Belajar dari peristiwa Dika dan Wido, saya mulai berpikir, bagaimana kalau anak sepolos itu tiba-tiba membawa cerita yang lebih berat sedang untuk menceritakan awal kedewasaannya dia malu. misalnya "Ma, Yuka nunjukin foto test pack. Katanya dia hamil sama Dika" Saya membayangkan kehancuran sang ibu, tapi mau bagaimana lagi, selama ini kemana saja kita, para orang tua?
Mungkin ini perasaan saya saja. Setidaknya, dari peristiwa itu saya mengharuskan diri sendiri untuk tenang mendengarkan celoteh anak, di antara keriwehan hidup ini. Bukankah anak laki-laki kita calon pemimpin di masa depan? maka semua bergantung pada apa yang kita siapkan sekarang.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!