Mohon tunggu...
Rullysyah
Rullysyah Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis

Belajar dan Berbagi

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Tidak Seharusnya Isu Kafir Digeret ke Kontestasi Pilpres

7 Maret 2019   11:28 Diperbarui: 7 Maret 2019   11:38 319
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Turut mengucapkan Selamat Hari Raya Nyepi bagi mereka yang merayakannya.

Sebelum membahas artikel ini saya harus angkat topi pada Admin Kompasiana yang tidak membuat topik pilihan dengan isu  Kafir ini. Isu ini bukanlah domain public umum untuk dijadikan pembahasan antar masyarakat lintas agama.  Isu Kafir ini adalah domain kami-kami yang beragama muslim yang punya kapasitas untuk membahasnya.

Bagi mereka yang non muslim tentu sudah sangat sering melihat perdebatan terbuka antara orang Islam baik mengenai hukum-hukum agama maupun perdebatan yang  terkait interaksi social antara muslim dengan non muslim.  Perbedaan pendapat antara Ustad dan Kyai dan perbedaan pendapat antara masyarakat muslim tentang prinsip-prinsip kehidupan beragama itu sebenarnya sudah terjadi ratusan tahun.  Mungkin baru beberapa tahun ini menjadi terbuka karena keberadaan media-media social.

Secara pribadi kami sangat menyesal kalau ada kaum muslim yang melontarkan perbedaan pendapat antar kaum muslim di ruang publik  sehingga ditonton oleh umat lainnya.  Hal ini biasanya terjadi karena ada  beberapa pemimpin umat  yang  merasa pendapatnya yang paling benar dan mereka berseteru akhirnya pengikut-pengikutnya (Jamaah-jamaahnya) pun ikut berseteru.

Hal-hal seperti itu tidak pernah terjadi pada zaman Nabi Besar Muhammad SAW dan zaman Khulafaur rasyidin. Tapi Nabi Besar  Muhammad SAW  dalam wasiatnya sudah memberi tahu kepada umatnya bahwa pada akhir zaman umat Islam akan terpecah menjadi 73 Golongan. 

Dengan demikian  kami umat mayoritas Muslim sebenarnya  sudah mengantisipasi  hal tersebut dengan cara tidak ikut berselisih paham dan  tidak ikut terpancing bila ada sesama umat muslim yang mempermasalahkan tata cara ibadah, hukum Islam maupun lainnya.  Kami cenderung diam dan mengambil  jalan beribadah dengan cara yang diajarkan Ustad-ustad kami.  Silahkan ustad lain punya cara sendiri  beribadah, ustad kami punya cara lain untuk beribadah. 

Mungkin bagi umat non muslim merasa geli bila tiba saatnya  Hari Lebaran Idul Fitri.  Mereka melihat umat Muslim  ada yang merayakannya sehari sebelumnya,  ada yang hari H sesuai kalender dan ada yang sehari sesudahnya.  Itulah bukti diantara kami memang ada perbedaan tetapi masing-masing golongan mampu mentolerirnya.

UCAPAN SELAMAT NATAL DAN PERDEBATAN TIDAK PENTING

Saya pernah tinggal di Jayapura Papua lebih dari 10 tahun. Pernah juga di Bali lebih dari 2 tahun. Pengalaman tinggal di wilayah mayoritas non muslim membuat  saya terbiasa (setiap tahun) menerima ucapan Selamat idul Fitri dari teman-teman yang Kristen maupun Hindu.  Apa salahnya saya membalas mereka dengan mengucapkan Selamat untuk Hari Raya mereka?

Setiap tahun kalau memang sedang aktif di Facebook atau Twitter pasti saya mengucapkan Selamat Natal pada sahabat-sahabat saya yang Kristiani.  Tidak ada satupun dari keluarga besar saya ataupun sahabat-sahabat muslim saya yang mempermasalahkan hal itu.

Pernah beberapa tahun lalu ada 1-2 orang teman sekolah yang muslim yang inbox dan mempertanyakan hal itu dan menasehati saya untuk tidak melakukannya.  Tapi saya tidak meresponnya karena dalam hati  saya katakan  hal itu tidak bisa diperdebatkan. Itu hak pribadi saya untuk menjaga persahabatan  dengan teman-teman non muslim.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun