Mohon tunggu...
Yadi Mulyadi
Yadi Mulyadi Mohon Tunggu... Dosen - Arkeolog

Arkeolog dari Bandung tinggal di Makassar dan mengajar di Departemen Arkeologi Universitas Hasanuddin Makassar

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Sangasanga sebagai Kawasan Cagar Budaya di Kalimantan Timur

9 Oktober 2020   07:21 Diperbarui: 26 Oktober 2020   17:11 600
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pompa Anguk yang digunakan pada periode awal tambang minyak di Sangasanga | dokpri

Setelah Jepang berhasil dikalahkan oleh sekutu, pihak Belanda kembali mengambil alih kekuasaan yang kemudian memicu perlawanan dari para pejuang Sangasanga. Pertempuran terjadi di beberapa lokasi di Sangasanga. Perang Sanga Sanga dilakukan eks romusha Jepang yang berasal dari Pulau Jawa.

Salah satu tokoh yang menonjol adalah Budiyoyo atau Budiono yang tergabung dalam Badan Penolong Perantau Indonesia, yang selanjutnya berubah menjadi barisan pejuang yang tergabung dalam Badan Pembela Republik Indonesia (BPRI).

Pertempuran tersebut dikenal dengan nama Peristiwa Merah Putih Sangasanga yang berawal ketika tentara Belanda pada tahun 1945 menguasai Sanga-Sanga yang kaya akan sumber minyak (Kristianto, 2018).

Monumen Perjuangan Merah Putih | dokpri
Monumen Perjuangan Merah Putih | dokpri

Hal tersebut membuat rakyat Sangasanga bersikeras mengusir Belanda, dengan melakukan perlawanan, hingga para pejuang mengadakan rapat dan tercetuslah rencana merebut gudang senjata Belanda dengan cara mengalihkan perhatian penjajah kepada berbagai keramaian kesenian daerah.

Di tengah keramaian, para pejuang membagikan senjata dan amunisi untuk merebut kekuasaan pada pukul 03.00 wita dinihari 26 Januari 1947. Perjuangan pun berhasil, sehingga pada pukul 09.00 wita kota Sangasanga berhasil dikuasai pejuang, ditandai dengan diturunkannya bendera Belanda di Sangasanga Muara oleh La Hasan (Kristianto, 2018). 

Sebagai tanda peringatan perjuangan, di Sangasanga dibangun monumen perjuangan terukir nama-nama pejuang yang gugur pada saat itu. Peristiwa tersebut diperingati sebagai Peristiwa Perjuangan Merah Putih Sangasanga 27 Januari.

Peristiwa ini juga yang menjadikan Sangasanga sebagai kota pertama di Kalimantan Timur yang merdeka dan terbebas dari penjajahan Belanda. Menjadi kota pertama di Kalimantan Timur yang terlepas dari cengkeraman Belanda tidaklah mudah. Para pejuang bangsa saling bahu-membahu melengserkan kedudukan Belanda.Bahkan tidak cuma pribumi yang ikut berperang. 

Saat Belanda peristiwa Perlawanan Samseng, Warga Tioghoa yang tinggal di sana turut berperang (http://pajar.web.id/sanga-sanga-kota-perjuangan/).

Hal ini juga yang memperkuat arti khusus Sangasanga bagi masyarakat sebagai Kota Juang yang kemudian diwujudkan dalam bentuk pendirian monumen dan museum, yaitu Monumen Perjuangan Merah Putih yang diresmikan pada 27 Januari 1977, Monumen Palagan Merah Putih yang dibangun pada 2002, dan Museum Perjuangan Merah Putih yang diresmikan pada 27 Januari 2007. 

Setiap 27 Januari kota ini mengadakaan ragam kegiatan yang menarik mulai dari napak tilas, upacara peringatan perjuangan Merah putih, sampai ziarah ke Taman Makam Pahlawan Wadah Batuah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun