Mohon tunggu...
R Iman
R Iman Mohon Tunggu... Guru - Penulis picisan

Lewat kata kudapati makna

Selanjutnya

Tutup

Humor

Inilah Aku

3 Juli 2020   11:20 Diperbarui: 3 Juli 2020   11:13 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humor. Sumber ilustrasi: PEXELS/Gratisography

Melepas lelah. Sejenak. Duduk berselonjor di bawah putihnya awan berarak. Bersandar pada pohon cemara yang rindang. Angin lirih menggoyangkan dedaunan. Laksana  senandung tenang seorang ibu yang membobokan putri kecilnya. Tenang sejenak. Memberi ruang pikiranku mengingat kembali sebuah lagu kesayangan, "Cicak-cicak di Dinding."

Lewat alunan lagu itu, bayangan sesosok wajah kembali hadir mengusir penat perjalananku. Wajah sejuk yang menjadi hiasan asaku. Ya, dia cantik. Mirip, bahkan mirip sekali dengan aktris sebuah film-remaja favorit saat ini, "Assalamualaikum Nining".

Entah sudah berapa kali pengulangan lagu kesayanganku itu keluar lewat bibirku. Yang pasti, semakin kuteringat dirinya, semakin keras pula kumenyanyikannya. Sesekali dibarengi gerak ala penyanyi rock 'n roll legendaris dari Kota Liverpool. Ketenangannya, kesabarannya, dan sunggingan senyumnya semakin membuat rindu ini membuncah. Susah mengungkapkannya, dech!

Jika ingat hal itu, pantaslah dirimu menjadi dambaan banyak pria. Ah, jadi ingat sebuah novel yang baru selesai kubaca dua hari yang lalu. Tentang ketangguhan seorang perempuan dalam mengusir derita hidup akibat  kemarau berkepanjangan. Patut kutiru. Perempuan itu terkenal dengan semboyan hidupnya: "Di mana bumi diinjak, di sini senang di sana senang, di mana-mana hatiku senang".

Tak terasa, sudah hampir satu jam  beristirahat. Sudah saatnya kuberanjak meneruskan aktivitasku.  Sesuatu yang menjadi penyambung kehidupan dan mewujudkan cita-citaku masa depan, yaitu cangkang bekas air mineral. Kuberdiri, menjinjing kembali karung plastik. Kutengadahkan pandangan dengan dada sedikit kubusungkan. Optimismu kembali menyala. Di depanku, sepeda kumbang legendaris telah siap kembali mengantarku berkeliling. Dengan langkah tegap kulewati kumpulan orang yang sedari tadi memandangiku. Mereka menjauh berlarian saat kumelewatinya. Entah apa yang ada dalam benak mereka. Yu, mari!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun