Mohon tunggu...
Rully Moenandir
Rully Moenandir Mohon Tunggu... Administrasi - TV and Movie Worker

Seorang ayah dari 4 anak yang bekerja di bidang industri televisi dan film, serta suka sekali berbagi ilmu dan pengalaman di ruang-ruang khusus sebagai dosen maupun pembicara publik. Baru buat blog baru juga di rullymoenandir.blogspot.com, setelah tahun 2009 blog lamanya hilang entah kemana.

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Hilangkan Galau di Tuk Tuk Restaurant Berlin

22 Januari 2019   21:14 Diperbarui: 23 Januari 2019   20:57 225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lebih kurang sebulan setelah tinggal di Berlin yang mulai mendingin (saat itu suhu sudah mulai masuk 8-5 derajat Celcius), rasa kangen masakan Indonesia mulai terasa, walaupun hampir 4x sudah, saya sempatkan mampir ke salah satu Restoran Persia yang sangat favorit di kalangan masyarakat Indonesia disana, karena "look"nya dan kedekatan rasanya dengan kuliner tanah air. 

Bagaimana tidak, dengan uang 3,5 EUR, bisa menikmati 1 daging panggang besar, sepiring nasi basamati besar, free refill teh (manis), plus salad dan mentega leleh yang sangat nikmat, plus sambal PEDAS !! padahal, jika kita membeli makanan/ roti dengan uang seharga tadi, porsinya tidak sampai setengahnya...betul-betul harga bersahabat buat pendatang dari negara dengan kurs 1 EUR = 10rb IDR saat itu.

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
Seringkali terbayang-bayang, nasi uduk, sate ayam/ kambing, gado-gado, atau soto ayam panas ditengah angin dingin kiriman dari pegunungan Alpen.
Ah...pikiran terus melayang, sementara memang saat itu saya "pengangguran" di ibukota Jerman yang terbilang besar, setelah ditipu habis-habisan oleh Penyedia Jasa Pendidikan ke Jerman bernama EDUKA. 

Bagaimana tidak, saya yang sedang aktif bekerja di salah satu TV Nasional, tiba-tiba diminta 2 minggu lagi untuk berangkat ke Jerman, karena Aplikasi sekolah Master (S2) saya sudah diterima dan 3 minggu lagi perkuliahan dimulai. 

Namun, sayangnya Rasa Bahagia mematikan Nalar saat itu, dimana setiap saya tanyakan apa nama kampus tempat saya akan menuntut ilmu (saya apply ke 3 kampus) selalu mendapat jawaban "aduh, saya lagi diluar kantor nih, nanti pas di kantor saya kabari, surat kampusnya ada di meja", "aduh saya sudah di rumah, sebentar saya cek ke yang di kantor yah nama kampusnya", dan jutaan alasan lain, sampai saat orang tua saya mengadakan syukuran kecil-kecilan di rumah dengan mengundang keluarga dan teman-teman dekat di H-3 keberangkatan, merekapun tidak hadir dengan alasan sibuk, walhasil saya pun tidak bisa menjawab kampus apa nantinya saya akan memperdalam bidang keilmuan saya, saat mereka menanyakan secara langsung. 

Hingga hari keberangkatan, dimana seharusnya saya diantar mereka ke Bandara Soekarno Hatta, sejak pagi mereka sudah mengabari via SMS akan kealpaan mereka hari itu, dan juga tidak membalas SMS balik saya terkait NAMA KAMPUS yang sudah menerima saya menjadi mahasiswanya.

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
Entah karena itu mungkin, saya jadi kangen tanah air, kangen masakan rumah, kangen masakan Indonesia. Karena saya tinggal masih "menumpang" di rumah perwakilan EDUKA di Berlin. 

Padahal menurut surat perjanjian, seharusnya saya langsung masuk STUDENTEN WOHNHEIM (asrama mahasiswa) dengan fasilitas 1 tempat tidur, meja, lemari, dan kamar mandi didalam; bukan sebuah sofa (bukan sofabed lho ya...), diruang tamu sempit, yang hanya berjarak 1,5 meter dari TV ukuran 21 inch, dan tanpa internet !!!. 

Dan sayangnya lagi, semua laporan kondisi ini, mentah di telinga orang tua saya. Mereka lebih percaya EDUKA dibanding saya, karena saya memang minta segera dikirim uang untuk pulang karena masa perkuliahan sudah dimulai 2 bulan lalu, dan saya belum terdaftar di kampus manapun di Jerman...Hal ini saya ketahui, ternyata semua Form Aplikasi yang saya berikan via EDUKA untuk mendaftarkan diri, tergeletak lengkap di kamar sang "perwakilan" yang tanpa sengaja saya temukan saat mereka keluar rumah.

====

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
Alhamdulillah, sambil ber WARNET ria untuk mencari informasi mengenai kampus apa yang cocok dan mendaftarkan diri untuk melanjutkan studi saya (hal ini tidak dilakukan saya saat di Indonesia, karena saya mengambil paket komplit di EDUKA, yakni pendaftaran kuliah, Tiket berangkat, Penjemputan, dan Pengurusan tempat tinggal), akhirnya saya menemukan sebuah restoran Indonesia dengan menu lumayan lengkap saat itu, walau agak ragu karena namanya "kurang Indonesia", malah justru rasanya lebih mirip alat transportasi di Thailand. Tapi, ah masabodo, saya sedang kangen-kangennya masakan Indonesia. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun