Mohon tunggu...
Rumah Kayu
Rumah Kayu Mohon Tunggu... Administrasi - Catatan inspiratif tentang keluarga, persahabatan dan cinta...

Ketika Daun Ilalang dan Suka Ngeblog berkolaborasi, inilah catatannya ~ catatan inspiratif tentang keluarga, persahabatan dan cinta...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Whistle Blower

8 Oktober 2015   22:42 Diperbarui: 8 Oktober 2015   23:30 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dee memang juga tak memerlukan jawaban. Dia sudah tahu jawabannya dan juga sudah tahu apa alasannya mengapa setiap kali Kinan memutuskan untuk bersedia datang untuk wawancara, sejauh ini dia selalu kemudian mendapatkan pekerjaan itu. Reputasinya bicara. Tanpa perlu banyak mengatakan apapun, Curriculum Vitae yang dimilikinya sudah akan mencerminkan seperti apa prestasinya.

" Kau ini, CV-mu branded, " komentar Dee suatu ketika pada Kinanti., " Mana daftar penghargaan yang pernah kau dapatkan begitu panjang pula tertulis disana,. "

" Iya ya, Dee.. " Kinanti terbahak saat itu mendengar komentar Dee, " Orang lain pakai baju, sepatu, tas branded. Aku tidak, tapi CV-ku..benar juga ya..CV-ku branded. Perusahaan- perusahaan dimana aku pernah bekerja, adalah perusahaan dengan brand ternama. "

" Iya, " kata Dee. "Orang lain barang- barangnya yang branded, kau malah CV-mu. Barangmu tidak.. "

Kinanti memang berpenampilan sederhana. Sejak Dee mengenalnya dulu saat mereka bersekolah bersama, hingga kini, Kinanti tak pernah berubah. Dia sederhana dan berpenampilan secukupnya saja. Tidak lusuh, tentu saja, tapi jauh dari mentereng atau berpenampilan yang akan membuat orang menoleh tertarik perhatian karena penampilannya.

Dan itu salah satu alasan mengapa Dee senang berteman dengan Kinanti. Dee menyukai Kinanti yang sederhana, jujur dan apa adanya. Pada dasarnya, Dee sendiri memang tak menyukai orang- orang yang artifisial, yang terlalu banyak memoles penampilan baik fisik maupun sikap, seakan manis di luar tapi sebenarnya tidak tulus.

Dee tiba- tiba teringat sesuatu.

" Kinan, " kata Dee, " Terus nanti, kalau jadi pindah, kau akan jadi whistle blower lagi di tempat barumu, seperti yang sudah- sudah di tempat- tempat kerjamu yang sebelumnya, untuk mengungkap kecurangan?" komentar Dee.

" Mmmm... " Kinan menyendok sayur kailan di hadapannya sambil menjawab pertanyaan Dee, " Ah Dee, jadi whistle blower itu kan bukan sesuatu yang aku rencanakan. Hanya saja, jika kebetulan saat aku bekerja aku melihat sesuatu yang melanggar peraturan, atau hukum, atau tampak adanya tindak kecurangan dan semacamnya, aku selama ini memang memilih untuk mengungkapkannya. Melihat sesuatu yang salah dan diam saja, bagiku sama saja dengan berkontribusi pada kesalahan itu. "

Oh, Dee tentu saja paham apa yang dikatakan Kinan. Memilih menjadi whistle blower itu sepenuhnya merupakan keputusan dan tindakan yang berdasarkan etika. Saat melihat sesuatu yang melanggar atau melihat kecurangan, pilihan yang ada adalah bicara, atau diam. Para whistle blower memilih untuk bicara.

Dengan segala resikonya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun