Mohon tunggu...
Rullysyah
Rullysyah Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis

Belajar dan Berbagi

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Prediksi Hasil Pilpres 2019 Jokowi 59,51% - Prabowo 40,49%, tapi...

16 April 2019   01:25 Diperbarui: 16 April 2019   11:06 3474
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seperti yang sudah saya tulis dalam 5-6 artikel yang lalu, dalam 2 bulan terakhir begitu sering saya terheran-heran dengan angka-angka Hasil Survey dari lembaga-lembaga survey yang ada.  Selalu saya katakan angka-angka itu sulit masuk akal dalam teori saya dimana selisih elektabilitas Jokowi-Prabowo mencapai lebih dari 25%. Sulit sekali menerima angka-angka itu karena sebenarnya sejak tahun 2012 saya begitu percaya dengan kualitas hasil survey berbagai lembaga yang ada.

Dengan kondisi yang demikian kemudian saya membuat penelitian sendiri dan akhirnya menemukan fakta bahwa ternyata hasil survey Pilkada khususnya beberapa tahun terakhir  banyak yang meleset jauh, antara lain Pilgub Jateng 2018, Pilgub Jatim 2018, Pilgub Jabar 2018 dan Pilgub DKI 2017. 

Ini anomaly sehingga saya mencoba mencari tahu penyebabnya. Dan sayapun menemukan suatu fenomena lain khususnya Hasil Survey Pemilu/ Pilkada yang salah satu kontestannya Petahana. Dari Pilpres 2009, Pilwako Surabaya 2005 , Pilgub Jateng 2018 dan Pilgub DKI 2017.

Pilpres 2009 SBY sebagai Petahana angka Elektabilitas hasil survey mencapai 71% tapi hasil KPU hanya  60,85%, Pilwako Surabaya Tri Rismaharini Incumbent Elektabilitas rata-rata 94% hasil KPUD 86,34%, lalu Pilgub DKI 2017 Anies Penantang kuat Elektabilitas 29,39% Hasil KPUD Putaran I 39,95% dan terakhir Pilgub Jateng Ganjar Incumbent Elektabilitas rata-rata 76,6% sementara hasil  KPUD Jateng 58,78%. (Surinc Passed). 

Melesetnya angka Elektabilitas  pada  4 Pemilu/Pilkada yang lalu dimana salah satu kontestannya  Incumbent akhirnya  saya sebut sebagai  Teori "Surinc Passed"  kepanjangan dari Survey Incumbent Pasti Meleset.  Teori inilah yang  kemudian  menjadi salah satu pertimbangan saya untuk memprediksi Pilpres 2019.

Bila Lembaga survey yang ada tahu persis tentang melesetnya survey-survey mereka di 4 Pemilu yang saya sebut diatas kemungkinan besar mereka sudah memperbaiki  cara surveynya.  Dan itu berarti Teori Surinc Passed tidak akan berlaku di Pilpres 2019 ini.

Sayangnya hanya Litbang Kompas yang terlihat berusaha memperbaiki cara melakukan survey sehingga hasil surveynya lebih mendekati teori saya.

Kembali  ke masalah Hasil survey Pilpres 2019, Bila Efek Surinc Passed tidak berlaku maka Prediksi Hasil Pilpres 2019 kurang lebih sebagai  yanga ada di table diatas, dimana saya mengambil  Angka Proporsi Pemilih rata-rata dari 5 Lembaga Survey yang saya percayai. Angka Proporsi Pemilih versi saya disebut Litbang Kompas sebagai Extrapolasi Elektabiltias. Dan hasilnya : Jokowi-Maruf:  59,51%  dan Prabowo-Sandi : 40,49%,

Begitulah prediksi berdasarkan rata-rata hasil survey dari 5 lembaga survey.

dok pribadi
dok pribadi
GOOGLE TREND UNTUK JOKOWI-PRABOWO SANGAT STABIL

Selain mengacu pada Hasil Survey berbagai lembaga survey, saya juga memantau ketertarikan maupun trend pembicaraan untuk Jokowi dan Prabowo lewat Google Trend.  Khususnya selama 2 minggu terakhir untuk Google Trend  Jokowi-Prabowo terpantau 3 bulan terakhir  sangat stabil hasinya dan Nampak seperti  grafik berikut.

Faktanya  angka rata-rata Google Trend untuk Jokowi dan Prabowo dalam 3 bulan terakhir (sampai dengan malam ini) adalah : Jokowi :27- 29 dan Prabowo 30-32. Ini menarik karena berbeda berbanding terbalik dengan hasil Prediksi diatas dimana proporsi  kekuatan Jokowi-Prabowo adalah 60-40.  Angka toleransi Google Trend  bila sinkron dengan survey seharusnya posisi Jokowi-Prabowo adalah  34-30, tapi yang terdata malah 29-32.

Dalam google Trend juga  saya memantau grafik lain dengan menggunakan Keyword Kampanye Jokowi vs Kampanye Prabowo dalam 30 hari terakhir. Dan hasilnya adalah Jokowi 12-14 dan Prabowo 14-17.

Dengan  data trend seperti itu dimana Prabowo mengungguli Jokowi  maka saya asumsikan Angka Prediksi diatas (seperti pada tabel) kemungkinan besar harus dikoreksi sekitar 3%. Tapi itu buat catatan pinggir dulu. Kita bahas yang lain dulu.

dok pribadi
dok pribadi
WEBSITE KPU RI SELALU SULIT UNTUK DIAKSES

Salah satu kendala saya selama ini untuk mempelajari hasil-hasil Pemilu adalah Website KPU Sangat Sulit Sekali Diakses. Saya harus merefresh berkali-kali untuk mendapatkan sebuah halaman yang saya cari.  Padahal saya mencarinya pada saat sedikit orang yang mengaksesnya.  Seperti beberapa hari kemarin.

Selama seminggu terakhir ini sebelum pencoblosan kondisinya server KPU sudah seperti itu.  Saya bayangkan nanti pada hari pencoblosan dimana banyak sekali yang akan mencoba mengakses maka akan terjadi hal yang lebih parah lagi. Mudah-mudahan tidak seperti itu ya.

Ini hanya complain saja kepada KPU. Kita bahas kembali soal Prediksi, selanjutnya kita bahas kekuatan-kekuatan basis massa pendukung Prabowo dan Jokowi berdasarkan wilayah.  Saya meniadakan analisa di wilayah Sumatra dan Jawa Barat karena sudah saya asumsikan Prabowo pasti unggul di propinsi Jabar dan 80% wilayah Sumatra.

Kita lihat yang berikut dulu.  

BETAPA ISTIMEWANYA PDIP DAN GOLKAR DI PROPINSI  INDONESIA TIMUR

Salah satu cara saya memprediksi Pilpres diluar dari mengolah data Hasil survey lembaga survey adalah mencatat Pilpres-pilpres terdahulu, Pileg-pileg terdahulu dan Pilkada-pilkada yang bisa diakses datanya.

Salah satu kesimpulannya kemudian, ada wilayah-wilayah yang sepertinya sangat mutlak milik PDIP dan  Golkar. Untuk PDIP, terpantau perolehan suara PDIP (dulu PDI zaman Soeharto) sangat stabil di Propinsi Papua, Papua Barat, Nusa Tenggara Timur, Bali dan Sulawesi Utara. 

Bisa dikatakan tanpa disurvey pun kalau untuk Pilpres, setiap Capres yang didukung PDIP akan memperoleh suara diatas 60% untuk wilayah yang disebut diatas.  Tetapi sebaliknya ada wilayah-wilayah yang  tidak tertarik dengan PDIP. Contohnya Aceh, Sumbar, Jabar dan beberapa propinsi di Sumatra lainnya.

Golkar juga demikian. Golkar yang jatuh parah pada zaman reformasi tapi ternyata basis massanya sangat mengakar di beberapa wilayah.Hampir seluruh Sulawesi merupakan basis Golkar. Beberapa propinsi di Kalimantan juga Golkar kuat disana. Begitu juga dengan di 1-2 propinsi di Sumatra.

Kalau seandainya Kader dan Simpatisan Golkar solid mendukung Jokowi maka kekuatan basis massa Golkar dan PDIP sudah mencapai  60%  untuk  luar Jawad an Sumatra.  Inilah modal awal Jokowi sebagai Capres yang didukung PDIP dan Golkar.

Bisa dikatakan tanpa berkampanye pun Jokowi sudah unggul di luar pulau Jawa dan Sumatra.  Tapi ini sebenarnya hanya suatu gambaran / sebagai patokan terhadap perbandingan hasil survey.  Kalau ada hasil survey menyebut Suara Jokowi di propinsi Papua, Papua Barat, NTT, Bali dan Sulut masing-masing hanya 50% bisa saya katakan kemungkinan besar hasil surveynya salah.

JATENG BUKANLAH KANDANG BANTENG TAPI  JATIM MEMANG KANDANG NU

3 Propinsi yang menyumbang sekitar 70 juta suara di setiap Pilpres berasal dari Jabar, Jateng dan Jatim. Jadi 3 Propinsi ini sangat special dan sangat strategis bila dikaitkan Pilpres setiap 5 tahun sekali.

Berbeda dengan beberapa Propinsi di Indonesia Timur seperti yang saya sebutkan diatas, di Propinsi Jateng  tidak setiap Pemilu  PDIP bisa mendapatkan suara sampai 60% atau lebih. Dengan demikian bisa saya katakana Jateng bukanlah kandang Banteng. Tetapi Papua, Papua Barat, NTT, Bali dan Sulut adalah kandang Banteng.

Dengan kesimpulan itu maka bila disebut angka survey di Jateng dimana Jokowi bisa mendapatkan lebih dari 65% menurut saya itu berlebihan.  Pilpres 2014 memang Jokowi mendapatkan hampir 67% tetapi saat itu kubu Prabowo memang tidak serius menggarap propinsi ini.

Tetapi sewaktu Pilgub Jateng 2018, begitu digarap serius terlihatlah hasilnya. Sudirman Said yang tidak dikenal masyarakat Jateng bisa mendapatkan 43%. Pilgub inilah yang ikut membuktikan Jateng bukanlah kandang Banteng.

Berbeda dengan Jateng, propinsi Jatim adalah basis massanya warga NU. Tapi jangan lupa tidak semua warga NU di Jatim pro PKB maupun para elit PB NU. Apalagi Madura. Pada prinsipnya hampir mirip dengan Jabar, mayoritas warga NU di Jatim manut apa kata para  Ulamanya.

Jadi prinsipnya untuk Jatim peluang kedua Capres baik Jokowi dan Prabowo sebenarnya hanya di kisaran 55-45. Dan untuk Jateng memang pasti menang tebal  Jokowi  akan tetapi sangat sulit bagi Jokowi  untuk bisa mencapai lebih dari 65%.

DI PILPRES 2019 HANYA SURVEY LITBANG KOMPAS  YANG BISA SAYA JADIKAN ACUAN TAPI ITUPUN SAYA COBA KOREKSI BERDASARKAN PENGAMATAN SAYA.

Pada prinsipnya bila tidak ada Teori Surinc Passed dan tidak ada fenomena Google Trend yang berbeda jauh dari hasil survey lembaga-lembaga survey yang ada, sebenarnya saya tidak tertarik untuk mengkoreksi  alias mengutak-atik Hasil Survey Litbang Kompas.  Tapi dengan adanya factor-faktor tersebut saya mencoba untuk mengutak-atik Survey Libatng Kompas.

80% Hasil Survey Litbang Kompas saya percaya hasilnya sementara sisanya saya coba utak-atik saja. Yang saya coba koreksi  hanya Prediksi Jateng, Jogja,  Jatim  dan wilayah NTT, NTB dan Bali.

dok pribadi
dok pribadi
Angka-angka di wilayah itu menurut saya angka Jokowi terlalu besar sehingga berdasar basis data sesuai yang saya milki, contohnya Jateng bukan kandang Banteng dan lain-lainnya maka saya sesuaikan  seperti yang ada di table berikut.

Setelah disesuaikan maka Prediksi Hasil Pilpresnya menjadi :  Jokowi  51,72% dan Prabowo  48,28%.

Itulah angka yang timbul setelah prediksi wilayah Jateng, Jatim, Bali dan Nusatenggara disesuaikan.

Selanjutnya kembali saya harus memperhitungkan adanya Teori Surinc Passed. Selain itu juga Trend Google bisa dibilang Anomali bila dibanding hasil survey yang ada.  Oleh sebab itu saya asumsikan angka meleset dari Prediksi terakhir harus disesuaikan sebanyak 3%.

Jadi bila memang benar terjadi efek Surinc Passed, maka Hasil Pilpres 2019 adalah : Jokowi - Maruf : 48,72% sementara Prabowo-Sandi 51,28%.

Sekian

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun