Mohon tunggu...
Rumah Kayu
Rumah Kayu Mohon Tunggu... Administrasi - Catatan inspiratif tentang keluarga, persahabatan dan cinta...

Ketika Daun Ilalang dan Suka Ngeblog berkolaborasi, inilah catatannya ~ catatan inspiratif tentang keluarga, persahabatan dan cinta...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Whistle Blower

8 Oktober 2015   22:42 Diperbarui: 8 Oktober 2015   23:30 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Courage is like a muscle, it is strengthened by use ~ Ruth Gordon

DAN dua sahabat itu tertawa- tawa, senang bisa saling bertemu.

" Jadi, bagaimana interviewnya tadi? " tanya Dee pada Kinanti, yang duduk di hadapannya seraya menghirup ocha hangat.

" Kayaknya sih, berjalan baik, Dee.. " Kinanti tersenyum.

" Hmm. Masih ada interview lagi setelah ini ? "

Kinanti mengangguk.

" Interview yang tadi, dengan calon boss-ku -- jika aku nanti diterima -- dan selanjutnya setelah ini, dengan boss-nya bossku. "

" Serius mau pindah kerja? " tanya Dee.

Kinanti tertawa. Jawabannya tertunda karena makanan yang mereka pesan mulai datang...

***

Dee dan Kinanti, sahabatnya, bertemu untuk makan siang bersama hari itu.

" Aku cuti besok, Dee, " kata Kinanti kemarin, " Mau interview pagi. Ketemuan yuk, siang- siang, kita makan bareng setelah aku inteview ? "

Kebetulan jadwal Dee hari ini juga agak longgar, maka dia menyanggupi ajakan itu.

" Hmmm.. Enaknyaaaa.. " Dee tertawa- tawa senang melihat tahu jamur terhidang di depan mereka. Dan sup pangsit sayuran-ayam, dan sapi lada hitam, dan...

" Kinan.. " Dee tiba- tiba tersadar, " Ini koq kita pesan makanan banyak sekali ? "

Kinanti tertawa lebar. " Haha, sekali- sekali boleh kan, Dee.. Lagipula kita tidak pesan nasi.. "

Dee menatap makanan di depannya. Lalu kemudian tersenyum lebar pada Kinanti. " Aku jadi ingat Kuti, " kata Dee pada Kinanti, " Dia suka bilang kalau makan kebanyakan begini namanya makan pendosa.. "

Kinanti terbahak. " Makan pendosa? Hahaha.. Lucu sekali istilahnya.. "

Dee tersenyum. " Iya, sebab sebetulnya, kita ini harusnya kan berhenti makan sebelum kenyang. Bukannya makan terusss padahal sudah kekenyangan.. "

Kinan tersenyum lagi. Paham apa yang dikatakan Dee, tapi tetap sambil tertawa- tawa mengatakan, " Tidak apa- apa, Dee..sekali-sekali.. "

***

" Nah jadi, gimana, serius mau pindah kerja? " tanya Dee mengulangi pertanyaannya pada Kinanti.

Yang ditanya tenang- tenang menghirup kuah pangsit hangatnya dan berkata, " Ya kita lihat deh Dee, kalau tawarannya nanti bagus, ya mungkin pindah saja tak apa.. "

" Udah nggak enak di tempat yang sekarang? " tanya Dee.

" Nggak juga sih, Dee, " jawab Kinan, " Aku masih menyukai pekerjaanku yang sekarang, perusahaan tempatku bekerja juga oke, tapi yaaaa, kita lihat nanti deh Dee. Ini aku kan nggak nyari, Dee, " Kinan menambahkan kemudian, " Aku dihubungi head hunter yang menawarkan aku untuk mencoba kesempatan mengisi jabatan ini.. "

Dee mengangguk.

" As usual, " komentarnya, " Kau memang nggak pernah cari kerja ya, pekerjaan yang mencarimu ? "

Kinan tersenyum- senyum. Apa yang dikatakan Dee tadi ada benarnya juga. Dia hanya pernah melamar pekerjaan duluuuu sekali, saat dia baru lulus kuliah, untuk pekerjaan pertamanya.

Setelah itu, setelah pekerjaan pertama itu, dia sudah beberapa kali pindah kantor lagi dan tak satupun dari posisi kemana dia pindah itu yang dicarinya secara sengaja. Network dan reputasi yang telah dibangunnyalah yang membuat dia dihubungi oleh bagian Human Resources di beberapa perusahaan, maupun juga head hunter yang menyampaikan informasi tentang adanya posisi- posisi kosong yang sesuai dengan pengalaman dan keahliannya.

Tawaran yang datang banyak. Tak semua Kinanti bersedia mencobanya.

Sekali, dua kali, jika waktunya bertepatan dengan saat dimana Kinan sendiri memang sedang berpikir- pikir apakah sudah waktunya mencari kesempatan baru, dia akan bersedia datang untuk melakukan wawancara.

" Dan kau tak pernah gagal wawancara, ya, " komentar Dee lagi, " Jika memutuskan datang untuk wawancara, selalu kemudian pekerjaan itu kau dapatkan ? "

Kinan tersenyum- senyum lagi. Disendoknya daging sapi yang berlumuran saus lada hitam beserta beberapa potong paprika. Tak dijawabnya pertanyaan Dee.

Dee memang juga tak memerlukan jawaban. Dia sudah tahu jawabannya dan juga sudah tahu apa alasannya mengapa setiap kali Kinan memutuskan untuk bersedia datang untuk wawancara, sejauh ini dia selalu kemudian mendapatkan pekerjaan itu. Reputasinya bicara. Tanpa perlu banyak mengatakan apapun, Curriculum Vitae yang dimilikinya sudah akan mencerminkan seperti apa prestasinya.

" Kau ini, CV-mu branded, " komentar Dee suatu ketika pada Kinanti., " Mana daftar penghargaan yang pernah kau dapatkan begitu panjang pula tertulis disana,. "

" Iya ya, Dee.. " Kinanti terbahak saat itu mendengar komentar Dee, " Orang lain pakai baju, sepatu, tas branded. Aku tidak, tapi CV-ku..benar juga ya..CV-ku branded. Perusahaan- perusahaan dimana aku pernah bekerja, adalah perusahaan dengan brand ternama. "

" Iya, " kata Dee. "Orang lain barang- barangnya yang branded, kau malah CV-mu. Barangmu tidak.. "

Kinanti memang berpenampilan sederhana. Sejak Dee mengenalnya dulu saat mereka bersekolah bersama, hingga kini, Kinanti tak pernah berubah. Dia sederhana dan berpenampilan secukupnya saja. Tidak lusuh, tentu saja, tapi jauh dari mentereng atau berpenampilan yang akan membuat orang menoleh tertarik perhatian karena penampilannya.

Dan itu salah satu alasan mengapa Dee senang berteman dengan Kinanti. Dee menyukai Kinanti yang sederhana, jujur dan apa adanya. Pada dasarnya, Dee sendiri memang tak menyukai orang- orang yang artifisial, yang terlalu banyak memoles penampilan baik fisik maupun sikap, seakan manis di luar tapi sebenarnya tidak tulus.

Dee tiba- tiba teringat sesuatu.

" Kinan, " kata Dee, " Terus nanti, kalau jadi pindah, kau akan jadi whistle blower lagi di tempat barumu, seperti yang sudah- sudah di tempat- tempat kerjamu yang sebelumnya, untuk mengungkap kecurangan?" komentar Dee.

" Mmmm... " Kinan menyendok sayur kailan di hadapannya sambil menjawab pertanyaan Dee, " Ah Dee, jadi whistle blower itu kan bukan sesuatu yang aku rencanakan. Hanya saja, jika kebetulan saat aku bekerja aku melihat sesuatu yang melanggar peraturan, atau hukum, atau tampak adanya tindak kecurangan dan semacamnya, aku selama ini memang memilih untuk mengungkapkannya. Melihat sesuatu yang salah dan diam saja, bagiku sama saja dengan berkontribusi pada kesalahan itu. "

Oh, Dee tentu saja paham apa yang dikatakan Kinan. Memilih menjadi whistle blower itu sepenuhnya merupakan keputusan dan tindakan yang berdasarkan etika. Saat melihat sesuatu yang melanggar atau melihat kecurangan, pilihan yang ada adalah bicara, atau diam. Para whistle blower memilih untuk bicara.

Dengan segala resikonya.

Dimusuhi, dikecam, difitnah, ditekan dan beragam hal tak enak lain, bisa dihadapi oleh para whistle blower. Belum lagi nanti mungkin akan makan hati menghadapi beragam konflik kepentingan. Atau juga, sebal menghadapi orang- orang yang oportunis, yang berlagak manis kesana, manis kesini, tak jelas apa maunya.

Atau bisa juga, ketika nanti sudah menunjukkan hasil, ada banyak orang yang tadinya bahkan tak berkontribusi saat pengungkapan kecurangan tiba- tiba masuk ke dalam arena, menjadi pahlawan kesiangan atau mengklaim kredit atas tindakan yang tak pernah dilakukannya.

***

Ada banyak resiko menjadi whistle blower. Orang- orang seperti Kinanti, yang Dee tahu beberapa kali sudah pernah membuka beragam tindakan kotor dan kecurangan di beberapa perusahaan tempatnya bekerja, tahu persis tentang semua konsekwensinya itu. Tapi toh tetap memilih untuk melakukannya.

" Kau ini, tidak takut meresikokan karirmu, atau penghasilanmu ya, kalau menjadi whistle blower seperti itu? " komentar Dee. "Kadang- kadang, itu kan bisa jadi bumerang. Apalagi seringkali orang- orang yang kau lihat melakukan kecurangan itu jabatannya tinggi dan ada di atasmu. "

Kinanti tertawa.

" Dee, " kata Kinan, " Aku percaya Yang Kuasa menjagaku. Aku percaya, tidak akan ada kebaikan yang sia- sia. Benar kadang- kadang situasi menjadi sangat sulit dan menekan. Benar aku sendiri sering merasa lelah dalam situasi- situasi dimana kebenaran tak bisa langsung terungkap sebab akan banyak orang yang terganggu kepentingannya akan berusaha menutupi beragam kecurangan itu, tapi Dee, melawan hati sendiri jauh lebih sulit daripada menghadapi tekanan sebab kita memilih jalan yang menurut kita benar. Lagipula... "

Kintan meletakkan sendok dan garpu di atas piringnya. Dia sudah selesai makan. Lalu dilanjutkannya bicara, " Lagipula, " katanya, " Apa selama ini aku kekurangan, Dee? Tidak juga kan. Seperti yang kau tahu, seringkali kesempatan baru datang begitu saja menghampiri. Apakah karirku buruk? Tidak juga. Ya mungkin bisa diperdebatkan apakah jika aku manis- manis menjilat- jilat mungkin posisiku lebih baik dari sekarang. Tapi itu mungkin iya, mungkin juga tidak kan? Nanti, sudahlah melawan hati sendiri, ternyata toh tak mendapatkan pula posisi yang lebih tinggi itu, ruginya dua kali dong... "

Dee tersenyum mengangguk sambil menaruh sendok dan garpu yang tadi digunakannya di atas piring. Dia juga sudah selesai makan. 

Dan...

" Dee, " Kinan tersenyum lebar, " Es krim ? "

Dee tertawa. Tawaran untuk menutup makan siang yang menyenangkan itu dengan es krim betul- betul menggoda. Maka, disetujuinya tawaran Kinanti itu.

Tak lama setelah itu, semangkuk es krim mint untuk Dee dan semangkuk es krin green tea untuk Kinanti hadir di meja mereka. Percakapan kedua sahabat itu terhenti sementara sebab keduanya asyik dengan es krim mereka masing- masing...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun