuhan gigi, makan sehat dan tidak sehat, informasi seks yang benar pun dapat disampaikan secara mulus kepada anak. Sayangnya, banyak orangtua merasa risih dan sungkan bila membicarakan masalah seks pada anaknya. Hal itu terjadi karena adanya anggapan seks itu kotor dan tabu untuk dibicarakan. Dari sudut pandang psikologi, seks adalah sesuatu yang normal dan alami. Setiap individu mempunyai kebutuhan akan seks. Jadi pendidikan seks dari usia dini adalah hal yang normal karena anak-anak juga makhluk seksual dan mereka membutuhkan pengetahuan ini. Jangan khawatir dengan masalah too much to soon, lebih berbahaya bila too little too late.

Cara Penyampaian Informasi

Memperkenalkan soal seksualitas bukanlah sesuatu yang harus didiskusikan dalam jangka waktu tertentu. Biarkan ini menjadi sebuah proses yang terjadi dengan sendirinya. Memberikan informasi tentang perilaku seksual dapat dilakukan ketika memandikan anak, ketika membacakan buku, ketika bermain dan sebagainya. Orangtua harus pintar mencari kesempatan yang tepat untuk menyelipkan informasi yang diinginkan orangtua supaya anak ketahui. Dalam ruang keluarga ketika menonton TV ada laki-laki dan perempuan yang berpelukan, orangtua bisa memberitahu kenapa mereka berpelukan. Orangtua juga bisa mengatakan siapa saja yang boleh memeluk mereka atau ketika sedang memandikan anak, orangtua bisa memberikan informasi kepada anak bagian tubuh mana saja yang boleh dilihat atau disentuh oleh orang asing dan lain sebagainya. Berdiskusi dengan anak tentang pengetahuan seksual memungkinkan orangtua untuk menyampaikan nilai-nilai keluarga, moral dan agama yang dapat membentuk anak secara positif.

Satu hal yang harus diingat dari orangtua bila ingin membicarakan masalah seks harus memahami tahapan perkembangan seksual anak. Tidak mungkin berbicara tentang masalah haid (siklus datang bulan) kepada anak perempuan berusia 5 tahun. Harus sesuai dengan porsinya masing-masing. Ada tahapan-tahapan usia yang harus dimengerti orangtua. Pendidikan seks untuk anak umur tiga tahun berbeda dengan anak umur sepuluh tahun. Orangtua harus bekerja sama supaya pengetahuan seksual tidak bias dalam diri anak.

Metode penyampaian informasi pendidikan seks juga bisa langsung bertanya. Misalnya: “Apakah kamu tahu perbedaan anak laki-laki dan perempuan?”. Bentuk pertanyaan juga harus sesuai dengan tingkatan umur. Terkadang anak sendiri yang bertanya langsung kepada orangtua. Bertanya tentang alat kelaminnya, bertanya darimana adik berasal, bertanya mengapa mama dadanya berbeda dari dia dan sebagainya.

Oleh karena itu, orangtua dituntut untuk mampu menjadi sumber informasi yang tepat bagi anak mereka. Hal ini bisa dilakukan dengan membaca buku –buku tentang seks yang sesuai dengan umur anak. Tidak sedikit juga para orangtua yang kebingungan harus memberikan jawaban apa kepada anak bila mereka mulai bertanya tentang perihal seks. Kurangnya pengetahuan umum tentang perkembangan seksual yang normal dapat menimbulkan kekhawatiran bagi anak dalam masa pertumbuhan seksualnya. Alangkah baiknya bila anak mendapatkan informasi seks yang benar dari orangtuanya. Tahu yang benar dari orangtua daripada mereka mencari sendiri atau salah informasi dari teman, itu berbahaya.

Memperkenalkan alat kelamin

Penerimaan anak-anak tentang pengetahuan seksual ternyata sangat terkait dengan kemampuan mereka menerima informasi. Bila dari kecil mereka mendapatkan pengetahuan yang tidak benar maka itu akan menjadi pegangan hidup mereka. Contoh kecil untuk hal ini adalah saat anak bertanya tentang anatomi tubuh mereka khususnya alat kelamin mereka. Biasanya orangtua mencari kata pengganti untuk menjelaskan alat kelaminnya. Misal burung, warung dan sebagainya.

Orangtua sebaiknya menggunakan anatomi tubuh yang benar. Memang terdengar aneh dan tidak terbiasa, karena orangtua risih untuk menyebut nama yang benar. Namun tidak ada alasan yang tepat kenapa orangtua harus memakai nama lain padahal anak sudah bisa mengucapkan itu dengan jelas.Ajarkan nama-nama bagian tubuh yang sifatnya seksual dan fungsi tubuh dengan benar. Ini membantu mereka berkomunikasi dengan lebih jelas dan bermanfaat untuk keamanan dan kesejahteraan mereka.

Kata seperti penis dan vagina, harus disebutkan dengan jelas, jangan terdengar malu-malu, ditahan-tahan, dan sebagainya. Itu akan terlihat sangat aneh bagi anak. Ke depannya, anak-anak akan menggunakan kata tersebut dengan sopan, tanpa tujuan untuk mempermalukan atau menjadi malu.

Perilaku Seksual Anak

Anak sejak usia dini sudah mulai bertanya tentang seksual. Dimulai dari pertanyaan mereka tentang tubuh mereka sendiri, terutama bagian vitalnya. Anak suka membandingkan mengapa mereka berbeda kelaminnya dengan sepupunya atau dengan kakak/adiknya. Jika rasa penasaran itu ada hal tersebut normal dan sehat. Perilaku seks yang sering ditunjukan anak batita atau balita adalah terkadang mereka menyentuh diri mereka sendiri, saat mereka telanjang. Mereka mungkin meraba, menarik, atau mengusap kelaminnya. Ini wajar karena mereka sedang tertarik pada tubuh mereka sendiri.

Ketika anak mengexplore alat kelamin mereka, sikap orangtua jangan memarahinya. Karena itu bisa membuat mereka merasa bersalah dan tidak mempercayai orangtua dalam masalah seksual. Orangtua bisa memberitahukan bahwa itu adalah area pribadi dan dengan bahasa yang tepat bisa menyadarkan mereka untuk tidak melakukan aktifitas yang bisa membahayakan area pribadinya. Orangtua juga bisa mengalihkan aktivitas ini ke aktivitas lainnya.

Ketika mereka berusia 11-12 tahun, anak bisa mengalami ke-tidak percayadiri-an khususnya untuk anak perempuan yang berbadan besar dan mulai muncul bentuk payudara. Mereka bisa menarik diri dari lingkungan teman perempuannya karena merasa berbeda dari lainnya. Atau sebaliknya mereka berbadan kecil dan tidak ada bentuk payudara. Untuk itu, orangtua wajib untuk mengajarkan ke anak untuk menghargai dan bangga akan bentuk tubuhnya. Dengan percaya diri akan bentuk tubuhnya, anak tidak akan goyah dengan suara-suara sumbang dari orang yang ada disekelilingnya. Ini juga berlaku bagi anak laki yang muncul jakun dan kumis lebih banyak dari anak laki lainnya. Intinya adalah penting sekali untuk menanamkan kepada anak bahwa dia sangat special dan harus percaya diri dengan kondisi dirinya. Tanamkan juga kepada anak bahwa mereka adalah ciptaan Tuhan yang sangat berharga dan mereka harus bersyukur untuk tubuh yang mereka miliki.

Pendidikan seks dan perkembangan teknologi

Seperti yang kita ketahui bahwa perkembangan jaman sekarang ini, membuat anak-anak menjadi melek teknologi bahkan melampaui kemampuan orangtuanya. Anak-anak dengan mudah mengakses internet dengan berbagai perangkat mulai dari telepon genggam, laptop, PC tablet sampai komputer rumah. Dengan perkembangan teknologi maka segala macam informasi bisa di cari dalam komputer. Anak bisa mendapatkan info yang mereka butuhkan dari sana.

Butuh pengawasan ekstra ketika mereka mulai mengenal yang namanya internet. Ketika tidak mendapatkan pengetahuan/informasi yang mereka butuhkan tentang pendidikan seks, maka mereka bisa dengan leluasa mencari jawabannya melalui komputer. Sebagai contoh: anak-anak jaman sekarang berkembang lebih cepat daripada jaman dahulu. Jaman sekarang ini, anak perempuan lebih cepat mendapatkan menstruasi dan anak laki mendapatkan mimpi basah ketika mereka duduk di bangku SD. Bila tidak ada yang memberi tahu dan mengarahkan mereka tentang pengalaman pertama tersebut, maka mereka mencarinya di internet. Anak bisa tidak percaya kepada orangtua dan lebih percaya kepada apa yang ada dikomputer. Kalau mereka benar mendapatkan situs yang tepat, beruntunglah orangtua. Kalau anak membuka situs yang salah, habislah mereka.

Contoh yang lain adalah dengan banyaknya media cetak, elektronik termasuk juga media sosial (seperti twitter, facebook yang rata-rata anak SD punya akunnya), BBM (blackberry messenger) yang terkadang menyampaikan berita tentang isu-isu seksual maka menimbulkan suatu keingintahuan anak tentang isu-isu tersebut. Misal anak tanpa sengaja membaca/mendapatkan berita tentang ereksi. Bila anak punya komunikasi yang buruk dengan orangtua, maka anak tidak akan bertanya kepada orangtua apa itu ereksi. Mereka akan mencari jawabannya dari internet. Bisa dibayangkan apa yang akan ditampilkan oleh internet?

Pendidikan seks juga bisa didapatkan dari sekolah. Sebagai orangtua, kita wajib mengetahui pendidikan seks apa yang diberikan oleh sekolah anak. Diskusikan dengan guru bila dalam sekolah tidak ada pendidikan ini. Usahakan guru juga memberikan pengetahuan seksual berdasarkan tingkatan umur dan gendernya. Untuk tingkat SD akhir seperti kelas 5 dan 6 bisa dibahas tentang masalah pubertas dan perubahan fisik serta emosi yang terkait. Sumber utama tetap dari rumah karena orangtualah yang lebih mengerti akan diri anak. Sekolah hanya sebagai penolong untuk membantu mengajarkan pengetahuan seks ini.

Semoga bermanfaat

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun