Mohon tunggu...
Rumah Dongeng Kita
Rumah Dongeng Kita Mohon Tunggu... -

Silakan bermimpi karna tak pernah ada mimpi yang salah! Teruskan berharap karena tak pernah ada harapan yang kandas sebelum diupayakan! Lanjutkan berjalan karena di sanalah mimpi & harapan memiliki kesempatan untuk tumbuh dan berkembang menjadi nyata! Show up ur imagination, start sharing & inspiring!

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

#Rong: Hujan si Saksi Cinta Senja, Angin & Awan

18 April 2011   03:06 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:42 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Kita seringkali gagal menyaksikan hal-hal kecil disekeliling kita. Betapa keindahan dan keharmonisan telah tersusun sejak beradab-abad lamanya tanpa perlu kita rekayasa melalui teori sosial, filsafat, dll. Alam yang telah memaparkan bagi kita. Dialah sejatinya guru kita. Semoga cerita di bawah ini mampu menggambarkan hal tersebut.

***

Dewata Nan Agung menakdirkan Langit dan Laut untuk saling jatuh cinta. Dan demikianlah yang terjadi, Laut dan Langit saling mencintai satu sama lain. Saking cintanya Laut terhadap Langit, warna Laut sama dengan warna Langit. Demikian sebaliknya, warna Langit tak berbeda dengan warna Laut.

Saat senja datang, Laut dengan lembut membisikkan puji-pujian pada tambatan hatinya. Laut menyebutnya ‘Madah Senja’ dan tiap kali Langit mendengar bisikan penuh makna dari Laut, ia tak dapat berkata-kata. Langit hanya tersipu, wajahnya pun berubah menjadi semburat kemerahan.

Suatu hari, datanglah Awan. Ia sangat takjub ketika memandang kecantikan Langit. Seketika itu Awan jatuh hati kepada Langit. Tentu saja Langit tak pernah ingkar janji. Dalam hatinya ia hanya mencintai Laut dan tak pernah mengalihkan pandangan barang sedetikpun dari kekasih hatinya itu. Awan sedih tetapi ia tak putus asa. Awan terus berpikir dan akhirnya menemukan cara.

Pada suatu ketika, Awan mengembangkan dirinya sebesar mungkin lalu menyusup ke tengah-tengah Langit dan Laut. Awan berharap ia dapat menghalangi pandangan kedua kekasih itu sehingga Langit maupun Laut kelak dapat saling melupakan. Laut merasa marah karena tak dapat melihat Langit, sehingga dengan gelombangnya, Laut berusaha menyibak awan yang mengganggu pandangannya. Tapi tentu saja Laut tak berhasil. Gelombang besar pun berderu-deru, hati Laut sangat gelisah. Sementara Langit yang tak dapat melihat wajah kekasihnya pun kini menjadi pucat. Langit tak lagi biru. Perlahan demi perlahan tubuh Langit diselimuti kegelapan.

Angin, yang sejak awal mengetahui ketulusan cinta Laut dan Langit, merasa sedih melihat gejolak kedunya. Angin merasa harus membantu keduanya menyingkirkan Awan yang mengganggu. Dengan tiupan keras dan kuat, Angin berusaha menghela Awan. Kejadian ini membuat cuaca menjadi kacau. Angin kencang, Awan berarak cepat, Langit hitam dan Laut bergelombang tinggi. Namun akhirnya, Awan pun tak kuasa menahan sapuan Angin. Ia pecah terbagi menjadi beberapa bagian. Kini, Awan tak dapat melihat Langit dengan jelas. Ia juga tak lagi dapat menyatakan perasaannya dengan utuh kepada Langit. Awan sangat sedih karna tersiksa dengan perasaan cintanya kepada Langit.

Laut dan Langit sangat berterima kasih kepada Angin. Keduanya kembali dapat saling menatap. Hingga saat ini, kasih antara Langit dan Laut tidak terpisahkan. Setiap ke laut, di mana ada satu garis antara Laut dan Langit bertemu, di situlah keduanya memadu kasih. Sementara bila cuaca gelap, ini adalah ritual untuk mengingatkan manusia kepada kisah cinta yang berupaya dipisahkan.

Lalu bagaimana nasib Awan? Walaupun Awan pernah bersalah karena kecurangannya, Dewata tidak menghukum Awan mengingat ketulusan cintanya kepada Langit. Deangan bijaksana Dewata justru memberi tugas Awan dan Angin untuk mengantarkan Hujan, anak-anak Laut & Langit ke seluruh penjuru dunia agar musim semi kembali berseri dan dunia memiliki kehidupan. Hamparan sawah hijau dan suara burung yang mengembang di angkasa adalah kidung keserasian alam. Bahkan sesekali, keindahan itu dipercantik dengan arakan Awan putih yang melaju dengan riang diantara pandangan Laut dan Langit. Laut dan Langit tak lagi menolak Awan karna Awan telah memahami rasa cinta diantara keduanya. Sebagai wujud cinta Awan kepada Langit, ia tak menolak tugas yang diberikan Dewata kepadanya. Dan Hujan adalah buah kasih Laut dan Langit. Ia sekaligus saksi cinta Awan dan kesetiaan Angin dalam menjaga cinta suci ini.

—————————–
Sumber: pondokbaca.com
Dikembangkan & diceritakan kembali oleh @RDK l www.rumahdongengkita.org

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun