Mohon tunggu...
Ruhi Adilah
Ruhi Adilah Mohon Tunggu... Desainer - Hallo!! Selamat datang di halaman Kompasiana ku.

Jika aku tak bisa berkata, maka izinkanlah aku untuk menulis Temukan saya di Instagram @ruhifna__

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ajari Anak Budaya Antri Sejak Dini

11 November 2019   00:51 Diperbarui: 11 November 2019   01:07 715
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Akhir-akhir ini masyarakat kita sudah mulai melupakan budaya antri, misalnya antri membeli tiket, antri membayar ke kasir, dan lain sebagainya. Dari sini terlihat bahwa masih banyak masyarakat Indonesia yang tidak mau mengantri dan saling menyerobot untuk mendapatkan antrian lebih awal. 

Hal seperti ini terjadi karena kurangnya pengajaran budaya antri pada pendidikan formal dalam pendidikan moral dan karakter. Budaya antri berpusat pada pengajaran dan bukan pada hukuman. 

Maka dari itu, tanamkan pendidikan moral dan karakter sejak dini. Seperti budayakan antri. Jika budaya antri anak diberi informasi dan diberikan pengarahan serta dipraktekkan dengan benar, maka anak akan mendapatkan cara untuk dapat berperilaku dengan benar. 

Selain itu, anak juga dapat diajarkan bagaimana cara membina hubungan dengan seseorang secara baik seperti saling menghargai, kerjasama, tolong menolong, ketegasan, kewibawaan dan rasa hormat terhadap sesama, apalagi terhadap orang yang lebih tua.

Mengajari budaya antri pada anak bisa dilakukan dengan hal-hal kecil, misalnya; mengajarkan anak bermain secara bergiliran, mengajarkan baris berbaris ketika mau masuk ke dalam kelas, mengajarkan untuk baris mengantri saat mau mencuci tangan, mengajarkan anak untuk bergiliran mengambil makanan.

Mengajari anak untuk mengantri ketika masuk rumah, mengajari anak untuk bergiliran saat menonton tv, mengajari anak untuk mandi lebih awal agar dapat antrian lebih awal, dan lain sebagainya.

Salah satu Seorang guru di Australia pernah berkata bahwa ia tidak terlalu khawatir jika muridnya tidak bisa matematika, ia jauh lebih khawatir jika muridnya tidak pandai mengantri.

Mengapa demikian? Padahal yang terjadi pada negara kita justru kebalikannya. Ternyata alasannya adalah karena mereka hanya perlu 3 bulan saja secara intensif untuk bisa matematika, sementara mereka perlu melatih anak hingga 12 tahun atau bahkan lebih untuk bisa mengantri dan selalu ingat bahwa ada pelajaran berharga dibalik proses mengantri.

Semua anak kelak juga kemungkinan tidak semuanya akan berprofesi menggunakan ilmu matematika kecuali tambah, kurang, kali dan bagi. Karena setiap anak pasti mempunyai kemampuan tersendiri, misalnya menari, melukis, arsitek, dan lain sebagainya.

Kita ketahui bahwa ilmu matematika tidak setiap saat akan digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Namun ilmu mengantri itulah yang akan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, karena dibalik kata 'mengantri' pasti ada pelajaran berharga.

Lantas ada pelajaran berharga seperti apa dibalik kata mengantri?

Manajemen waktu

Anak akan belajar mengatur waktu, jika ia ingin mengantri lebih depan, maka yang harus ia lakukan adalah datang lebih awal dan mempersiapkan segala sesuatunya lebih awal.

Sabar

Anak akan bersabar mengantri jika ia datang lebih akhir, karena itu sudah menjadi konsekuensi karena ia datang terlambat.

Menghormati

Anak akan belajar menghormati hak orang lain. Yang datang lebih awal dan lebih cepat maka akan mendapat giliran lebih awal, yang dilakukan anak jika datang akhir ialah menunggu giliran, tidak boleh menyerobot antrian apalagi menggunakan rasa seolah-olah dirinya lebih penting.

Disiplin

Anak akan belajar disiplin dan tidak menyerobot hak orang lain.

Kreatif

Anak akan belajar lebih kreatif dalam menghadapi sesuatu, seperti mengatasi kebosanan dengan melakukan hal-hal lain. Misalnya dengan cara membaca buku saat mengantri, dan lain sebagainya.

Sosialisasi

Anak akan belajar bersosialisasi terhadap teman antrinya, misalnya mengajak mengobrol, bercanda dan lain sebagainya.

Sebab akibat

Anak akan belajar hukum sebab akibat, seperti misalanya ia datang terlambat maka ia harus menerima konsekuensinya untuk berada pada barisan belakang.

Bukan hanya itu saja, anak juga akan belajar tabah dan sabar, disiplin, teratur dan rapi, memiliki rasa malu, dan jujur pada diri sendiri. Kita ketahui bahwa orang tua adalah sebagai figur yang akan ditiru oleh anak-anaknya. Oleh sebab itu, ajari anak cara mengantri yang baik dan benar.

Jangan mengajari anaknya untuk menyusup ke antrian depan dan mengambil hak anak lain yang sudah lebih dulu mengantri secara rapi dan teratur. Kemudian jangan memarahinya jika ia tidak mau menyerobot maupun menyusup antrian.

Jangan mengajari anak menggunakan taktik maupun menggunakan berbagai macam alasan agar dapat antrian lebih awal. Ingat, jadilah figur yang baik. Karena anak akan tumbuh dengan baik dan benar jika dididik dengan cara yang baik pula.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun