Mohon tunggu...
Ruli Trisanti
Ruli Trisanti Mohon Tunggu... Guru - pengajar

pengajar yang ingin belajar

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Magnolia dalam Rinai Hujan

3 Oktober 2022   22:30 Diperbarui: 3 Oktober 2022   22:36 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Malam itu Levi memelukknya sangat erat. sampai nafas mereka sarasa menjadi satu. Sekeras apa pun Lia mengelak, Levi terus merengkuhnya hingga mereka jatuh tergulung gelombang liar sanubari. Saat tersadar Lia hanya terduduk sambil merapikan keusangan dalam dirinya. "Maaf!" desah Levi. 

Hubungan yang tak seharusnya itu terlanjur terjadi, tak bisa lagi diputar dan batalkan.

Melihat perubahan dalam dirinya, Lia mulai menyadari ada jiwa lain tertanam dalam tubuhnya. Usianya memang 15 tahun, tapi untuk memahami bahwa apa yang ia dan Levi lalui malam itu akan berakibat ini. Ya, Lia menyadari ia tengah mengandung janin hubungannya dengan Levi.

Ketiga sahabat Lia masih mengabiskan watu dengan gerak jiwa yang sama. Saling tertawa, saling mendukung dan saling membahas apa saja yang mereka lihat, mereka baca, tapi, tidak pada perubahan Lia.

Tidak ada yang menyadarinya, bahkan Levi menganggapnya sesuatu yang bisa berlalu begitu saja.

"lev, aku hamil!" singkat saja lia sampaikan lewat WA

Levi tidak membalas. Entah apa yang ada dalam benaknya. Tidak percayakah ia pada Lia? gadis kecil yang beberapa saat lalu ia rengkuh tubuhnya, ia koyak kesatinannya. Sekarang ia membisu tak tahu apa yang bisa mereka lakukan setelahnya.

**

"Sudah Mamak bilang, jadi perempuan itu jangan tolol!" maki ibu Lia, mengetahui putrinya mengandung. "Lihat Mamak, sudah bodoh, miskin pula!" Ibunya terus meracau sambil mengguncang-guncang bahu Lia. Lia diam saja. Bahkan air mata tak dapat mengalir dari sudut matanya. Hatinya membeku.

"Sekarang kau mau apa dengan orok itu? habis sudah Lia..."teriak ibunya histeris.

Lia tak dapat berkata apa. Sejak saat itu Lia hanya berdiam diri dalam rumah. Orang tuanya juga tidak berbuat apapun. Bahkan mereka tidak menghungi keluarga Levi. "Biar rusak sekalian"

Apalagi bapak. tak terucap satu kata pun dari lisannya pada Lia. Harapan untuk masa depan Lia, sudah habis berkeping-keping. Bapak hanya menyuruh istrinya menaruh makanan putrinya yang bertambah buncit itu di kamarnya, tanpa sepatah kata pun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun