Mohon tunggu...
Rumah Belajar Persada
Rumah Belajar Persada Mohon Tunggu... -

Pokoknya dimana saja,kapan saja, dan bersama siapa saja; belajar itu sebaiknya jalan terus.... We Can Do It !\r\n\r\n

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Saat Kelas Pindah ke Curug Awet Anom

9 Oktober 2017   08:08 Diperbarui: 9 Oktober 2017   08:40 321
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Alam terbuka adalah ruang kelas yang sarat pelajaran (dok RBP/Homeschooling Persada)

Opini tradisional yang mensyaratkan kelas dengan bangku-meja, papan tulis, plus deretan alat tulis lainnya sebagai sarana wajib untuk kegiatan belajar mengajar saat ini perlahan-lahan mulai tergantikan dengan prinsip 'dimana saja, kapan saja, dan bersama siapa saja; belajar jalan terus'. Sekarang konten pelajaran luar kelas (PLK) semakin memasyarakat di kalangan para penyelenggara lembaga-lembaga pendidikan baik formal maupun non formal.

Ada banyak 'kelas', yang tak dibatasi dinding-dinding maupun keharusan duduk manis saat menyimak narasi guru, di luar kampus yang bisa dipilih untuk aktifitas ini. Berbagai pabrik, sentra kerajinan, sentra budaya, dan, tentu saja, obyek-obyek wisata alam.

Salah satu agenda PLK di Homeschooling Persada, Jatibening Baru (Bekasi), adalah Jelajah Persada yang pada akhir Agustus lalu memilih aktifitas  trekking ke Curug Awet Anom yang terletak di kawasan obyek wisata Natural Hills, Cisarua (Bandung Barat) bagi para  homeschooler jenjang SMA.

Pagi (30/8) itu kegiatan diawali dengan rutinitas pagi individual dari mulai mandi-sholat dilanjut dengan  sarapan pagi bersama, senam pagi massal untuk pemanasan, dan barulah para  homeschooler bersama kelompok masing-masing melangkah mengikuti pemandu menapaki lintasan dengan kontur perbukitan yang turun-naik dengan kecuraman variatif untuk pendaki pemula. Tujuan mereka adalah air terjun yang bernama Curug Awet Anom.

Setelah lintasan datar terlewati, maka mulailah petualangan mengatur napas dan 'perseneling' kaki dimulai saat ratusan tangga ala  terasering menanti untuk ditapaki. Menurun-mendaki mengikuti topografi area perbukitan yang dilalui. Di satu sisi 'dinding' tanah alami yang ditumbuhi berbagai spesies flora liar dan di sisi lain nun di bawah sana terhampar area persawahan nan menghijau. Napas yang tersengal, kaki yang pegal, terus melaju diiringi celoteh-canda antar mereka. Seiring meningginya Sang Matahari, pagi pun terasa kian hangat dan menyegarkan, di tubuh maupun di jiwa ...

Menurun, mendaki, bersinergi di perbukitan (dok RBP/Homeschooling Persada)
Menurun, mendaki, bersinergi di perbukitan (dok RBP/Homeschooling Persada)
Mereka harus ekstra hati-hati saat melintasi jalan setapak sempit yang di satu sisinya menganga jurang dengan permukaan tertutup vegetasi liar. Perlahan tapi pasti setelah meniti jembatan bambu pendek yang terbentang di atas aliran mata air menjelang titik tujuan, akhirnya deras air terjun sepanjang tebing batu rata menyerupai dinding dengan ketinggian 30 meter menghapus lelah mereka berganti ceria nan antusias.

Debit air terjun Curug Awet Anom memang tidak besar, namun tebing yang tinggi membuat curahan air saat menyentuh tubuh terasa seperti terpaan hujan yang agak deras. 'Awet Anom' dalam bahasa Sunda yang bermakna awet muda adalah nama yang lahir dari mitos setempat bahwa siapapun yang mencuci muka dengan air curug tersebut akan awet muda

Sebagian  homeschoolers langsung copot sepatu dan bermain air, sementara sebagian lain memilih jadi tim sorak. Para guru pembimbing sembari ikut bermain, mengarahkan anak-anak didik mereka untuk melakukan observasi berbagai spesies flora-fauna yang ada di sekitar Tentu saja mereka pun tak lupa menggaris-bawahi bahwa ada banyak aktifitas mengasyikkan selain bermain  gadget di dalam kamar. Sesi foto-foto untuk keperluan tayang di akun medsos maupun dokumentasi bahan presentasi akademik menjadi penutup aktifitas mereka di area curug dan saatnya menapaki ulang lintasan awal, mendaki-menurun dengan waspada, untuk kembali ke lokasi perkemahan.

Trekking bersama teman-teman selain berfungsi sebagai olahraga relaksasi; juga diharapkan dapat mengasah kesabaran, keuletan, rasa setia kawan, dan lebih menghargai aneka spesies yang hidup di alam bebas hingga kelak mereka terpanggil untuk melestarikannya agar habitat di planet ini tetap ramah-kondusif untuk ditinggali generasi-generasi berikutnya yang akan lahir sampai penghujung peradaban kelak Salam Lestari !

(Ikuti kiprah para homeschooler lainnya via web ini )

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun