Mohon tunggu...
Ruli Mustafa
Ruli Mustafa Mohon Tunggu... wiraswasta -

THE TWINSPRIME GROUP- Founder\r\n"Jangan lihat siapa yang menyampaikan, tapi lihat apa yang disampaikannya" (Ali bin Abi Thalib ra). E-mail : hrulimustafa@gmail.com. Ph.0818172185. Cilegon Banten INDONESIA

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Antara Lebaran dan "Lebayan"

11 Juni 2018   09:00 Diperbarui: 11 Juni 2018   09:10 397
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Me and my Vyd 2016. Dok.pribadi

"Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya ALLAH tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan" (QS.Al A'raf 31)

Kata "lebaran" adalah sebutan masyarakat kita untuk dua hari raya umat Islam ; Idul Fitri dan Idul Adha (lebaran haji). Tapi ada juga yang menyematkannya pada tahun baru imlek dengan sebutan "lebaran cina". Betapapun, faktanya tidak sedikit dari kita yang belum tahu asal mula kata lebaran. Dari literatur yang tersedia, setidaknya ada tiga pendapat tentang asal usul dan arti kata lebaran.

Pertama, menurut MA Salmun dalam artikelnya yang dimuat dalam majalah "Sunda" tahun 1954, istilah tersebut konon berasal dari tradisi Hindu. Kata "lebaran" berarti "Selesai, Usai, atau Habis" menandakan habisnya masa puasa. Istilah ini mungkin diperkenalkan pada era Wali Songo agar umat Hindu yang baru masuk Islam (mu'allaf) saat itu tidak merasa asing dengan agama yang baru dianutnya, inilah salah satu metode dakwah kala itu, yakni melalui akulturasi budaya serta pemanfaatan kearifan lokal (local wisdom).

Kedua, menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) kata "lebaran" diartikan sebagai hari raya ummat Islam yang jatuh pada tanggal 1 Syawal setelah menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadhan. Dengan kata lain artinya ya satu kosa kata baku, yakni lebaran terdiri dari tiga suku kata ;  le-ba-ran.

Ketiga, kata lebaran berasal dari bahasa Jawa yaitu kata "wis bar" yang berarti sudah selesai. Sudah selesai menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadhan yang dimaksud. "bar" sendiri adalah bentuk pendek dari kata "lebar" dalam bahasa jawa yang artinya selesai. Namun, orang Jawa sendiri jarang menggunakan istilah lebaran saat Idul Fitri. Mereka lebih sering menggunakan istilah "sugeng riyadin" sebagai ungkapan selamat hari raya Idul Fitri.

Faktanya kata lebaran justru lebih banyak digunakan oleh orang Betawi namun dengan pemaknaan yang berbeda. Menurut mereka, kata lebaran berasal dari kata "lebar" yang berarti luas atau merupakan gambaran keluasan, kelegaan hati. Lebaran (agak lebar, dilebarkan) serta kegembiraan menyambut hari usainya  puasa ramadhan. Menurut saya, arti lebaran yang 'pas' adalah yang mengandung arti lebar atau luas. Lebar ~ lan.

Simpulnya, pada saat tiba hari lebaran, maka itulah saatnya pikiran dan hati semua dari kita dilebarkan atau diluaskan, alias tidak sempit, cupid, tidak buruk sangka, tidak iri dengki dan tidak paranoid (terlampau curiga) kepada orang lain Dengan begitu, lebaran adalah berlapang lapang dalam komunitas sosial,  atau apa yang disebut sebagai memiliki hati seluas samudera. Pada hari itu diharapkan umat Islam masing-masing telah meluaskan hatinya, saling memberi maaf dan merekatkan silaturahmi serta ukhuwah.

Lebaran adalah hari untuk berbahagia dan bersuka cita, sejatinya semua bisa bersuka cita, bersyukur, saling mengunjungi atau memberikan hadiah dengan tulus, sebagai pertanda keikhlasan jiwa, dan kerelaan hati, merayakan kemenangan setelah sebulan penuh berpuasa, berkumpul bersama keluarga di kampung halaman, serta bersilaturahmi dengan sanak keluarga, sahabat serta kerabat.

Lebaran dalam konteks proporsionalitas adalah sesuatu yang wajar saja, sebuah fenomena yang timbul dari kebutuhan manusia sebagai makhluk sosial (zoon politicon), juga terdapat pemaknaan evaluatif  bahwa di setiap perayaan Idul Fitri, ada momentum untuk "melebarkan" atau meluaskan" segala hal yang terkait dengan akhlak (karakter) umat dan bangsa 

Boleh juga dianggap sebagai barometer keberhasilan, meluasnya kepemilikan atau bertambahnya rezeki tahunan para perantau atau pemudik, yang tentunya harus bisa dinikmati dan disyukuri dengan cara berbagi serta peduli, khususnya tentu di keluarga inti. Karena itulah Islam mengajarkan zakat, infak dan shodaqoh.

Berpakaian indahlah, makan dan minumlah, tapi jangan berlebihan. Sebab ALLAH  tidak menyukai orang orang yang berlebih lebihan. Lagipula, sungguh tak elok bila merayakan Idul Fitri dengan cara cara berlebihan (show off, excessive), over dose, over act alias lebay sehingga memancing kecemburuan sosial hingga tindak kriminal. Kalau sudah begitu maka bukan "lebaran" lagi namanya, melainkan "lebayan". Maka dari itu,  biasa-biasa saja lah ya, jangan lebay..(*)

Selamat Idul Fitri, 1 Syawal 1439 H, Taqaballahu minna wa minkum. Mohon maaf lahir dan batin.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun