Mohon tunggu...
Yadi Mulyadi
Yadi Mulyadi Mohon Tunggu... Dosen - Arkeolog

Arkeolog dari Bandung tinggal di Makassar dan mengajar di Departemen Arkeologi Universitas Hasanuddin Makassar

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Menelusuri Menapo di Kemingking Dalam, Muaro Jambi

21 April 2018   11:56 Diperbarui: 21 April 2018   12:00 368
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ada Menapo di Kemingking Dalam, kata Pak Cik pada saya yang baru saja tiba di rumahnya yang juga difungsikan sebagai Homestay. Pak Cik, begitu biasa kita panggil, salah satu Polisi Khusus dari Balai Pelestarian Cagar Budaya Jambi yang ditugaskan di Kompleks Percandian Muara Jambi di Kabupaten Muaro Jambi Provinsi Jambi. 

Nama lengkapnya Pak Cik yaitu Zubaidi yang juga dijadikan nama untuk Homestaynya. Jadi bagi yang mau berkunjung ke Muaro Jambi lalu tertarik untuk ikuti Muara Jambi Pilgrim atau Jungle Tracking di Komplek Percandian Muara Jambi, bisa bermalam di Homestay Pak Cik yang memang lokasinya berada di area zona pengembangan kawasan cagar budaya Muara Jambi.

Lalu apa itu Menapo, tanya saya sama Pak Cik? itu penamaan masyarakat Melayu termasuk di Muara Jambi untuk menyebut sejenis Kancil tapi ukurannya lebih kecil. Bentuknya berupa gundukan tanah, karena menapo biasa tinggal disitu pada saat pasang sungai Batanghari. Jadi Napo binatang sejenis kancil yang pada saat banjir tinggal digundukan tanah sehingga disebutlan menapo.  Bahasan gaulnya "napo lagi nongkrong" itulah menapo.

Lalu kenapa Menapo itu menjadi salah satu jenis warisan budaya yang memiliki kriteria nilai penting ? Menurut Mas Ahok dari Padmasana, hal tersebut dimulai pada saat rombongan Pak Soekmono dan tim dari Ditlinbinjarah melakukan penelitian di kawasan ini pada tahun 1986. 

Pada saat tim tersebut meneliti, mereka melakukan penelitian arkeologi di gundukan-gundukan tanah yang memang banyak ditemukan di kawasan Muara Jambi. Beberapa temuan di Menapo ini berupa struktur bata yang kemudian dipugar setelah melalui studi kelayakan dan studi teknis benerapa diantara menapo tersebut kini telah menjadi Candi-candi yang menjadi objek cagar budaya di kawasan Muara Jambi, sehingga disebut dengan Kompleks Percandian Muara Jambi.

Menurut Pak Suharno, Kepala Seksi  dari Balai Pelestarian Cagar Budaya Jambi, tidak semua Menapo memiliki tinggalan struktur bata di dalamnya. Tetapi indikasi bahwa menapo itu merupakan warisan budaya masa lalu, selain keberadaan struktur bata juga adanya parit keliling. Sampai saat sudah ada 9 menapo yang telah dipugar dan menjadi objek cagar budaya candi, yaitu Candi Gumpung, Tinggi, Gumpung 1, Tinggi 1, Kembar Batu, Astano, Gedong 1, Gedong 2, dan Candi Kedaton. 

Lalu ada menapo yang sudah yang terindikasi sebagai struktur candi tapi belum dipugar yaitu Koto Mahligai dan Sialang. Sedangkan 78 menapo lainnya sampai saat ini belum dipugar jadi masih berupa gundukan tanah. Jika digabung dengan tinggalan lainnya yaitu kolam, parit dam kanal kuno, terdapat 131 tinggalan budaya di kawasan ini yang sejak tahun 2013 telah ditetapkan sebagai kawasan cagar budaya peringkat nasional dengan nama Kompleks Percandian Muara Jambi.

Salah satu wilayah di kawasan ini yang terdapat sebaran menapo yaitu wilayah Kemingking Dalam salah satu desa di Kecamatan Taman Rajo. Di wilayah Kemingking Dalam terdapat delapan Menapo yaitu Menapo Kemingking 1, Kemingking 2, Teluk 1, Teluk 2, Istano Rajo, Pelayangan 1,  Pelayangan 2 dan Menapo Candi Cino. 

Keberadaan menapo tersebut merupakan potensi bagi para peneliti untuk melakukan kajian guna mengungkap nilai kesejarahan dari komplek Percandian Muara Jambi yang menurut para ahli merupakan tinggalan dari Kerajaan Sriwijaya di Jambi. Potensi ilmu pengetahuan yang terdapat pada Menapo ini menjadikan menapo-menapo ini harus mendapatan pelindungan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Cagar Budaya No. 11 tahun 2010. Oleh kaena itu jika kita ke Jambi mari kita kunjung, lindungi dan lestarikan Menapo.

Salam lestari budaya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun