Mohon tunggu...
Rully Novrianto
Rully Novrianto Mohon Tunggu... A Man (XY) and A Mind Besides Itself

Tulisan saya yang tidak diunggah di tempat lain www.rullyn.net

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Lebih Realistis Mana, Juara Pildun atau Hukum Mati Koruptor?

7 Maret 2025   09:18 Diperbarui: 7 Maret 2025   09:18 181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
trofi Piala Dunia & hukuman gantung (wikimedia.org | livelaw.in)

Karena nggak bisa tidur usai sahur, saya iseng nanya sesuatu yang absurd ke empat AI: Google Gemini, ChatGPT, Meta AI, dan DeepSeek. Pertanyaan saya adalah, "Mana yang lebih realistis: Indonesia juara Piala Dunia atau koruptor di Indonesia dihukum mati?"

Ternyata semua AI kompak menjawab hal yang sama: lebih realistis koruptor dihukum mati. 

Kok AI bisa sepakat gitu? Apa mereka nge-ghibah Indonesia di server-nya masing-masing? 

Kenapa Koruptor Dihukum Mati Terlihat Lebih Realistis? 

Kalau dipikir-pikir, ada alasannya kenapa jawaban itu muncul. Korupsi di Indonesia sudah seperti kanker stadium akhir. Kita semua tahu masalahnya besar, tapi selalu susah diobati. Hukuman mati buat koruptor jadi salah satu solusi ekstrem yang sering jadi perdebatan. 

Di beberapa negara, seperti China, hukuman mati buat koruptor sudah diterapkan. Tapi di Indonesia? Masalahnya bukan sekadar soal hukuman. Ini soal keberanian eksekusi hukum itu sendiri. Kalau korupsi diibaratkan pohon besar, akarnya itu sudah menancap ke segala sisi: politik, ekonomi, bahkan budaya. 

AI mungkin mikir begini: daripada nunggu Indonesia juara Piala Dunia, yang perlu strategi matang, pembinaan usia dini, infrastruktur, dan ribuan hal lain, lebih mungkin ada satu langkah hukum besar yang diambil, walaupun langkah itu tetap sulit. 

Indonesia Juara Piala Dunia? Aduh... 

Jadi juara Piala Dunia itu tidak cuma soal skill pemain. Ini soal ekosistem. Kompetisi lokal harus kuat, pembinaan usia dini harus serius, dan manajemen sepak bola harus bebas dari masalah klasik: konflik kepentingan. 

Lihat aja PSSI. Baru beberapa tahun terakhir mulai ada harapan karena ketua umumnya lebih aktif dan fokus, tapi ini masih langkah awal. Bandingkan dengan negara-negara yang sudah pernah juara. Mereka punya sistem yang konsisten selama puluhan tahun, bukan cuma karena hoki di satu turnamen. 

Lucunya, AI kayaknya tahu itu. Mungkin mereka baca data statistik Indonesia di FIFA, terus langsung berpikir, "Ah, ini sih bakal makan waktu 50 tahun lagi, minimal." 

Humor Gelap di Balik Jawaban AI 

Jawaban AI ini sebenarnya memberi tamparan halus. Mereka seperti mengatakan, "Indonesia, kamu lebih mungkin ambil langkah drastis buat menghukum mati koruptor daripada juara Piala Dunia." 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun