Mohon tunggu...
Rumah Kayu
Rumah Kayu Mohon Tunggu... Administrasi - Catatan inspiratif tentang keluarga, persahabatan dan cinta...

Ketika Daun Ilalang dan Suka Ngeblog berkolaborasi, inilah catatannya ~ catatan inspiratif tentang keluarga, persahabatan dan cinta...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Whistle Blower

8 Oktober 2015   22:42 Diperbarui: 8 Oktober 2015   23:30 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dimusuhi, dikecam, difitnah, ditekan dan beragam hal tak enak lain, bisa dihadapi oleh para whistle blower. Belum lagi nanti mungkin akan makan hati menghadapi beragam konflik kepentingan. Atau juga, sebal menghadapi orang- orang yang oportunis, yang berlagak manis kesana, manis kesini, tak jelas apa maunya.

Atau bisa juga, ketika nanti sudah menunjukkan hasil, ada banyak orang yang tadinya bahkan tak berkontribusi saat pengungkapan kecurangan tiba- tiba masuk ke dalam arena, menjadi pahlawan kesiangan atau mengklaim kredit atas tindakan yang tak pernah dilakukannya.

***

Ada banyak resiko menjadi whistle blower. Orang- orang seperti Kinanti, yang Dee tahu beberapa kali sudah pernah membuka beragam tindakan kotor dan kecurangan di beberapa perusahaan tempatnya bekerja, tahu persis tentang semua konsekwensinya itu. Tapi toh tetap memilih untuk melakukannya.

" Kau ini, tidak takut meresikokan karirmu, atau penghasilanmu ya, kalau menjadi whistle blower seperti itu? " komentar Dee. "Kadang- kadang, itu kan bisa jadi bumerang. Apalagi seringkali orang- orang yang kau lihat melakukan kecurangan itu jabatannya tinggi dan ada di atasmu. "

Kinanti tertawa.

" Dee, " kata Kinan, " Aku percaya Yang Kuasa menjagaku. Aku percaya, tidak akan ada kebaikan yang sia- sia. Benar kadang- kadang situasi menjadi sangat sulit dan menekan. Benar aku sendiri sering merasa lelah dalam situasi- situasi dimana kebenaran tak bisa langsung terungkap sebab akan banyak orang yang terganggu kepentingannya akan berusaha menutupi beragam kecurangan itu, tapi Dee, melawan hati sendiri jauh lebih sulit daripada menghadapi tekanan sebab kita memilih jalan yang menurut kita benar. Lagipula... "

Kintan meletakkan sendok dan garpu di atas piringnya. Dia sudah selesai makan. Lalu dilanjutkannya bicara, " Lagipula, " katanya, " Apa selama ini aku kekurangan, Dee? Tidak juga kan. Seperti yang kau tahu, seringkali kesempatan baru datang begitu saja menghampiri. Apakah karirku buruk? Tidak juga. Ya mungkin bisa diperdebatkan apakah jika aku manis- manis menjilat- jilat mungkin posisiku lebih baik dari sekarang. Tapi itu mungkin iya, mungkin juga tidak kan? Nanti, sudahlah melawan hati sendiri, ternyata toh tak mendapatkan pula posisi yang lebih tinggi itu, ruginya dua kali dong... "

Dee tersenyum mengangguk sambil menaruh sendok dan garpu yang tadi digunakannya di atas piring. Dia juga sudah selesai makan. 

Dan...

" Dee, " Kinan tersenyum lebar, " Es krim ? "

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun