Mohon tunggu...
Rully Moenandir
Rully Moenandir Mohon Tunggu... Administrasi - TV and Movie Worker

Seorang ayah dari 4 anak yang bekerja di bidang industri televisi dan film, serta suka sekali berbagi ilmu dan pengalaman di ruang-ruang khusus sebagai dosen maupun pembicara publik. Baru buat blog baru juga di rullymoenandir.blogspot.com, setelah tahun 2009 blog lamanya hilang entah kemana.

Selanjutnya

Tutup

Foodie Artikel Utama

Tantuni, Enak di Lidah Hemat di Kantong

24 Januari 2019   07:09 Diperbarui: 24 Januari 2019   13:25 436
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setelah tersaji di meja, kamipun menanyakan, jeruk dan cabai tadi untuk apa? Ternyata setelah dijelaskan, jeruk tadi diperas di mulut Tantuni yang terbuka, biarkan mengalir kebawah meresap ke seluruh bagian, dan cabai tadi untuk menambah kesegaran (karena memang cabai yang sudah jadi asinan tidak lagi pedas).

Foto: Dokumentasi Pribadi
Foto: Dokumentasi Pribadi
Saya pun memulai duluan karena sudah lapar, dan penasaran sekali dengan rasanya...setelah menaburkan cabe bubuk, gigitan pertama sangat istimewa !

Daging-daging kecil tadi sangat gurih, karena memang dimasak juga dengan potongan-potongan gajih (lemak), bumbu-bumbu yang digunakan pun sangat terasa, berbeda sekali dengan kebab yang biasa saya makan. Asemnya lemon dan segarnya asinan cabai-pun menambah kenikmatan gigitan-gogitan berikutnya. Super deh.

Gak kerasa, tantuni yang padat tadi sudah habis dalam genggaman, akhirnya...pesen lagi. Hehehehe...

Di pemesanan berikutnya inilah, kami baru tahu, kalau foto-foto di dinding dengan tulisan MERSIN itu adalah nama propinsi di Turki, Propinsi Mersin, dengan penduduk sekitar 300an ribu orang saja, dan Tantuni, adalah masakan khas Mersin, yang jika di Istanbul, ibukota Turki, banyak dijajakan di gerobak-gerobak atau sebagai menu cemilan di restoran atau kios makan.

Foto: Dokumentasi Pribadi
Foto: Dokumentasi Pribadi
Oh ya, soal harga, tidak jauh berbeda dengan kebab. Saat itu (2008) 1 porsi Tantuni sekitar 3,5EUR gratis teh hangat, dan sambal bubuk sepuasnya. Untuk urusan cabe buuk ini memang jadi catatan tersendiri dari si empunya kios, katanya kami kok kuat bangat makan pedas, sampai tempat berisi cabe tadi hampir habis, padahal baru diisi penuh.
====
Foto: Dokumentasi Pribadi
Foto: Dokumentasi Pribadi
Nah, jadilah rasa penasaran kami terhadap Tantuni (walau sebetulnya terpaksa dan tidak sengaja) berkelanjutan. Di hari-hari kedepan kami mengurangi pembelian Kebab sebagai jajanan, dan mengalihkan ke mengkonsumsi Tantuni yang enak, lezat, gurih (mungkin karena baru ini ada jajanan yang menggunakan lemak di Jerman), dan murah pastinya.

Jadi kangen Tantuni nih, di mana yah yang ada di Jakarta? Nanti dicari deh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun