Mohon tunggu...
Rumah Kayu
Rumah Kayu Mohon Tunggu... Administrasi - Catatan inspiratif tentang keluarga, persahabatan dan cinta...

Ketika Daun Ilalang dan Suka Ngeblog berkolaborasi, inilah catatannya ~ catatan inspiratif tentang keluarga, persahabatan dan cinta...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kecup Mesra di Pagi Januari...

13 Januari 2012   16:30 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:55 394
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13264724941072497798

Rasa cinta adalah hiburanku yang kala malam mendendangkan lagu- lagu kebahagiaan, membangunkanku di kala fajar, untuk mengungkap fakta hidup

Cinta yang dianugerahkan oleh Tuhan dan terbebas dari rasa dengki karena harta, tak pernah menyakiti raga karena ia ada dalam jiwa

Ia adalah pertalian kokoh yang memandikan jiwa dalam ketabahan yang mengisi jiwa dengan karunia

Kelembutan hati yang menciptakan harapan tanpa membingungkan jiwa Keelokan yang mengubah bumi menjadi surga dan mengubah kehidupan ini menjadi mimpi indah

( Kahlil Gibran )

***

[caption id="attachment_155765" align="aligncenter" width="304" caption="gambar: joequeen.tumblr.com"][/caption] KUTI membuka pintu kamar. Dia baru saja selesai mandi di pagi ketika semburat cahaya matahari mulai mengintip malu- malu menerangi batas langit sebelah Timur. Saat dia melangkah memasuki kamar, dilihatnya Dee berdiri di muka jendela. Pemandangan yang sudah berulang kali dilihatnya. Berdiri di muka jendela, menatap pepohonan, daun- daun, bunga, kupu- kupu, serta hutan cemara dan gunung yang tegak membiru di kejauhan seperti itu adalah kebiasaan Dee. Dan Kuti tentu saja memahami saat dia berdiri diam seperti itu, Dee sebetulnya bukan melamun dengan pikiran kosong. Sebaliknya, justru pada saat- saat seperti itulah seluruh pikiran dan rasanya terolah. Itulah waktu dimana Dee memperhatikan gambar alam secara keseluruhan, dan menyerap berbagai detail di dalamnya untuk kemudian menterjemahkan semuanya ke dalam nilai- nilai kehidupan yang kemudian dia serap ke dalam diri… Sosok di muka jendela itu menoleh ke arah pintu, ketika mendengar suara langkah mendekat, lalu tersenyum saat mendapati bahwa suaminyalah yang masuk. Ketiga anak mereka masih terlelap. Pradipta memeluk gulingnya dengan damai. Si kembar Nareswara dan Nareswari tertidur nyaman dengan posisi telentang dan kedua tangan terangkat ke atas kepala mereka. Ah, anak- anak selalu menjadi sumber kehangatan dan kesejukan sekaligus. Menjadi matahari dan tetes air. Menjadi sumber banyak rasa bahagia dalam rumah tangga.. Kuti berjalan melangkah menuju lemari bajunya. Namun langkah itu kemudian terhenti ketika dia melintas di dekat sang istri. Hmmm.. Entah apa nama wangi yang menyebar dari tubuh istrinya itu. Sekian lama menikah, Kuti tentu saja tahu persis bahwa Dee tak menyukai wewangian yang terlalu menyengat. Dia juga tidak terlalu suka parfum. Tapi, lotion yang terasa halus saat menyentuh kulit dengan wangi samar yang menyegarkan adalah salah satu hal yang sangat disukainya. Kuti sekilas mencium wangi coklat… dan, vanilla? Atau barangkali... keharuman sari gulakah itu? Ah entah apalah itu, tapi wangi yang menerpa itu terasa hangat dan membangkitkan gairahnya. Membuatnya urung melangkah menuju lemari tapi membelokkan langkah menuju sang istri lalu memeluknya erat. Segera setelah itu nafasnya yang hangat membelai bergerak perlahan menelusuri tengkuk sang istri. Oh. Dee yang sudah kembali menatap ke luar jendela membalikkan badan saat kehangatan itu terasa olehnya. Dia tersenyum menatap suaminya lalu balas memeluk dan menyandarkan kepalanya di dada sang suami. Dee selalu senang melakukan hal itu, sebab walau sejenak, gesture semacam itu memberinya rasa aman dan nyaman. Kuti membelai rambut istrinya dengan hangat, lalu menelusuri wajahnya kembali dengan bibirnya. Hangat... sangat hangat. Kehangatan yang kemudian meningkat dengan cepat menjadi gairah tak terbendung. Kuti menyentuh bibir sang istri dengan bibirnya. Dikecapnya rasa manis serta dihirupnya wangi yang menerpa dari lembut bibir itu... ~ Pagi itu, pagi di paruh kedua bulan Januari di rumah kayu dibuka dengan sebuah kecup mesra yang kemudian mengantarkan mereka pada kenikmatan serupa alun gelombang yang melanda, bergerak berirama, membuncah, meninggi dan lalu pada puncaknya menyatukan dua jiwa dengan indah, seindah puisi para pujangga...

***

Ciuman adalah pengantar pada dua nafas yang menyatu, menceritakan dongeng nafas yang Tuhan tiupkan ke dalam tanah liat dan jadilah manusia. Nafas itu pergi di depan kita menuju dunia jiwa- jiwa menyatakan kemuliaan dua jiwa kita

( Kahlil Gibran )

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun