Setelah tersaji di meja, kamipun menanyakan, jeruk dan cabai tadi untuk apa? Ternyata setelah dijelaskan, jeruk tadi diperas di mulut Tantuni yang terbuka, biarkan mengalir kebawah meresap ke seluruh bagian, dan cabai tadi untuk menambah kesegaran (karena memang cabai yang sudah jadi asinan tidak lagi pedas).
Daging-daging kecil tadi sangat gurih, karena memang dimasak juga dengan potongan-potongan gajih (lemak), bumbu-bumbu yang digunakan pun sangat terasa, berbeda sekali dengan kebab yang biasa saya makan. Asemnya lemon dan segarnya asinan cabai-pun menambah kenikmatan gigitan-gogitan berikutnya. Super deh.
Gak kerasa, tantuni yang padat tadi sudah habis dalam genggaman, akhirnya...pesen lagi. Hehehehe...
Di pemesanan berikutnya inilah, kami baru tahu, kalau foto-foto di dinding dengan tulisan MERSIN itu adalah nama propinsi di Turki, Propinsi Mersin, dengan penduduk sekitar 300an ribu orang saja, dan Tantuni, adalah masakan khas Mersin, yang jika di Istanbul, ibukota Turki, banyak dijajakan di gerobak-gerobak atau sebagai menu cemilan di restoran atau kios makan.
====
Jadi kangen Tantuni nih, di mana yah yang ada di Jakarta? Nanti dicari deh.