Main golf itu ternyata tidak cuma soal olahraga, tapi juga soal keberanian. Keberanian buat berdiri di depan orang-orang yang kelihatan dari golongan elite dan kayaknya sudah jago semua.
Begitulah yang saya rasakan waktu pertama kali menginjakkan kaki di sebuah driving range di daerah Kelapa Gading. Saya yang biasanya cuma main layangan di atas genteng, sekarang malah pegang stik golf. Lucu nggak tuh?
Dari Layangan ke Driving Range
Cerita ini sebenarnya sudah lama. Waktu itu ceritanya saya dapat undangan dari sebuah PR agency untuk bermain golf. Jujur aja, saya sempat mikir, "Wah, pantes nggak nih saya main golf?" Tapi penasaran juga sih, karena gratis. Hehehe
Akhirnya saya pun datang, walaupun dengan langkah penuh keraguan. Sesampainya di sana, langsung terasa vibe beda. Orang-orangnya datang naik mobil sambil membawa tas golf, pakai polo shirt rapi, sepatu golf mahal, dan aura bos-bos besar. Sementara saya datang dengan celana jeans dan kaus yang setengah basah karena keringetan abis naik motor dari selatan Jakarta.
Sewaktu pegang stik golf untuk pertama kalinya, saya bingung. Pegangnya gimana, dan cara ngenain bolanya gimana? Semuanya terasa asing. Tapi di sinilah semuanya dimulai.
Pelajaran Pertama dari Sang Instruktur
Untungnya ada instruktur yang sabar banget ngajarin. Saya diajarkan cara memegang stik yang benar, cara berdiri, sampai posisi tangan waktu swing. Jujur aja, teori doang nggak cukup.
Sewaktu praktek, stiknya lebih sering nabrak lantai daripada kena bola. Kalau pun kena bola, bolanya cuma loncat-loncat di depan, kayak malu buat terbang jauh.
Instruktur bilang, "Tenang aja, yang penting kamu rileks."Â
Tapi bagaimana rileks kalau setiap kali mukul, rasanya seperti ada puluhan mata yang memperhatikan, kayak nonton pertunjukan komedi live.
Momen Saat Bola Akhirnya Terbang
Setelah berkali-kali gagal, akhirnya ada satu pukulan yang bikin bola itu melambung tinggi. Rasanya kayak dunia berhenti sejenak buat memberi applause buat saya.