Mohon tunggu...
Rully Moenandir
Rully Moenandir Mohon Tunggu... Administrasi - TV and Movie Worker

Seorang ayah dari 4 anak yang bekerja di bidang industri televisi dan film, serta suka sekali berbagi ilmu dan pengalaman di ruang-ruang khusus sebagai dosen maupun pembicara publik. Baru buat blog baru juga di rullymoenandir.blogspot.com, setelah tahun 2009 blog lamanya hilang entah kemana.

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Artikel Utama

MRT Jakarta, Memoles Etalase Indonesia

17 Maret 2019   02:51 Diperbarui: 26 Maret 2019   09:27 1661
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Walau terbilang telat bin molor dari target penggunaan saat Asian Games 2018 kemarin, akhirnya ketertinggalan dari sister city ajang Asian Games yakni Palembang terbayar sudah. 

Bulan Maret ini, adalah bulan uji coba publik dan Launching penggunaan MRT Jakarta yang sejak dulu ditunggu-tunggu kehadirannya.

Jakarta yang memiliki luas sekitar 661,52 km dengan penduduk sekitar 10.374.235 jiwa (2017) ini, biasa menyebut dirinya kota metropolitan karena adanya integrasi dengan kota di sekitarnya dengan sebutan Jabodetabek, yang jika dijumlahnkan secara keseluruhan berpenduduk sekitar 28 juta jiwa. Karena itulah, Jakarta memantapkan posisinya sebagai kota metropolitan terbesar di Asia Tenggara atau urutan kedua di dunia. Dari jumlah tadi, diperkirakan lebih dari empat juta penduduk menempuh perjalanan menuju Jakarta setiap hari kerja.

Masalah transportasi semakin menjadi perhatian khusus dan telah diprediksikan bahwa tanpa terobosan transportasi yang baik, maka kemacetan akan semakin sangat parah sehingga bisa bisa kendaraan tidak bisa bergerak bahkan pada saat baru keluar dari garasi rumah pada tahun 2020.

Sejak era Gubernur Joko Widodo perubahan fundamental transportasi Jakarta mulai "dikebut". Pembenahan KRL Jabodetabek yang menjadi angkutan massal favorit dari dan Jakarta "disulap" menjadi meda transportasi yang nyaman dan aman.

Pengguna KRL "dipaksa" untuk tertib, dengan barang dagangan, seperti sayuran, ternak, bahkan melarang pedagang asongan dan penumpang KRL untuk duduk di atap atau luar gerbong kereta.

Pekerjaan ini berdampak sangat signifikan terhadap tingkat kecelakaan penumpang, ketertiban, dan ketepatan waktu perjalanan KRL (yang kini biasa disebut Commuter Line).

Tidak hanya itu, bangunan fisik stasiun dan penertiban kawasan sepanjang rel juga menjadi fokus dari pembenahan ini semua, sehingga target pelayanan publik akhirnya tercapai secara maksimal.

Tangkapan Layar Twitter MRT Jakarta
Tangkapan Layar Twitter MRT Jakarta
Joko Widodo yang kemudian juga secara mendadak memutuskan untuk mengkaji kembali pembangunan MRT di Jakarta tidak lama setelah memenangkan Pilkada di DKI Jakarta pada tahun 2012, yang kemudian di tahun 2013 diputuskan bahwa pengerjaan MRT harus sudah berjalan dan ditargetkan selesai sebelum 2019.

Namun jika kita mau membuka-buka arsip dan ingatan kita jauh ke belakang, proyek ini merupakan proyek lama yang pengerjaannya selalu mengalami penundaan.

Terhitung sudah 25 kali lebih studi kelayakan mengenai proyek MRT di Jakarta yang dilakukan sejak tahun 80-an, dan ketika mendekati tahap final Indonesia justru terkena dampak Krisis Moneter Global yang mengakibatkan kacaunya peta perpolitikan tanah air karena menjadi tidak memiliki arah pembangunan yang jelas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun